Lupus bisa merupakan penyakit autoimun yang bisa menyerang sendi, ginjal, kulit, hingga otak. Jenis lupus yang paling umum dialami adalah SLE atau lupus eritematosus sistemik. Ketahui gejala, penyebab, serta pengobatannya dalam artikel ini.
Apa itu lupus eritematosus sistemik?
Lupus eritematosus sistemik adalah salah satu jenis penyakit lupus yang menyebabkan peradangan di hampir seluruh organ tubuh, seperti sendi, kulit, paru-paru, jantung, pembuluh darah, hingga sistem saraf.
Jenis lupus ini juga seringkali disingkat dengan SLE atau kepanjangan dari systemic lupus erythematosus.
Penyakit lupus ini merupakan salah satu jenis lupus yang paling sering dialami dan dapat memunculkan gejala yang ringan hingga mengancam nyawa.
Meskipun begitu, kebanyakan orang dengan SLE dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa kendala dengan menjalani pengobatan rutin.
Seberapa umumkah penyakit ini?
SLE adalah salah satu jenis penyakit lupus yang paling umum. Penyakit ini bisa dialami oleh siapa saja, baik anak-anak, orang dewasa, maupun lansia,
Namun, mengutip Centers Disease Control and Prevention, kebanyakan kasus SLE terjadi pada wanita yang berusia antara 15 – 44 tahun.
Tanda dan gejala lupus eritematosus sistemik
Pada dasarnya gejala penyakit lupus dapat berbeda-beda pada setiap orang, tergantung usia, keparahan penyakit, riwayat medis, serta kondisi secara menyeluruh.
Gejala penyakit lupus dapat berubah-ubah setiap waktu. Namun, ada beberapa tanda dan gejala khas dari penyakit lupus yang perlu Anda waspadai.
Berikut beberapa tanda dan gejala umum SLE.
- Lemas, lesu, dan tidak bertenaga
- Nyeri sendi dan bengkak atau kekakuan, biasanya di tangan, pergelangan tangan dan lutut.
- Sakit kepala.
- Rambut rontok.
- Ruam kemerahan di kulit yang tampak seperti kupu-kupu.
- Demam.
Gejala SLE yang disebutkan di atas mungkin terlihat mirip dengan berbagai gejala dari penyakit lain.
Oleh karena itu, bila Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tersebut, konsultasikan dengan dokter.
Dokter mungkin akan menyarankan Anda untuk melakukan serangkaian tes guna memastikan diagnosis yang akurat.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda mengalami gejala seperti di atas yang berlangsung lama, dan tidak kunjung hilang atau bertambah buruk, segera periksakan diri ke dokter.
Penyebab lupus eritematosus sistemik
Sebenarnya sampai sampai sekarang penyebab SLE masih belum sepenuhnya dipahami.
Namun, para ahli menduga beberapa faktor berikut berperan dalam perkembangan lupus eritematosus sistemik.
- Faktor genetik. Seseorang dengan mutasi genetik tertentu dapat lebih rentan terkena penyakit lupus.
- Hormon. Aktivitas hormon estrogen yang berfungsi meningkatkan sistem imun dapat memengaruhi produksi sitokin. Perubahan ini berkaitan dengan gangguan sistem imun pada lupus.
- Faktor lingkungan. Orang yang sering terkena sinar matahari, tinggal di lingkungan yang terkontaminasi oleh virus, atau sering mengalami stres lebih berisiko terkena penyakit ini.
Selain itu, mengutip Mayo Clinic, mengonsumsi obat-obatan tertentu seperti obat tekanan darah, obat antikejang, dan antibiotik dapat memicu perkembangan penyakit lupus.
Faktor risiko lupus eritematosus sistemik
Berikut ini faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit SLE.
- Wanita berusia 15 – 44 tahun.
- Sering berjemur atau terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama.
- Orang dengan ras dan etnis tertentu, seperti Afrika, Asia, penduduk asli Amerika dan penduduk kepulauan Pasifik.
- Memiliki orangtua atau anggota keluarga dengan penyakit lupus.
- Memiliki riwayat penyakit autoimun.
Memiliki salah satu atau beberapa faktor risiko di atas tidak langsung membuat Anda terkena penyakit lupus. Tidak memiliki faktor risiko bukan berarti juga Anda tidak mungkin mengalami lupus.
Komplikasi lupus eritematosus sistemik
Beberapa orang dengan lupus eritematosus sistemik memiliki penumpukan sel imun yang tidak normal (deposit imun) di dalam ginjalnya.
Deposit imun inilah yang bisa menyebabkan peradangan yang merusak sel-sel gijal. Kondisi ini dikenal juga dengan nefritis lupus.
Orang dengan nefritis lupus berisiko mengalami gagal ginjal yang memerlukan pengobatan cuci darah atau transplantasi ginjal.
Selain itu, SLE dapat menyebabkan komplikasi di berbagai bagian tubuh lainnya, seperti:
- pembekuan darah di arteri atau vena pada kaki, paru-paru, otak atau usus,
- kerusakan sel darah merah dan anemia,
- stroke,
- peradangan pada usus,
- peradangan pembuluh darah, hingga
- masalah pada kehamilan, termasuk keguguran.
Diagnosis lupus eritematosus sistemik
Diagnosis SLE seringkali menjadi tantangan karena gejala lupus bisa menyerupai banyak penyakit.
Selain itu, hingga saat ini belum ditemukan pemeriksaan khusus untuk mendeteksi penyakit lupus.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan laboratorium berupa tes darah, tes urine, atau tes antinuclear antibody (ANA).
Selain itu, dokter mungkin perlu melakukan X-ray untuk mendeteksi peradangan atau cairan di paru-paru yang terjadi apabila gejala telah memengaruhi paru-paru.
Biopsi kulit dapat mendukung diagnosis apabila penyakit autoimun ini memengaruhi jaringan kulit.
Pengobatan lupus eritematosus sistemik
Pengobatan SLE yang tepat bisa meringankan gejala dan mencegah komplikasi. Dengan pengobatan, orang dengan penyakit lupus juga bisa menjalani hidup dengan normal.
Pengobatan bisa berbeda-beda tergantung pada tingkat keparahan serta bagian tubuh apa yang terdampak. Berikut pilihan pengobatan SLE yang diberikan dokter.
1. Nonsteroidal anti-inflammatory drugs (NSAID)
Obat NSAID seperti naproxen atau ibuprofen dapat membantu untuk mengurangi gejala penyakit lupus seperti nyeri sendi, pembengkakan atau demam.
Dokter akan memberitahukan aturan konsumsi dan dosis NSAID yang aman dan sesuai dengan kondisi Anda.
2. Kortikosteroid
Obat kortikosteroid seperti prednison dalam dosis yang rendah bisa mengurangi ruam kemerahan di kulit atau peradangan pada sendi (artritis).
Untuk gejala penyakit SLE yang lebih serius, dokter bisa memberikan obat kortikosteroid seperti metilprednisolon (medrol) dalam dosis tinggi.
3. Imunosupresan
Obat-obatan imunosupresi yang menekan sistem kekebalan tubuh dapat membantu dalam kasus lupus yang serius.
Contoh obat-obatan tersebut yaitu azathioprine (Imuran, Azasan), mikofenolat (Cellcept), metotreksat (Trexall, Xatmep, dan lainnya), siklosporin (Sandimmune, Neoral, Gengraf), dan leflunomide (Arava).
Berapa lama orang dengan penyakit lupus dapat bertahan hidup?
Deteksi dini, pengobatan yang tepat, dan pola hidup sehat dapat meningkarkan angka harapan hidup orang dengan penyakit lupus (odapus). Selama beberapa tahun terakhir, angka harapan hidup odapus semakin tinggi, dan kasus komplikasi berkurang.
Pencegahan lupus eritematosus sistemik
Berikut beberapa perubahan gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mencegah SLE kambuh kembali.
- Berhenti merokok. Merokok dapat memperburuk efek lupus dan meningkatkan risiko penyakit lainnya seperti penyakit jantung atau paru-paru.
- Makan makanan yang sehat. Perbanyak konsumsi makanan yang sehat seperti buah-buahan, sayuran dan biji-bijian.
- Lindungi kulit dari paparan sinar matahari. Sinar ultraviolet dapat memicu perkembangan penyakit lupus. Jadi, pastikan untuk selalu menggunakan tabir surya yang mengandung SPF setiap kali Anda pergi ke luar.
- Mengelola stres. Stres dapat meningkatkan risiko perkembangan penyakit lupus, sehingga penting untuk mengelola stres seperti melakukan hobi, meditasi, yoga, dan istirahat yang cukup.
Penyakit lupus eritematosus sistemik belum dapat sembuh sepenuhnya. Namun, deteksi dini dan pengobatan SLE yang tepat dapat mengatasi gejala dan kekambuhan, mencegah komplikasi, dan meningkatkan kualitas hidup odapus.
Jika Anda memiliki kekhawatiran mengenai gejala lupus, jangan ragu berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan penanganan segera.
[embed-health-tool-bmi]