backup og meta

Pasien HIV/AIDS Rentan Mengalami Sariawan, Ini Cara Mengatasinya

Pasien HIV/AIDS Rentan Mengalami Sariawan, Ini Cara Mengatasinya

Hampir semua orang pasti pernah merasakan sariawan di mulut dalam hidupnya. Meski begitu, orang dengan HIV/AIDS (ODHA) lebih rentan mengalami sariawan daripada orang sehat. Lantas, apa yang menyebabkan sariawan HIV lebih sering muncul?

Penyebab sariawan pada pengidap HIV

Sariawan umumnya muncul akibat bagian dalam mulut tergigit saat makan. Namun bagi ODHA, kemunculan sariawan merupakan salah satu gejala umum dari infeksi HIV.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan sariawan lebih sering pada ODHA, terutama gangguan sistem kekebalan tubuh. 

HIV adalah penyakit infeksi virus yang menyerang sistem imun sehingga pengidapnya akan lebih rentan jatuh sakit dan terserang berbagai macam infeksi.

Penyebab sariawan HIV mungkin berawal dari  infeksi oportunistik, misalnya infeksi herpes, infeksi HPV oral, dan infeksi jamur candida. 

Penyakit tersebut dapat menimbulkan gejala sariawan yang cenderung sulit sembuh. Akibatnya, nafsu makan pengidap HIV bisa menurun karena kesulitan untuk menelan (disfagia). 

Lambat laun, hal ini bisa membuat berat badan ODHA turun dan susah gemuk. Kondisi susah makan ini juga membuat makin sedikit pula asupan nutrisi yang tubuh dapatkan. 

Ketika tubuh pengidap HIV tidak mendapatkan cukup nutrisi, fungsi respons imun akan makin menurun dan meningkatkan risiko untuk terkena sariawan.

Penelitian menunjukkan kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti vitamin B9 (folat) dan vitamin B12 (kobalamin) dapat memicu atau memperparah sariawan.

Gejala sariawan HIV dan bedanya dengan sariawan biasa

cara mengatasi sariawan

Sariawan atau stomatitis aftosa adalah luka berbentuk bulat atau oval kecil yang muncul pada sekitar jaringan lunak dalam rongga mulut. 

Bagian tengah sariawan umumnya berwarna keputihan atau kekuningan, sedangkan bagian tepiannya berwarna agak kemerahan.

Luka pada mulut ini lebih sering muncul pada lidah, gusi, pipi bagian dalam, bibir dalam, atau langit-langit mulut yang terasa perih.

Sariawan biasa akan sembuh sendiri dalam 14 hari. Namun, sariawan HIV cenderung punya bentuk luka lebih dalam dan sulit disembuhkan.

Selain itu, orang yang terinfeksi HIV juga dapat menunjukkan gejala awal, seperti:

  • demam HIV,
  • sakit kepala,
  • kelelahan,
  • nyeri otot,
  • kehilangan berat badan perlahan, hingga
  • pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.

Cara mengatasi sariawan pada pengidap HIV

sariawan di gusi

Pengobatan utama untuk menyembuhkan sariawan pada pengidap HIV adalah dengan pemberian obat HIV antiretroviral (ARV)

Pengobatan ARV bisa memperlambat infeksi dan stadium HIV sehingga kerja sistem kekebalan tubuh bisa makin kuat mengatasi infeksi penyebab sariawan.

Namun, sariawan yang dialami ODHA harus juga ditangani sesuai penyebab spesifiknya. Jika sariawan yang disebabkan oleh infeksi virus oportunis, pengobatan yang tepat adalah menggunakan antiviral. 

Sementara itu, bila penyebabnya adalah herpes simplex, dokter akan memberikan acyclovir yang perlu dikonsumsi selama sariawan berlangsung.

Sariawan yang secara spesifik disebabkan oleh infeksi oportunistik obatnya dapat berupa antibiotik yang diresepkan oleh dokter. 

Obat-obatan dan obat kumur antijamur dapat digunakan untuk mengatasi sariawan yang disebabkan oleh infeksi jamur.

Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal The Canadian Journal of Infectious Disease melaporkan obat pentoxifylline terbukti efektif meredakan sariawan pada penderita HIV.

Obat ini memiliki sifat antiradang setara dengan obat thalidomide yang terlebih dulu diketahui bisa mengatasi sariawan parah pada penderita HIV.

Cara mencegah timbul sariawan pada mulut

Rutin periksa ke dokter gigi merupakan salah cara terbaik untuk mencegah timbulnya sariawan. 

Dokter gigi dapat membantu pengidap HIV untuk mengatasi gejala yang timbul dan mencegahnya kemunculan gangguan mulut ini kembali di masa depan.

ODHA disarankan untuk menemui dokter gigi bila sariawan terasa sangat menyakitkan dan bertahan lebih dari 1–2 minggu.

Kondisi ini akan memengaruhi kemampuan makan, menelan, dan berbicara, sekaligus mempersulit untuk minum obat secara rutin.

Selain berkunjung ke dokter gigi, Anda bisa melakukan beberapa cara berikut untuk mencegah sariawan.

  • Minum obat hiv secara konsisten.
  • Menjaga kebersihan mulut yang baik.
  • Berhenti merokok.
  • Biasakan minum air putih.
  • Menghindari makanan dan minuman yang bercita rasa pedas atau asam.
  • Konsumsi makanan sehat yang bergizi seimbang.

Apakah sariawan bisa menularkan HIV?

Penularan HIV terjadi melalui pertukaran cairan tubuh. Namun, air liur atau ludah tidak mengandung cukup virus HIV (viral load) untuk bisa menularkan infeksi. 

Hanya darah dan cairan tubuh lain, seperti air mani, cairan praseminal, cairan vagina, cairan rektum, dan air susu ibu (ASI) yang bisa membawa dan memindahkan virus HIV pada orang lain.

Penularan juga hanya mungkin terjadi bila ada kontak langsung antara darah atau cairan tubuh orang yang terinfeksi. 

Sariawan HIV merupakan luka terbuka pada bagian dalam rongga mulut yang dalam beberapa kasus mengandung darah (blood blisters). 

Adanya luka yang terbuka dan darah ini memang memungkinkan terjadinya perpindahan virus HIV dari satu orang ke orang lain.

Seseorang bisa tertular HIV saat darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi masuk ke dalam bagian yang terbuka atau mengeluarkan darah. 

Meskipun demikian, kasus penularan virus HIV melalui sariawan masih jarang ditemukan.

Cara mencegah penularan HIV dari sariawan

Untuk menghindari risiko menularkan HIV lewat sariawan, selalu gunakan kondom saat Anda berhubungan seks vaginal, seks oral, maupun seks anal. 

Pasalnya, risiko penularan akan bertambah besar bila ada luka pada kemaluan karena bisa terjadi kontak langsung antara darah pasangan dan orang yang mengidap HIV.

Jika Anda tidak yakin apakah tertular virus melalui sariawan saat melakukan seks oral dan berciuman, segera periksakan diri untuk melakukan tes darah atau tes antibodi.

Satu-satunya cara untuk memastikan Anda bebas dari virus HIV hanyalah dengan pemeriksaan atau menjalani tes HIV di fasilitas kesehatan. 

Makin cepat Anda mendeteksi virus HIV, maka makin efektif juga pengendalian gejala dan penyebaran penyakit yang bisa Anda usahakan. 

[embed-health-tool-ovulation]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

HIV Basics. Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Retrieved 4 January 2022, from https://www.cdc.gov/hiv/basics/index.html

Oral Health and HIV. U.S. Department of Health and Human Services. Retrieved 4 January 2022, from https://www.hrsa.gov/sites/default/files/publichealth/clinical/oralhealth/hivfactsheet.pdf

Mouth Problems + HIV.  National Institute of Dental and Craniofacial Research. (2017). Retrieved 4 January 2022, from https://www.nidcr.nih.gov/sites/default/files/2017-09/mouth-problems-hiv.pdf

Unprotected Oral with Canker Sore.  MedHelp. (2012). Retrieved 4 January 2022, from https://www.medhelp.org/posts/HIV—Prevention/Sinus-sore-throat/show/1779964

Canker sore – Symptoms and causes. (2018). Mayo Clinic. Retrieved 4 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/canker-sore/symptoms-causes/syc-20370615

Canker sore – Diagnosis and treatment. (2018). Mayo Clinic. Retrieved 4 January 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/canker-sore/diagnosis-treatment/drc-20370620

Kozlak, S. T., Walsh, S. J., & Lalla, R. V. (2010). Reduced dietary intake of vitamin B12 and folate in patients with recurrent aphthous stomatitis. Journal of oral pathology & medicine : official publication of the International Association of Oral Pathologists and the American Academy of Oral Pathology, 39(5), 420–423. https://doi.org/10.1111/j.1600-0714.2009.00867.x

Slayter, K. L., & Marrie, T. J. (1998). Treatment of recurrent aphthous ulcers in an HIV patient – An emerging use for pentoxifylline. The Canadian journal of infectious diseases = Journal canadien des maladies infectieuses, 9(3), 189–190. https://doi.org/10.1155/1998/569317

Versi Terbaru

13/01/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Kenapa Kondom Adalah Cara Paling Ampuh Mencegah Penularan HIV?

Seks untuk Pasangan yang Positif HIV Penting Perhatikan Hal Ini


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 13/01/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan