Hidung meler atau berair menjadi penyakit langganan pada beberapa orang. Penyebabnya pun beragam, mulai dari pilek, flu, alergi, atau sinusitis. Namun, ada kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala tersebut, yaitu kebocoran cairan otak.
Lalu, apa yang membedakan penyebab hidung terus-menerus meler karena kebocoran cairan otak dengan kondisi lainnya? Cari jawabannya pada ulasan berikut ini.
Apa itu kebocoran cairan otak?
Cairan otak atau cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan bening yang menyelimuti otak dan sumsum tulang belakang.
Cairan ini tersusun dari tiga lapisan membran. Fungsinya, sebagai bantalan yang melindungi sumsum tulang belakang dari cedera.
Kebocoran cairan serebrospinal dapat terjadi saat ada robekan atau lubang pada lapisan terluar membran atau disebut juga dengan duramater. Akibatnya, cairan akan keluar dengan sendirinya.
Kondisi ini dapat terbagi menjadi dua jenis berikut ini.
- Kebocoran cairan otak spinal, yakni kebocoran yang terjadi di sumsum tulang belakang.
- Kebocoran cairan otak kranial, yakni kebocoran yang terjadi di sekitar saraf kranial di otak.
Gejala kebocoran cairan otak
Biasanya, gejala hidung meler akibat pilek, flu, alergi, atau sinusitis akan sembuh bila diobati dan menghindari pemicunya.
Berbeda dengan hidung meler akibat kebocoran cairan serebrospinal yang akan terus terjadi dan tidak membaik dengan pengobatan biasa.
Selain itu, ada gejala lain akibat bocornya cairan otak yang perlu diwaspadai. Setiap pasien dengan kondisi ini bisa memiliki gejala yang berbeda-beda.
Jika cairan yang bocor cukup banyak, gejala yang dialami bisa cukup parah bahkan hingga mengganggu kegiatan sehari-hari.
Gejala yang timbul juga akan bergantung pada jenis kebocoran cairan serebrospinal yang dialami. Berikut ini adalah gejala dari masing-masing jenisnya.
Kebocoran cairan otak spinal
Gejala paling umum dari kondisi ini adalah sakit kepala.
Pada kondisi ini, biasanya kepala akan terasa sangat sakit ketika menundukkan kepala, bangun dari posisi duduk, dan sebaliknya. Gejala tersebut juga akan bertambah parah saat batuk atau mengejan.
Selain sakit kepala, gejala lain juga bisa menyertai, di antaranya sebagai berikut.
- Pusing.
- Leher atau pundak kaku.
- Telinga berdenging.
- Gangguan pendengaran.
- Gangguan penglihatan, seperti mata sakit dan pandangan kabur.
- Mual dan muntah
- Perubahan perilaku.
- Gangguan kesadaran.
Kebocoran cairan otak kranial
kebocoran yang terjadi di sekitar saraf kranial bisa ditandai dengan hidung meler atau berair.
Cairan yang keluar berwarna jernih dan akan semakin banyak keluar saat memiringkan kepala, menundukkan kepala, atau ketika mengejan.
Selain dari hidung, cairan juga bisa bocor atau keluar dari salah satu telinga.
Beberapa gejala lain pun juga dapat dialami, yang meliputi berikut ini.
- Kehilangan kemampuan pendengaran.
- Rasa seperti logam di mulut.
- Meningitis.
Dilansir dari Cleveland Clinic, cairan otak yang bocor bisa menyebabkan penurunan tekanan cairan di dalam kepala. Kondisi ini disebut juga dengan hipotensi intrakranial.
Jika kondisi tersebut terjadi, otak akan turun ke dasar tengkorak. Hal ini bisa menyebabkan tekanan yang terlalu besar pada bagian bawah otak. Akibatnya, fungsi bagian otak tersebut dapat terganggu dan timbul gejala.
Kebocoran cairan otak yang terlalu banyak juga bisa menyebabkan cairan mengalir masuk ke dalam sinus, hidung, telinga, atau bagian belakang tenggorokan. Pada kondisi ini, gejala berupa hidung meler atau berair bisa terjadi.
Oleh karena itu, penyebab hidung meler bukan hanya sinusitis, pilek, flu, atau alergi. Cairan yang keluar dari hidung bisa jadi merupakan cairan serebrospinal yang mengalami kebocoran.
Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti jumlah penderita kondisi ini. Namun, para ahli menduga jumlahnya lebih banyak dari yang diketahui.
Hal ini mungkin terjadi mengingat kondisi ini cukup sulit untuk didiagnosis atau terkadang dapat disalahartikan sebagai kondisi lain, seperti migrain, infeksi sinus, atau alergi.