backup og meta

5 Dampak Kebisingan bagi Kesehatan, Termasuk Sound Horeg

Fenomena sound horeg tengah ramai diperbincangkan di media sosial karena dampak suara keras yang ditimbulkan mulai meresahkan warga sekitar. Kebisingan tidak hanya bisa memengaruhi lingkungan atau kenyamanan aktivitas, tapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental.

5 Dampak Kebisingan bagi Kesehatan, Termasuk Sound Horeg

Dampak kebisingan untuk kesehatan

Sebagian orang, baik yang tinggal di kota maupun desa, mungkin sudah sering terpapar oleh suara keras, misalnya dari lalu lintas kendaraan, aktivitas industri, ataupun acara hiburan seperti konser dan sound horeg.

Tanpa disadari, paparan suara dengan intensitas tinggi, apalagi dalam waktu lama, dapat mengganggu kesehatan, mulai dari menyebabkan gangguan pendengaran hingga masalah mental.

Secara lebih lengkapnya, berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan kebisingan bagi kesehatan.

1. Masalah pendengaran

Menurut National Institute of Deafness and Other Communication Disorders, gangguan pendengaran bisa dialami jika seseorang terpapar suara di atas 85 dB dalam waktu lama dan secara berulang.

Paparan suara keras ini bisa saja terjadi ketika Anda berdiri terlalu dekat dengan speaker saat acara musik. Bahaya dekat speaker ini seringkali tidak disadari, terutama jika dilakukan berulang tanpa alat pelindung telinga.

Mendengar suara bising dalam waktu lama akan merusak rambut-rambut kecil pada rumah siput (koklea) dalam telinga, yang berfungsi menangkap getaran suara.

Apabila sel-sel rambut ini rusak, informasi suara tidak akan dapat diteruskan ke otak dengan baik dan mengganggu kemampuan pendengaran. Kondisi ini dikenal sebagai noise induced hearing loss (NIHL).

Beberapa jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pencemaran suara yaitu tuli sementara, permanen, dan tinnitus. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap sehingga banyak orang mungkin tidak menyadarinya atau mengabaikannya.

2. Gangguan tidur

Dampak kebisingan juga dapat memicu gangguan tidurPaparan suara keras, terutama pada malam hari, dapat membuat seseorang sering terbangun, sulit tidur nyenyak, hingga mengalami insomnia.

Kurang tidur tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga dapat memicu gangguan suasana hati dan penurunan konsentrasi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.

Jika terjadi dalam jangka panjang, gangguan tidur kronis dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan lainnya seperti hipertensi, diabetes, obesitas, depresi, hingga serangan jantung,

3. Masalah psikologis

wanita cemas dan depresi

Masalah psikologis seperti stres, depresi, atau gangguan kecemasan juga bisa menjadi dampak yang muncul dari kebisingan, terutama jika terjadi secara berulang dalam jangka panjang. 

Mengutip studi dalam Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology, ketika tubuh merasa terganggu atau stres karena kebisingan, otak akan mengaktifkan sistem stres yang disebut poros HPA (hipotalamus pituitari adrenal). 

Sistem ini akan melepaskan hormon-hormon stres dan memicu peradangan di seluruh tubuh, termasuk menyebar ke otak dan memicu peradangan pada saraf. 

Hal ini bisa berkontribusi pada gangguan mental seperti depresi hingga gangguan kecemasan dalam jangka panjang.

4. Peningkatan risiko penyakit jantung

Kebisingan atau pencemaran suara tidak hanya memicu masalah psikologis, tetapi juga dapat menyebabkan penyakit jantung. 

Sebuah studi dalam European Heart Journal menunjukkan bahwa peserta yang terpapar suara bising dengan intensitas lebih tinggi memiliki resiko lebih besar mengalami penyakit jantung. 

Efek suara bising terhadap penyakit jantung diduga berkaitan dengan reaksi stres di otak, khususnya pada amigdala, yakni bagian otak yang berperan dalam mengelola emosi dan rasa takut.

Aktivitas amigdala yang meningkat akibat stres bisa memicu peradangan pada pembuluh darah yang berkontribusi terhadap berkembangnya penyakit jantung. 

5. Mengganggu perkembangan kognitif anak

Paparan suara keras yang berlebihan pada anak-anak bisa berdampak negatif terhadap perkembangan otak, terutama kemampuan berbahasa dan belajar. 

Sebuah studi dalam jurnal Brain and Language mengungkapkan bahwa anak-anak yang sering terpapar suara keras memiliki left inferior frontal gyrus (IFG) yang lebih tipis.

Left inferior frontal gyrus merupakan bagian penting dari otak yang terlibat dalam berbagai fungsi bahasa, seperti memahami kalimat, merangkai kata, dan mengontrol ucapan. 

Gangguan pada bagian otak ini bisa menyebabkan masalah pembelajaran anak, terutama mata pelajaran yang memerlukan pemahaman bahasa yang kuat.

Cara mengatasi dampak kebisingan

Pencemaran suara memang bisa berdampak buruk pada kesehatan fisik maupun mental saat terjadi secara terus-menerus. 

Untuk mengurangi risiko paparan suara keras, berikut ini beberapa cara yang bisa Anda coba. 

  • Gunakan alat pelindung telinga. Saat berada di lingkungan yang bising, seperti acara musik dengan sound system tinggi atau area konstruksi, selalu gunakan alat pelindung telinga seperti ear plug (penyumbat telinga) atau earmuff (penutup telinga) untuk mengurangi intensitas suara.
  • Jangan dengarkan suara keras terlalu lama. Jika memungkinkan, hindari berada terlalu lama di tempat yang bising. Pergilah ke tempat yang tenang untuk menenangkan telinga agar tidak terlalu lama terpapar suara keras.
  • Kecilkan volume headset. Hindari terlalu lama mendengarkan musik menggunakan headset, terlebih dengan volume tinggi. Sebaiknya, dengarkanlah musik dengan volume yang rendah dan tidak lebih dari satu jam.
  • Mengurangi sumber kebisingan di rumah. Gunakan peralatan rumah tangga yang tidak terlalu berisik atau nyalakan saja pada jam-jam tertentu agar Anda tidak terus mendengar suara keras.

Jika Anda sering mengalami gangguan tidur, stres atau masalah pendengaran akibat kebisingan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter umum atau dokter spesialis THT untuk mendapatkan penanganan yang tepat. 

Penanganan sejak dini penting dilakukan untuk mencegah kerusakan lebih serius pada telinga atau organ tubuh lain. 

Kesimpulan


  • Kebisingan bisa menimbulkan dampak seperti masalah pendengaran, gangguan tidur, masalah psikologis, peningkatan risiko penyakit jantung, dan gangguan perkembangan kognitif anak.
  • Cara mengatasi dampak kebisingan bisa dengan menggunakan alat pelindung telinga, tidak mendengarkan suara keras terlalu lama, membatasi volume headset, dan mengurangi sumber kebisingan di rumah.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Lous Noise Dangers (n.d.). American Speech Language Hearing Association. Retrieved 28 July 2025, from https://www.asha.org/public/hearing/loud-noise-dangers/?srsltid=AfmBOoqgD1nU3bwLKz0Z5tZdXXQdk-zBI9nJkCU_qKIUZy6gMI7mQaDF 

Dutchen, S. (2025). Noise and Health. Retrieved 28 July 2025, from https://magazine.hms.harvard.edu/articles/noise-and-health#:~:text=Listen%20to%20this%20story,most%20harmful%20to%20public%20health

Noise-Induced Hearing Loss. (2025). National Institute on Deafness and Other Communication Disorders. Retrieved from https://www.nidcd.nih.gov/health/noise-induced-hearing-loss 

Extent and Health Consequences of Chronic Sleep Loss and Sleep Disorders. (n,d). NIH. Retrieved from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK19961/ 

Osborne, M. T., Radfar, A., Hassan, M. Z., Abohashem, S., Oberfeld, B., Patrich, T., … & Tawakol, A. (2020). A neurobiological mechanism linking transportation noise to cardiovascular disease in humans. European heart journal, 41(6), 772-782.

Simon, K. R., Merz, E. C., He, X., & Noble, K. G. (2022). Environmental noise, brain structure, and language development in children. Brain and language, 229, 105112.

Versi Terbaru

31/07/2025

Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Anak Takut Suara Keras? Ini Alasan dan Tips Mengatasi yang Tepat

Telinga Sakit Saat Mengunyah? 4 Hal Ini Mungkin Jadi Penyebabnya


Ditinjau oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro · Ditulis oleh Zulfa Azza Adhini · Diperbarui 31/07/2025

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan