backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Demensia Frontotemporal (Frontotemporal Dementia)

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/02/2021

Demensia Frontotemporal (Frontotemporal Dementia)

Definisi frontotemporal dementia

Apa itu frontotemporal dementia (demensia frontotemporal)?

Frontotemporal dementia (demensia frontotemporal atau FTD) adalah jenis demensia yang memengaruhi lobus frontal dan temporal otak, yakni otak bagian depan dan samping sehingga menimbulkan gangguan pada kepribadian, perilaku, dan kemampuan berbahasa.

Orang yang mengalami penyakit ini, bagian dari otak yang terkena akan mengalami penyusutan. Gejala yang ditimbulkan hampir serupa dengan masalah kejiwaan, sehingga sering kali salah diagnosis.

Selain area otak yang terkena, yang membedakan demensia ini dengan jenis lainnya adalah rentan menyerang orang yang berusia lebih muda, yakni sekitar 40 hingga 65 tahun. Sementara demensia jenis lain biasanya menyerang orang yang berusia 65 tahun ke atas.

Dikutip dari situs John Hopkins Medicine, ada beberapa jenis frontotemporal dementia (demensia frontotemporal), yakni:

  • FTD varian depan. Tipe FTD yang lebih memengaruhi perilaku dan kepribadian.
  • Afasia progresif primer. Afasia artinya kesulitan berkomunikasi dan tipe FTD ini terbagi lagi menjadi dua, yakni Afasia nonfluen progresif, yang memengaruhi kemampuan berbicara. Satu tipenya lagi adalah demensia semantik, yang memengaruhi kemampuan menggunakan dan memahami bahasa.
  • Tipe FTD lainnya. Tipe ini sangat langka dan memengaruhi gerakan tubuh, sehingga menimbulkan gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson dan penyakit (Amyotrophic lateral sclerosis/ALS) atau dikenal dengan penyakit Lou Gehrig.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Frontotemporal dementia (demensia frontotemporal) adalah jenis demensia yang cukup jarang menyerang lansia, ketimbang jenis lain, seperti penyakit Alzheimer, demensia lewy body, dan demensia vaskular.

Selain rentan menyerang orang yang berusia lebih muda, jenis demensia ini juga lebih sering ditemui pada wanita dibanding pria.

Tanda & gejala frontotemporal dementia

Tanda dan gejala frontotemporal dementia dapat berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Gejala semakin memburuk dari waktu ke waktu, biasanya selama bertahun-tahun.

Berikut ini adalah tanda dan gejala demensia frontotemporal yang umumnya terjadi:

Perubahan perilaku

Gejala demensia jenis ini yang paling umum melibatkan perubahan ekstrem dalam perilaku dan kepribadian, yang meliputi:

  • Kehilangan empati dan keterampilan interpersonal lainnya, seperti kepekaan terhadap perasaan orang lain.
  • Kurangnya penilaian dan kehilangan minat pada sesuatu yang sebelumnya disukai.
  • Perilaku kompulsif yang berulang-ulang, seperti menepuk atau menampar bibir.
  • Tidak peduli dengan kebersihan diri.
  • Perubahan kebiasaan makan, makan berlebihan atau menjadi suka makanan manis atau tinggi karbohidrat.
  • Suka memasukkan benda-benda yang bukan makanan ke mulut.

Kemampuan berbahasa dan berbicara bermasalah

  • Kesulitan dalam menggunakan dan memahami bahasa tulisan maupun lisan. Sebagai contoh, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk digunakan dalam ucapan atau penamaan objek.
  • Berbicara terbata-bata atau membuat kesalahan ketika mengucapkan suatu kalimat, sehingga menjadi acak.

Sistem gerak bermasalah

Penyebab frontotemporal dementia

Penyebab utama frontotemporal dementia (demensia frontotemporal) tidak diketahui pasti. Namun, hasil pencitraan menunjukkan pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami penyusutan ukuran lobus frontal dan temporal otak.

Selain itu, ditemukan juga penumpukan zat tertentu di otak. Akan tetapi, mekanisme perubahan ukuran otak akibat penumpukan zat tidak diketahui secara pasti.

Peneliti juga menemukan adanya kaitan antara jenis demensia ini dengan riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit serupa, penyakit akibat kelainan genetik, dan penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS).

Faktor risiko frontotemporal dementia

Faktor risiko dari frontotemporal dementia (demensia frontotemporal) adalah genetik, yakni berisiko tinggi terjadi ketika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit ini. Tidak faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini.

Diagnosis & pengobatan frontotemporal dementia

Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.

Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis demensia jenis ini. Dokter akan mengamati tanda dan gejala penyakit yang dirasakan mencoba menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya.

Gangguan ini sangat sulit untuk didiagnosis sejak dini karena gejalanya sering tumpang tindih dengan gejala kondisi lain. Beberapa tes kesehatan yang biasanya dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah:

Tes darah

Bertujuan untuk membantu menyingkirkan kondisi lain, seperti penyakit hati atau ginjal, sehingga dokter akan meminta Anda menjalani tes kesehatan ini.

Pengamatan gejala yang berkaitan dengan gangguan tidur

Beberapa gejala apnea tidur obstruktif menimbulkan gejala masalah ingatan dan berpikir serta perubahan perilaku, yang bisa mirip dengan demensia jenis ini.

Jika Anda juga memiliki gejala apnea tidur (dengkuran keras dan napas terhenti saat tidur), dokter mungkin meminta Anda menjalani tes tidur untuk menyingkirkan apnea tidur obstruktif sebagai penyebab gejala Anda.

Pengujian neuropsikologis

Terkadang dokter secara ekstensif menguji kemampuan penalaran dan ingatan Anda. Jenis pengujian ini sangat membantu dalam menentukan jenis demensia pada tahap awal.

Pemindaian otak

Dengan melihat gambar otak, dokter mungkin dapat menemukan kelainan yang terlihat, seperti gumpalan, perdarahan atau tumor, yang mungkin menyebabkan tanda dan gejala.

Beberapa jenis pencitraan otak yang biasanya direkomendasikan adalah MRI dan pemindaian pelacak emisi positron fluorodeoxyglucose (FDG-PET).

Apa saja cara mengobati frontotemporal dementia (demensia frontotemporal)?

Hingga kini tidak ada obat maupun pengobatan khusus yang bisa menyembuhkan demensia jenis ini.

Obat yang diberikan untuk pasien penyakit Alzheimer diketahui tidak efektif dalam mengobati frontotemporal dementia (demensia frontotemporal). Bahkan pada beberapa kasus, malah memperburuk gejalanya.

Pengobatan demensia jenis ini yang biasanya dijalani pasien, antara lain:

  • Minum obat antidepresan seperti seperti trazodone, dapat mengurangi masalah perilaku. Obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil) atau sertraline (Zoloft) juga diketahui efektif dapat menekan gejala.
  • Minum obat antipsikotik, seperti olanzapine (Zyprexa) atau quetiapine (Seroquel), terkadang digunakan untuk meredakan masalah perilaku pasien. Namun, penggunaan obat ini harus sangat diawasi karena bisa menimbulkan efek samping yang mengancam jiwa.
  • Mengikuti terapi wicara untuk membantu pasien berkomunikasi dengan baik.

Pengobatan frontotemporal dementia di rumah

Pasien yang mengalami penyakit demensia jenis ini sangat butuh bantuan anggota keluarga atau pengasuh dalam menjalani pengobatan rumahan dan menyelesaikan aktivitas harian.

Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menunjang kehidupan yang baik untuk pasien demensia frontotemporal adalah:

  • Menjalani olahraga secara rutin untuk membantu meningkatkan suasana hati dan keterampilan berpikir.
  • Mengonsumsi makanan yang menyehatkan otak dan tubuh secara menyeluruh, seperti buah dan sayur.
  • Menjaga suasana lingkungan rumah tetap aman, nyaman, dan tenang. Hindari berbagai perabotan rumah yang bisa menimbulkan cedera bagi pasien dan menyembunyikan benda-benda tajam agar tidak disalahgunakan oleh pasien.

Pencegahan frontotemporal dementia

Penyakit frontotemporal dementia (demensia frontotemporal) berkaitan dengan mutasi gen yang mungkin diwariskan orangtua. Tidak ada tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko penyakit ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 16/02/2021

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan