Menu makanan barat sering menggunakan rosemary sebagai rempah. Tidak hanya itu, tanaman ini diolah menjadi aromaterapi. Ternyata, tanaman ini memiliki berbagai potensi yang baik untuk kesehatan. Lantas, apa saja manfaat rosemary?
Kandungan tanaman rosemary
Rosemary (Rosmarinus officinalis) atau lebih dikenal di Indonesia sebagai rosmarin ini berasal dari Mediterania, Eropa.
Sebagai obat herbal, daun rosemary tersedia dalam teh herbal kering ataupun minyak esensial.
Daun dan minyak rosemary pun mengandung ratusan senyawa khas tanaman atau fitokimia. Beberapa di antaranya, yakni:
- cineol,
- humulene,
- phellandrene
- pinene,
- terpinene,
- alpha-thujene,
- beta-caryophyllene,
- borneol,
- camphor,
- carnosic acid,
- carvacrol,
- cineol,
- cis-piperitol
- cis-sabinene-hydrate
- limonene,
- terpineol,
- dipentene,
- fenchol,
- flavone,
- linalool,
- myrcene,
- piperitone,
- rosmarinic acid,
- sabinene,
- thymol, dan
- verbenone.
Kandungan vitamin C, A, dan B-6 juga terdapat dalam tanaman ini. Pada minyak rosemary, terdapat asam lemak linoleat, asam lemak oleat, dan tokoferol.
Manfaat rosemary untuk kesehatan
Sebagai obat herbal, rosemary memiliki potensi untuk mengatasi keluhan berikut.
1. Kerontokan rambut
Rambut rontok yang tidak terkendali menyebabkan penipisan, bahkan kebotakan atau alopesia.
Sebuah studi terbitan Skinmed (2015) memaparkan bahwa mengoleskan minyak rosemary di kepala selama 6 bulan pada pasien dengan alopesia androgenetik membantu menumbuhkan rambut secara signifikan.
Meski ini merupakan bahan herbal untuk rambut rontok, hasilnya bisa mirip dengan toner penumbuh rambut yang telah terbukti klinis, yaitu minoksidil konsentrasi 2 persen.
Manfaat rosemary ini berasal dari senyawa camphor. Senyawa ini mampu menutrisi kulit kepala sehingga merangsang pertumbuhan rambut.
Kandungan carnosic acid pada rosemary merangsang pertumbuhan saraf baru yang membantu pertumbuhan rambut pula.
2. Kecemasan dan stres
Meminum teh rosemary mungkin bisa mengurangi stres dan cemas.
Studi terbitan Iranian Journal of Basic Medical Science (2020) menemukan bahwa teh rosemary mengandung rosmarinic acid, luteolin, dan carnosic acid.
Ketiganya berpotensi memengaruhi fungsi saraf atau memberikan efek tertentu sehingga mungkin bisa mengurangi kecemasan.
Tak hanya itu, kegunaan rosemary sebagai aromaterapi pun diduga bisa memiliki efek yang sama.
Pasalnya, wangi minyak rosemary yang dihirup diduga menurunkan kadar hormon kortikosteron yang memicu stres, serta meningkatkan kadar dopamin atau hormon pemicu suasana hati membaik.
Tidak heran bila rosemary banyak dipilih sebagai minyak esensial untuk atasi cemas.
Meski demikian, studi ini baru diujicobakan pada tikus dan sel-sel di laboratorium. Jadi, butuh penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efektivitasnya.
3. Kanker
Manfaat rosemary yang satu ini berasal dari kandungan yang bersifat antioksidan. Jadi, antioksidan ini menangkal radikal bebas pemicu kanker.
Selain itu, tinjauan terbitan Nutrients (2020) juga menyampaikan bahwa rosemary mungkin bisa memerangi kanker yang terdapat pada:
- usus besar,
- pankreas,
- hati,
- paru-paru,
- serviks dan ovarium,
- kulit,
- prostat,
- payudara,
- leukemia, dan
- mulut.
Beberapa senyawa pada rosemary yang berpotensi bersifat antikanker adalah carnosic acid, carnosol, dan rosmarinic acid. Berikut potensinya:
- Menghambat pembelahan dan perbanyakan sel kanker.
- Merusak sel kanker.
- Menghambat dan mengurangi pertumbuhan kanker.
- Menghentikan siklus sel kanker.
Lagi-lagi, hasil penelitian ini baru diuji pada sel di laboratorium dan pada hewan.
Terlebih, sediaan rosemary yang diuji tidak mungkin digunakan pada kondisi sehari-hari.
Jadi, potensi manfaatnya tetap memerlukan penelitian lebih lanjut.
4. Degenerasi makula
Ini merupakan kerusakan mata yang terjadi seiring bertambahnya usia. Penyebabnya lagi-lagi paparan radikal bebas.
Studi terbitan Investigative Ophthalmology & Visual Science (2012) mengamati bahwa kandungan carnosic acid pada rosemary mungkin bisa menghambat degenerasi makula.
Kandungan ini bersifat antioksidan sehingga bisa melindungi retina mata dari radikal bebas, seperti paparan sinar matahari.
Jadi, kerusakan pun mungkin berkurang dan diperkirakan bisa menurunkan risiko degenerasi makula.
Akan tetapi, studi ini diujicobakan dengan cara mengambil sel retina pada tikus, lalu diberikan senyawa hidrogen peroksida sebagai radikal bebas.
Uji coba lainnya pun dilakukan dengan cara menyuntikkan carnosic acid ke mata tikus.
Tentu, kondisi ini tidak sesuai dengan kehidupan sesungguhnya sehingga masih perlu dibuktikan lebih lanjut.
5. Alzheimer
Alzheimer dipicu oleh adanya stres oksidatif dari paparan radikal bebas.
Upaya untuk menangkal radikal bebas adalah dengan mengonsumsi sumber antioksidan, teh rosemary salah satunya.
Tanaman ini mengandung rosmarinic acid dan carnosic acid yang bersifat antioksidan sehingga ada potensi manfaat rosemary berupa mengurangi salah satu faktor pemicu Alzheimer.
Selain itu, rosmarinic acid membantu menghambat senyawa prolyl oligopeptidase di otak. Proses ini meningkatkan fungsi kognitif yang berkaitan dengan ingatan.
Perlu diingat, penelitian ini menggunakan tikus sebagai objek uji coba. Jadi, potensi ini tetap membutuhkan kajian lebih lanjut.
Menghirup rosemary pun memiliki potensi untuk menjaga kognitif. Kandungan rosmarinic acid dan ursolic acid masuk ke saluran pernapasan dan melintasi sirkulasi darah ke otak.
Jadi, kemungkinan ada reaksi senyawa di otak yang bisa meningkatkan kemampuan berpikir, konsentrasi, dan memori.
Meski demikian, jumlah peserta penelitian dalam jurnal Therapeutic Advances in Psychopharmacology (2012) ini relatif sedikit.
Terlebih, peneliti masih memerlukan uji coba pada hewan dan sel di laboratorium untuk mengetahui cara kerjanya secara pasti.