Pencemaran Tanah Bukan Cuma Sampah, Apa Penyebabnya?
Istilah pencemaran tanah sering dihubungkan dengan kebiasaan membuang sampah sembarangan. Namun, penyebab pencemaran tanah ternyata beragam dan memiliki dampak buruk bagi kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan hingga risiko kanker.
Apa itu pencemaran tanah?
Pencemaran tanah adalah masuknya zat beracun atau limbah ke tanah melebihi kadar normal, sehingga merusak fungsi atau menurunkan kualitas tanah.
Menurut US Environmental Protection Agency, pencemaran tanah diakibatkan oleh aktivitas yang disengaja, tidak disengaja, maupun peristiwa alami akibat perubahan alam.
Aktivitas ini meliputi perilaku dan kegiatan manusia, seperti kebiasaan membuang sampah sembarangan dan perkembangan industri.
Akan tetapi, tak menutup kemungkinan kondisi ini juga disebabkan olehbencana alam atau aktivitas tanah itu sendiri, misalnya gempa bumidan gunung meletus.
Penyebab pencemaran tanah
Tanah atau permukaan bumi merupakan tempat makhluk hidup melakukan aktivitas, termasuk untuk memperoleh makanan .
Bila tanah terus-menerus terkontaminasi oleh senyawa beracun, ini akan berdampak pada kualitas sumber makanan.
Bahkan, pencemaran ini juga dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan bagi manusia.
Maka dari itu, penting mengetahui apa saja penyebab pencemaran tanah akibat perilaku manusia.
1. Pengelolaan sampah yang tidak baik
Masalah sampah tidak hanya berhenti sampai membuang pada tempatnya, tetapi juga tentang bagaimana mengelola sampah setelah terkumpul.
Banyaknya jumlah populasi menyebabkan meningkatnya jumlah sampah yang dihasilkan, mulai dari sisa makanan hingga sampah plastik.
Padahal, tanah memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengurai sampah, terutama sampah yang berasal dari bahan yang sulit terurai seperti plastik.
Jika proses pengelolaan sampah tidak berjalan baik, sampah akan menumpuk, menyumbat jalannya air, dan mencemari tanah.
2. Aktivitas pertambangan
Aktivitas pertambangan yang tidak disertai dengan tanggung jawab pemulihan lingkungan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem biasanya ditandai dengan rusaknya habitat asli dan terjadinya erosi tanah.
Selain itu, proses produksi dan peleburan mineral dalam tanah yang menghasilkan limbah senyawa kimia berbahaya juga bisa mencemari tanah.
Limbah dari aktivitas pertambangan yang cukup berbahaya yaitu petroleum, timbal, dan lainnya.
3. Penggunaan bahan kimia dalam pertanian
Kebutuhan akan bahan pangan, termasuk yang berasal dari hewan dan tumbuhan, berdampak pada pencemaran lingkungan, termasuk pencemaran air dan tanah.
Pasalnya, pertumbuhan jumlah penduduk terkadang jauh lebih cepat dibandingkan produksi bahan pangan.
Hal ini yang mendorong teknologi dan terobosan baru untuk menciptakan bahan-bahan sintetis yang tak jarang mengandung bahan kimia berbahaya.
Bahan ini digunakan untuk mempercepat produksi bahan pangan, termasuk menghilangkan ancaman yang dapat memperlambat panen atau perkembangbiakan, seperti hama.
Sebagai contoh, pupuk kimia dan pestisida dalam produksi bahan pangan mengandung senyawa berbahaya yang bisa mencemari tanah.
4. Kegiatan pembangunan wilayah
Sama halnya dengan aktivitas pertambangan, kegiatan pembangunan wilayah juga berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.
Pencemaran semakin tak tehindari apabila proyek pembangunan banyak mengambil lahan hijau.
Proses pembangunan ini menyisakan banyak senyawa kimia berbahaya, seperti timbal dalam serpihan cat yang jatuh ke tanah dan mineral asbestos pada bahan bangunan.
Meskipun terlihat sepele, limbah yang menumpuk akibat pembangunan yang terus-menerus dilakukan akan mencemari tanah.
Selain tanah, pembangunan wilayah ini juga dapat menyebabkan jenis pencemaran lingkungan lainnya, seperti pencemaran udara, air, dan suara.
Pencemaran berkelanjutan
Pembangunan yang memangkas lahan hijau menyebabkan pencemaran lingkungan berkelanjutan. Ini dikarenakan perubahan fungsi lahan hijau yang semula berguna menyerap karbon dioksida dan menjaga resapan air.
5. Aktivitas industri
Kemajuan teknologi yang cukup pesat memang bermanfaat untuk perkembangan industri.
Namun, hal ini juga tidak lepas dari dampak negatif yang timbul akibat penggunaan teknologi secara besar-besaran, yaitu limbah yang dihasilkan.
Aktivitas industri seperti pada pabrik pakaian, makanan, bahan bangunan, alat elektronik, dan lainnya menghasilkan limbah yang mengandung senyawa kimia berbahaya.
Jika limbah ini tidak dikelola dengan baik, selanjutnya dapat menimbulkan pencemaran tanah, air, dan udara.
Dampak pencemaran tanah
Di balik kemajuan teknologi dan percepatan pembangunan, terdapat dampak pencemaran tanah yang mengancam keseimbangan ekosistem hingga kesehatan kita.
Pasalnya, tanah merupakan tempat kita melakukan berbagai aktivitas dan mendapatkan sumber makanan.
Berikut ini dampak polusi tanah terhadap kesehatan yang perlu Anda waspadai akibat paparan senyawa berbahaya dalam makanan yang kita konsumsi.
Keracunan makanan.
Masalah pencernaan.
Penyakit kulit karena alergi pada bahan kimia tertentu.
Sulit untuk mencegah dampak pencemaran tanah akibat bencana alam, tetapi kita bisa menekan dampak yang disebabkan aktivitas manusia.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Council, W. (2022). Investigating contamination – Land pollution – Warwick District Council. Retrieved 7 September 2022, from https://www.warwickdc.gov.uk/info/20501/pollution/296/land_pollution
Vallero, D., & Vallero, D. (2011). Land Pollution. Waste, 445-466. doi: 10.1016/b978-0-12-381475-3.10029-4
Land Pollution | Athens-Clarke County, GA – Official Website. (2022). Retrieved 7 September 2022, from https://www.accgov.com/8208/Land
Contaminated Land | US EPA. (2017). Retrieved 7 September 2022, from https://www.epa.gov/report-environment/contaminated-land
Environmental Pollution Control Measure.(2022). JICA Ogata Research Institute. Retrieved 6 September 2022, from https://www.jica.go.jp/jica-ri/IFIC_and_JBICI-Studies/english/publications/reports/study/topical/health/pdf/health_08.pdf
Versi Terbaru
26/09/2022
Ditulis oleh Dwi Ratih Ramadhany
Ditinjau secara medis olehdr. Patricia Lukas Goentoro