backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Terapi Trombolitik

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 05/01/2023

Terapi Trombolitik

Penggumpalan darah merupakan penyebab utama serangan jantung dan stroke. Jika gumpalan darah masuk ke paru-paru, maka dapat terjadi emboli paru akibat aliran darah yang tersumbat. Pada kondisi ini, penting untuk segera melakukan penanganan yang tepat, salah satunya dengan terapi trombolitik.

Ketahui selengkapnya tentang terapi trombolik di bawah ini.

Apa itu terapi trombolik?

Apa itu terapi trombolik?

Trombolisis, juga dikenal sebagai terapi trombolitik, adalah prosedur pengobatan untuk melarutkan gumpalan darah dalam pembuluh darah, melancarkan aliran darah, serta mencegah kerusakan jaringan dan organ.

Terapi trombolitik sering digunakan sebagai pengobatan darurat untuk melarutkan gumpalan darah yang terbentuk di pembuluh darah besar atau arteri.

Terapi trombolitik dilakukan dengan memberikan suntikan obat litik atau penghilang gumpalan melalui saluran intravena (IV) atau melalui kateter panjang yang mengantarkan obat langsung ke lokasi penyumbatan.

Obat litik untuk trombolisis meliputi berikut ini.

  • Anistreplase.
  • Reteplase.
  • Streptokinase dan kabikinase.
  • Alteplase atau recombinant tissue plasminogen activator (rt-PA).
  • Tenecteplase.
  • Urokinase.

Jika gumpalan darah cukup parah dan mengancam jiwa, terapi trombolitik bisa menjadi pilihan pengobatan jika dilakukan sesegera mungkin.

Idealnya, obat ini diberikan dalam waktu satu sampai dua jam setelah timbulnya gejala serangan jantung, stroke, atau emboli paru (jika diagnosis telah dibuat).

Kapan perlu menjalani terapi trombolitik?

Anda mungkin perlu menjalani terapi trombolik pada kondisi berikut.

  • Jika gumpalan darah tiba-tiba menyumbat pembuluh darah besar atau arteri.
  • Jika obat pengencer darah (antikoagulan) tidak mampu mengurangi penggumpalan darah akibat trombosis vena dalam (DVT) , pulmonary embolism (PE), atau PAD.

Terapi trombolik dapat digunakan untuk mengatasi penyakit atau gangguan berikut ini.

  • Penyumbatan pada arteri koroner penyebab serangan jantung yang tidak bisa ditangani dengan sten atau operasi.
  • Penyumbatan di dalam pembuluh darah (trombosis).
  • DVT yang bertambah parah akibat penyumbatan pembuluh darah vena.
  • Serangan jantung (infark miokard).
  • Stroke iskemik.
  • Penyakit Peripheral Artery Disease (PAD).
  • Gumpalan darah di paru-paru (emboli paru).
  • Gangguan akibat penggunaan kateter terlalu lama (oklusi kateter).
  • Penurunan aliran darah ke tungkai (oklusi arteri perifer akut).

Perlu Anda Ketahui

Dokter biasanya tidak akan menyarankan Anda untuk menjalani terapi trombolitik jika Anda memiliki kondisi berikut ini.
  • Perdarahan aktif.
  • Perdarahan otak, seperti perdarahan intrakranial.
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi) yang parah.
  • Penyakit ginjal.
  • Cedera otak yang baru terjadi.
Ibu hamil dan orang tua lanjut usia (lansia) juga memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami komplikasi akibat terapi trombolik. Jadi, ibu hamil dan lansia perlu pertimbangan yang lebih hati-hati sebelum menjalani prosedur ini.

Apa yang harus dilakukan sebelum terapi trombolitik?

Pada kondisi gawat darurat, seperti serangan jantung, stroke, arau emboli paru, dokter akan mulai melakukan terapi trombolik sesegera mungkin.

Untuk hasil yang terbaik, berikut waktu yang tepat melakukan terapi trombolik.

  • 2 Jam sejak gejala pertama kali terjadi.
  • 30 menit setelah tiba di rumah sakit.

Bagaimana prosedur terapi trombolitik dilakukan?

cara pemasangan kateter

Jika terjadi gumpalan darah, kondisi ini dapat ditangani dengan terapi trombolik untuk memasukan obat pengencer darah yang akan memecahkan gumpalan dan mengembalikan pasokan darah ke seluruh tubuh.

Terapi trombolik dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu sebagai berikut.

1. Trombolisis sistemik

Terapi trombolik sistemik dapat dilakukan untuk mengatasi serangan jantung dan stroke iskemik serta penyumbatan arteri paru-paru (acute pulmonary embolism).

Berikut langkah-langkah melakukan trombolisis sitemik.

  1. Dokter akan memberikan obat penenang.
  2. Obat bius akan diberikan untuk membuat bagian yang akan disuntikan mati rasa.
  3. Obat diberikan melalui infus yang dipasang pada pembuluh darah yang terlihat di lengan.
  4. Prosedur dilakukan saat Anda berbaring di kasur sambil diukur fungsi jantung dan paru-paru.
  5. Obat akan mengalir di dalam darah hingga mencapai posisi darah yang menggumpal.
  6. Infus akan dicopot setelah terpai selesai dan bekas suntikan akan ditutup dengan kapas steril.

2. Trombolisis kateter

Trombolisis kateter umumnya dilakukan secara rutin untuk menangani DVT dan PAD.

Untuk melakukan terapi trombolik ini, berikut langkah-langkahnya.

  1. Obat penenang akan diberikan untuk membuat Anda tenang.
  2. Obat bius akan diberikan untuk membuat bagian tubuh tempat terapi dilakukan mati rasa.
  3. Dokter akan menusuk kulit untuk memasukan selang plastik ke dalam pembuluh darah, biasanya pada selangkangan, leher, atau di belakang lutut.
  4. Obat dimasukan melalui selang hingga mencapai gumpalan.
  5. Jika dibutuhkan, alat kecil dimasukan ke dalam selang untuk menghancurkan atau menyedot gumpalan.
  6. Bila ada bagian pembuluh darah yang menyempit, angioplasti atau sten bisa digunakan untuk memperbesar pembuluh darah. Angioplasti dilakukan dengan memasukan balon yang bisa mengembang di dalam pembuluh darah. Sementara itu, pada kondisi yang penyempitan yang parah, sten, yang berupa tabung metal, dapat masukan ke dalam selang.
  7. Setelah terapi selesai dilakukan, kateter akan dikeluarkan dan lubang ditutup dengan kapas steril.

Pada prosedur trombolisis kateter panjang, bisa diberikan penambahan alat pelengkap.

Alata-alat ini meliputi alat putar atau ultrasonografi, cangkir isap (suction cup), atau pancaran cairan di ujungnya yang memecah atau menyedot bekuan darah.

Tambahan alat tersebut juga disebut dengan trombolisis mekanik yang digunakan bersamaan dengan trombolisis kateter.

Apa yang harus dilakukan setelah terapi trombolitik?

Selama obat bekerja menghancurkan darah yang menggumpal, dokter biasanya akan memantau kondisi dengan melakukan tes pemindaian, seperti:

Dokter juga akan memeriksa kondisi jantung dan paru-paru, serta memantau tekanan darah.

Pada umumnya, terapi akan memakan waktu selama 48 jam untuk bisa melarutkan darah yang menggumpal.

Namun, Anda biasanya harus menginap di rumah sakit selama 1—3 hari setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter untuk memastikan tidak ada lagi darah yang menggumpal.

Apa komplikasi yang dapat terjadi akibat terapi trombolitik?

Risiko utama terapi trombolitik yaitu bisa menyebabkan perdarahan dalam yang berbahaya.

Dilansir dari Cleveland Clinic, sekitar 5% dari jumlah pasien yang menjalani terapi ini mengalami perdarahan besar.

Sementara itu, sekitar 1% dari jumlah tersebut mengalami perdarahan otak yang menyebabkan stroke.

Selain risiko tersebut, risiko lainnya meliputi berikut ini.

  • Reaksi alergi.
  • Perdarahan di hidung, tinja, atau urine.
  • Perdarahan atau memar di sekitar bekas suntik atau area dimasukannya kateter.
  • Kerusakan ginjal, terutama jika memiliki diabetes.
  • Tekanan darah rendah (hipotensi).
  • Pergerakan gumpalan darah ke bagian tubuh lainnya.
  • Pembengkakan jaringan (angioedema).
  • Aritmia ventrikel.

Kesimpulan

Terapi trombolitik umumnya berhasil dan mampu melunturkan darah yang menggumpal. Namun, sekitar 25% orang yang telah menjalani terapi ini bisa kembali mengalami penggumpalan darah. Oleh karena itu, dokter mungkin akan menyarankan prosedur lain untuk membantu mengatasi penyebab darah menggumpal.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 05/01/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan