Anda tentu sudah sering mendengar tentang stroke. Ini merupakan salah satu gangguan pada saraf dan otak yang serius serta bisa membahayakan nyawa penderitanya. Biasanya, stroke ditandai dengan sejumlah gejala sehingga bisa diketahui kemunculannya. Namun, tahukah Anda bahwa stroke juga bisa terjadi tanpa Anda sadari? Kondisi ini disebut juga dengan silent stroke.
Apa itu silent stroke?
Silent stroke adalah jenis stroke yang tidak menyebabkan gejala umum yang terlihat.
Pada kebanyakan kasus, orang yang menderita silent stroke bahkan tidak tahu mereka mengalami penyakit ini.
Sama seperti stroke pada umumnya, jenis stroke ini juga terjadi ketika ada penyumbatan pembuluh darah di otak.
Kondisi ini menyebabkan bagian otak tertentu tidak dapat menerima darah dan oksigen sebagaimana mestinya sehingga sel-sel di area tersebut menjadi mati.
Adapun pada kondisi umum, penyumbatan ini menyebabkan berbagai gejala, seperti kelemahan di salah satu lengan atau kaki, kesulitan bicara, atau gangguan penglihatan.
Gejala ini muncul tergantung pada bagian otak mana yang terpengaruh oleh penyumbatan pembuluh darah tersebut.
Meski demikian, pada beberapa kasus, penyumbatan pembuluh darah di otak mungkin hanya kecil dan terjadi di bagian otak yang tidak mengontrol fungsi vital apa pun.
Pada kondisi ini, gejala stroke seperti yang disebutkan di atas mungkin menjadi tidak terlihat dan terasa. Inilah yang kemudian disebut dengan silent stroke.
Adakah gejala silent stroke yang bisa terdeteksi?
Sebagian besar penderita silent stroke memang tidak menyadari saat kondisi ini terjadi.
Pasalnya, gejala umum seperti sulit bicara, gangguan penglihatan, atau kelemahan di lengan dan kaki mungkin tidak terasa.
Meski demikian, istilah “silent” pada kondisi ini bukan berarti tidak ada gejala sama sekali yang bisa Anda deteksi.
Gejala pada kondisi ini bisa saja muncul, tetapi sering kali terabaikan. Adapun gejala yang timbul sering kali terkait dengan fungsi kognitif dan pemrosesan mental seseorang.
Berikut adalah beberapa gejala yang mungkin muncul.
- Mudah lupa.
- Sedikit perubahan suasana hati.
- Perubahan sementara pada keseimbangan atau kemampuan menggerakkan lengan atau kaki.
Oleh karena itu, jika Anda merasakan satu atau lebih dari gejala tersebut, terutama jika sudah terjadi secara terus menerus, lebih baik memeriksakan diri ke dokter.
Dokter akan membantu mencari tahu apa penyebab dari kondisi yang Anda alami.
Apa penyebab dari silent stroke?
Sama seperti stroke pada umumnya, penyebab silent stroke adalah adanya gumpalan yang bisa menyumbat pembuluh darah di otak.
Penyumbatan ini menyebabkan darah dan oksigen tidak dapat mengalir ke otak sebagaimana mestinya sehingga sel-sel otak di dekatnya mati.
Adapun beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya kondisi tersebut. Berikut adalah faktor risiko dari stroke tanpa gejala umum ini.
- Detak jantung tidak teratur (atrial fibrilasi),
- diabetes,
- tekanan darah tinggi,
- merokok.
- kolesterol tinggi, dan
- berusia lanjut.
Apakah silent stroke berbahaya?
Silent stroke mungkin bukanlah suatu kondisi darurat seperti stroke pada umumnya. Meski demikian, kondisi ini pun perlu Anda waspadai.
Sebab, silent stroke bisa meningkatkan risiko jenis stroke lain dengan gejala pada kemudian hari.
American Stroke Association menyebutkan bahwa para ahli memperkirakan ada sekitar 10 silent stroke pada setiap kasus stroke dengan gejala.
Tak hanya itu, seiring waktu, jenis stroke ini juga bisa menyebabkan banyak area otak yang rusak dan lebih banyak pembuluh darah kecil yang tersumbat.
Adapun kondisi ini bisa meningkatkan risiko demensia vaskular (multi-infarct dementia).
Demensia akibat stroke sering ditandai dengan beberapa gejala, seperti:
- kebingungan,
- masalah dengan ingatan jangka pendek,
- berjalan dengan langkah cepat dan terseok-seok,
- sulit mengikuti instruksi, hingga
- masalah pada kontrol kandung kemih.
Bagaimana cara dokter mendiagnosis kondisi ini?
Silent stroke mungkin sulit dokter kenali karena gejalanya sering kali tidak terlihat jelas.
Namun, kondisi ini sering kali terdiagnosis saat seseorang melakukan tes pencitraan otak, seperti MRI atau CT scan kepala, untuk alasan medis lain.
Melalui tes pemeriksaan tersebut, dokter dapat mengetahui adanya kerusakan pada otak yang terjadi akibat jenis stroke ini.
Selain itu, dokter juga akan menanyakan dan memeriksa riwayat medis Anda yang mungkin dapat menimbulkan kondisi ini, seperti tekanan darah, gula darah, kadar kolesterol, dan kemungkinan Anda merokok.