Definisi hipoksia serebral
Hipoksia serebral atau brain hypoxia adalah suatu kondisi yang terjadi saat otak kekurangan oksigen. Artinya, oksigen yang sampai ke otak jumlahnya lebih sedikit dibanding yang dibutuhkan.
Padahal, otak membutuhkan asupan sejumlah oksigen dan nutrisi agar dapat berfungsi dengan baik. Oleh sebab itu, kondisi ini dianggap sebagai masalah kesehatan serius.
Umumnya, hipoksia serebral menyerang bagian terbesar dari otak, yaitu hemisfer serebral (cerebral hemisphere). Meski begitu, hipoksia serebral merupakan istilah yang menjelaskan adanya kekurangan oksigen pada seluruh bagian otak.
Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, termasuk cedera otak, stroke, keracunan karbon monoksida, dan masih banyak lagi.
Seberapa umum kondisi ini?
Kondisi ini bisa dialami oleh siapa saja dan terjadi secara tidak terduga. Oleh sebab itu, jika Anda merasakan satu dua gejala dari kondisi ini, lebih baik segera periksakan kondisi ke dokter untuk penanganan selanjutnya.
Tanda & gejala hipoksia serebral
Tanda atau yang mungkin muncul dari hipoksia serebral tergantung pada durasi atau berapa lama otak Anda mengalami kondisi ini. Gejala yang muncul dari hipoksia serebral beragam, mulai dari yang ringan hingga yang cukup parah.
Gejala hipoksia serebral yang tergolong ringan di antaranya:
- Perubahan fokus.
- Tidak bisa menilai sesuatu semestinya.
- Hilang ingatan untuk sementara.
- Pergerakan yang tidak terkoordinasi dengan baik.
Sementara, gejala hipoksia serebral yang termasuk ke dalam gejala yang cukup parah adalah:
Penyebab hipoksia serebral
Hipoksia serebral biasanya hanya mengganggu suplai oksigen menuju ke otak. Namun, ada pula yang mengganggu suplai oksigen sekaligus nutrisi yang dibutuhkan oleh otak.
Berikut adalah penyebab hipoksia serebral yang hanya mengganggu suplai oksigen menuju otak, di antaranya:
- Amyotrophic lateral sclerosis (ALS), penyakit yang menyebabkan kelumpuhan pada otot pernapasan.
- Menghirup asap dalam jumlah yang berlebihan, seperti saat sedang terjadi kebakaran.
- Keracunan karbon monoksida.
- Tersedak.
- Berada di dataran tinggi.
- Adanya tekanan pada trakhea.
- Tercekik.
Penyebab hipoksia serebral yang menghambat suplai oksigen dan nutrisi ke otak
Selain itu, ada juga penyebab terjadinya hipoksia serebral yang menghambat suplai oksigen sekaligus nutrisi menuju otak, seperti:
- Gagal jantung, yaitu kondisi saat jantung berhenti memompa darah.
- Aritmia, atau gangguan ritme jantung.
- Komplikasi dari anestesi lokal.
- Tenggelam.
- Overdosis obat.
- Stroke.
- Tekanan darah rendah.
- Cedera yang pernah dialami sebelum, saat, atau sesudah kelahiran, seperti cerebral palsy.
Faktor risiko hipoksia serebral
Selain penyebab, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami kondisi serius yang satu ini, seperti berikut.
- Serangan jantung.
- Tersedak.
- Tercekik.
- Tersetrum.
- Tenggelam.
- Rusaknya tabung gas yang melepaskan gas karbon monoksida.
- Penggunaan obat-obatan tertentu.
Komplikasi hipoksia serebral
Menurut Medline Plus, komplikasi yang paling mungkin terjadi dari kondisi ini adalah kematian pada otak yang berkepanjangan. Artinya, fungsi dasar dari tubuh pasien masih bekerja.
Sebagai contoh pernapasan, tekanan darah, fungsi mata, hingga siklus bangun dan tidur masih bekerja secara normal. Hanya saja, pasien tidak sadar dengan apa yang terjadi di sekitarnya, dan tidak bisa pula memberikan respons kepada lingkungan sekitarnya.
Berapa lama harapan hidup penderita hipoksia serebral?
Jika pasien mengalami kondisi di atas, kemungkinan besar, pasien akan mengalami kematian dalam kurun waktu satu tahun, meski tidak menutup kemungkinan pasien dapat bertahan hidup lebih lama.
Lama waktu pasien mampu bertahan sangat tergantung pada perawatan untuk pasien dan berbagai upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kondisi yang lebih buruk lagi.
Komplikasi lain yang mungkin terjadi adalah:
Diagnosis & pengobatan hipoksia serebral
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Hipoksia serebral dapat didiagnosis berdasarkan riwayat kesehatan seseorang. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik untuk diagnosis lebih lanjut. Namun, tak hanya sampai di situ, akan ada beberapa tes yang mungkin dilakukan dokter. Tujuannya mengetahui penyebab dari hipoksia. Di antaranya termasuk:
- Angiogram untuk otak.
- Tes darah, termasuk kadar kimia pada darah.
- CT scan untuk kepala.
- Ekokardiogram atau echo jantung yang menggunakan ultrasound untuk memeriksa kondisi jantung.
- Elektrokardiogram atau EKG alat untuk mengukur aktivitas listrik pada jantung.
- Elektroensefalogram, tes untuk melihat gelombang pada otak yang dapat mengidentifikasi adanya kejang dan menunjukkan bagaimana sel otak bekerja.
- Magnetic resonance imaging (MRI).
Jika setelah tes-tes tersebut dilakukan dan tekanan darah maupun fungsi hati masih berfungsi dengan baik, mungkin kondisi ini telah menyebabkan kematian pada otak.
Bagaimana cara mengatasi hipoksia serebral?
Biasanya, hasil diagnosis dari hipoksia serebral dapat menjelaskan secara rinci bagaimana kondisi pasien, mulai dari gejala yang pernah terjadi maupun kondisinya saat dibawa ke rumah sakit. Namun, hal tersebut sebaiknya dilakukan saat kondisi masih tergolong pada fase awal.
Jika sudah dapat diketahui penyebab dari kondisi ini, pengobatan pun sebaiknya dilakukan berdasarkan penyebabnya. Artinya, cepat atau lambatnya pengobatan juga sangat tergantung pada penyebab munculnya penyakit ini.
Biasanya, pengobatan untuk kondisi ini dilakukan agar detak jantung, tekanan darah, dan suplai oksigen menuju otak kembali pada kondisi normal. Sayangnya, pilihan pengobatan untuk kondisi ini tergolong masih sangat terbatas.
1. Penggunaan obat-obatan
Salah satu pengobatan yang mungkin dilakukan adalah penggunaan barbiturat. Obat ini dapat memperlambat aktivitas otak, sehingga dapat membantu mengatasi masalah yang terjadi pada otak selama dua hingga tiga hari setelah terjadi cedera.
2. Penggunaan alat bantu medis
Jika kondisi ini sudah tergolong cukup parah, pasien akan dirawat di unit perawatan intensif atau intensive care unit (ICU) dan akan dipasangi ventilator.
Biasanya, setelah mengalami kondisi ini, pasien akan mengalami kejang yang bisa terjadi secara berkelanjutan, sehingga sulit untuk dikontrol. Oleh sebab itu, perawatan di ICU dengan bantuan berbagai alat medis sangat dibutuhkan untuk membantu pasien agar bertahan hidup dan berhasil pulih.
3. Terapi hipotermi
Terapi ini juga bisa menjadi salah satu pilihan alternartif yang bisa digunakan untuk mengatasi hipoksia serebral. Terapi ini dianggap dapat memberikan efek protektif pada otak.
Selain itu, terapi hipotermi juga diduga dapat membantu pemulihan dengan cara mengurangi kebutuhan oksigen dan energi dari sel-sel pada otak.
Efek protektif yang dapat diberikan oleh terapi ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa orang yang mengalami kondisi ini bisa bertahan hidup.
Meski begitu, meski terapi ini sudah ada sejak lama, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji keampuhan dari pengobatan yang satu ini. Di samping itu, terapi ini juga diduga memiliki efek samping, seperti infeksi.
Pemulihan untuk hipoksia serebral
Jika kondisi pasien sudah stabil, yang harus dipikirkan selanjutnya adalah proses pemulihan dari pasien tersebut. Berapa lama waktu yang dibutuhkan hingga pasien bisa pulih dan kembali seperti semula?
Lama waktu pemulihan sangat berbeda untuk masing-masing individu. Seseorang bisa menjalani pemulihan selama beberapa bulan, tapi bisa juga selama bertahun-tahun lamanya.
Namun sayang, pada berbagai kasus, pasien mungkin tidak akan bisa benar-benar kembali seperti semula. Hanya saja, semakin cepat proses pemulihan dilakukan, maka akan semakin baik.
Rehabilitasi selama masa pemulihan
Biasanya, pasien akan menjalani rehabilitasi saat pemulihan. Pada saat itu, pasien akan dibantu oleh berbagai ahli terapi dalam menjalani terapi rehabilitasi.
Salah satu contohnya ahli terapi fisik yang dapat membantu pasien untuk meningkatkan kemampuan motorik seperti berjalan kaki yang mungkin melemah atau menurun setelah mengalami hipoksia serebral.
Di samping itu, ada pula ahli terapi okupasi yang dapat membantu pasien melakukan aktivitas sehari-hari seperti mengenakan pakaian, pergi ke kamar mandi, dan berbagai aktivitas lainnya.
Lalu, ada ahli terapi bicara yang dapat membantu pasien untuk meningkatkan kembali kemampuan berbicara atau memahami bahasa serta ucapan orang lain yang mungkin menjadi sulit dipahami.
Sebenarnya, terapi ini sama dengan terapi yang dibutuhkan untuk pemulihan berbagai masalah kesehatan otak lainnya. Tujuannya, untuk membantu pasien mengatasi berbagai kondisi yang dihadapi setelah selesai menjalani pengobatan agar bisa kembali beraktivitas.
[embed-health-tool-bmi]