Fenomena sound horeg tengah ramai diperbincangkan di media sosial karena dampak suara keras yang ditimbulkan mulai meresahkan warga sekitar. Kebisingan tidak hanya bisa memengaruhi lingkungan atau kenyamanan aktivitas, tapi juga berdampak pada kesehatan fisik dan mental.
Dampak kebisingan untuk kesehatan
Sebagian orang, baik yang tinggal di kota maupun desa, mungkin sudah sering terpapar oleh suara keras, misalnya dari lalu lintas kendaraan, aktivitas industri, ataupun acara hiburan seperti konser dan sound horeg.
Tanpa disadari, paparan suara dengan intensitas tinggi, apalagi dalam waktu lama, dapat mengganggu kesehatan, mulai dari menyebabkan gangguan pendengaran hingga masalah mental.
Secara lebih lengkapnya, berikut ini beberapa dampak yang ditimbulkan kebisingan bagi kesehatan.
1. Masalah pendengaran
Menurut National Institute of Deafness and Other Communication Disorders, gangguan pendengaran bisa dialami jika seseorang terpapar suara di atas 85 dB dalam waktu lama dan secara berulang.
Paparan suara keras ini bisa saja terjadi ketika Anda berdiri terlalu dekat dengan speaker saat acara musik. Bahaya dekat speaker ini seringkali tidak disadari, terutama jika dilakukan berulang tanpa alat pelindung telinga.
Mendengar suara bising dalam waktu lama akan merusak rambut-rambut kecil pada rumah siput (koklea) dalam telinga, yang berfungsi menangkap getaran suara.
Apabila sel-sel rambut ini rusak, informasi suara tidak akan dapat diteruskan ke otak dengan baik dan mengganggu kemampuan pendengaran. Kondisi ini dikenal sebagai noise induced hearing loss (NIHL).
Beberapa jenis gangguan pendengaran yang disebabkan oleh pencemaran suara yaitu tuli sementara, permanen, dan tinnitus. Kondisi ini biasanya terjadi secara bertahap sehingga banyak orang mungkin tidak menyadarinya atau mengabaikannya.
2. Gangguan tidur
Dampak kebisingan juga dapat memicu gangguan tidur. Paparan suara keras, terutama pada malam hari, dapat membuat seseorang sering terbangun, sulit tidur nyenyak, hingga mengalami insomnia.
Kurang tidur tidak hanya membuat tubuh lelah, tetapi juga dapat memicu gangguan suasana hati dan penurunan konsentrasi yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jika terjadi dalam jangka panjang, gangguan tidur kronis dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan lainnya seperti hipertensi, diabetes, obesitas, depresi, hingga serangan jantung,
3. Masalah psikologis
Masalah psikologis seperti stres, depresi, atau gangguan kecemasan juga bisa menjadi dampak yang muncul dari kebisingan, terutama jika terjadi secara berulang dalam jangka panjang.
Mengutip studi dalam Journal of Exposure Science and Environmental Epidemiology, ketika tubuh merasa terganggu atau stres karena kebisingan, otak akan mengaktifkan sistem stres yang disebut poros HPA (hipotalamus pituitari adrenal).
Sistem ini akan melepaskan hormon-hormon stres dan memicu peradangan di seluruh tubuh, termasuk menyebar ke otak dan memicu peradangan pada saraf.
Hal ini bisa berkontribusi pada gangguan mental seperti depresi hingga gangguan kecemasan dalam jangka panjang.
4. Peningkatan risiko penyakit jantung
Kebisingan atau pencemaran suara tidak hanya memicu masalah psikologis, tetapi juga dapat menyebabkan penyakit jantung.
Sebuah studi dalam European Heart Journal menunjukkan bahwa peserta yang terpapar suara bising dengan intensitas lebih tinggi memiliki resiko lebih besar mengalami penyakit jantung.
Efek suara bising terhadap penyakit jantung diduga berkaitan dengan reaksi stres di otak, khususnya pada amigdala, yakni bagian otak yang berperan dalam mengelola emosi dan rasa takut.
Aktivitas amigdala yang meningkat akibat stres bisa memicu peradangan pada pembuluh darah yang berkontribusi terhadap berkembangnya penyakit jantung.
5. Mengganggu perkembangan kognitif anak
Paparan suara keras yang berlebihan pada anak-anak bisa berdampak negatif terhadap perkembangan otak, terutama kemampuan berbahasa dan belajar.
Sebuah studi dalam jurnal Brain and Language mengungkapkan bahwa anak-anak yang sering terpapar suara keras memiliki left inferior frontal gyrus (IFG) yang lebih tipis.
Left inferior frontal gyrus merupakan bagian penting dari otak yang terlibat dalam berbagai fungsi bahasa, seperti memahami kalimat, merangkai kata, dan mengontrol ucapan.
Gangguan pada bagian otak ini bisa menyebabkan masalah pembelajaran anak, terutama mata pelajaran yang memerlukan pemahaman bahasa yang kuat.