Mendengar kata demensia, banyak orang langsung membayangkan kondisi yang dialami lansia, seperti kesulitan mengingat atau bingung dengan hal-hal di sekitarnya. Namun, tahukah Anda bahwa ada jenis demensia yang justru lebih sering menyerang usia produktif, bahkan mulai dari usia 40 tahun? Kondisi ini dikenal sebagai demensia frontotemporal.
Sebenarnya, apa itu demensia frontotemporal dan apa penyebabnya? Ketahui jawabannya di sini.
Apa itu demensia frontotemporal?
Demensia frontotemporal atau frontotemporal dementia (FTD) adalah jenis demensia yang memengaruhi lobus frontal dan temporal otak, yakni otak bagian depan dan samping.
Kondisi tersebut kemudian menimbulkan gangguan pada kepribadian, perilaku, dan kemampuan berbahasa.
Orang yang mengalami penyakit ini, bagian dari otak yang terkena akan mengalami penyusutan. Gejala yang ditimbulkan hampir serupa dengan masalah kejiwaan, sehingga sering kali salah diagnosis.
Berbeda dengan jenis demensia lainnya, frontotemporal dementia rentan menyerang orang yang berusia lebih muda, yakni sekitar 40 hingga 65 tahun.
Sementara demensia jenis lain biasanya menyerang orang yang berusia 65 tahun ke atas.
Dikutip dari situs John Hopkins Medicine, ada beberapa jenis frontotemporal dementia, di antaranya sebagai berikut.
- FTD varian depan. Tipe FTD yang lebih memengaruhi perilaku dan kepribadian.
- Afasia progresif primer. Afasia artinya kesulitan berkomunikasi dan tipe FTD ini terbagi lagi menjadi dua, yakni afasia nonfluen progresif yang memengaruhi kemampuan berbicara, serta demensia semantik yang memengaruhi kemampuan menggunakan dan memahami bahasa.
- Tipe FTD lainnya. Tipe ini sangat langka dan memengaruhi gerakan tubuh, sehingga menimbulkan gejala yang mirip dengan penyakit Parkinson dan penyakit ALS (amyotrophic lateral sclerosis) atau dikenal dengan penyakit Lou Gehrig.
Seberapa umumkah penyakit ini?
Demensia frontotemporal adalah jenis demensia yang cukup jarang menyerang lansia, ketimbang jenis lain, seperti penyakit Alzheimer, lewy body dementia, dan demensia vaskular.
Selain rentan menyerang orang yang berusia lebih muda, jenis demensia ini juga lebih sering ditemui pada wanita dibanding pria.
Tanda dan gejala demensia frontotemporal
Tanda dan gejala frontotemporal dementia dapat berbeda dari satu individu ke individu lainnya. Gejala semakin memburuk dari waktu ke waktu, biasanya selama bertahun-tahun.
Berikut adalah tanda dan gejala demensia frontotemporal yang umumnya terjadi.
1. Perubahan perilaku
Gejala demensia jenis ini paling umum melibatkan perubahan ekstrem dalam perilaku dan kepribadian, yang meliputi berikut ini.
- Kehilangan empati dan keterampilan interpersonal lainnya, seperti kepekaan terhadap perasaan orang lain.
- Kurangnya penilaian dan kehilangan minat pada sesuatu yang sebelumnya disukai.
- Perilaku kompulsif yang berulang-ulang, seperti menepuk atau menampar bibir.
- Tidak peduli dengan kebersihan diri.
- Perubahan kebiasaan makan, makan berlebihan atau menjadi suka makanan manis atau tinggi karbohidrat.
- Suka memasukkan benda-benda yang bukan makanan ke mulut.
2. Kemampuan berbahasa dan berbicara bermasalah
Kesulitan dalam menggunakan dan memahami bahasa tulisan maupun lisan juga bisa menjadi gejala FTD.
Sebagai contoh, kesulitan menemukan kata yang tepat untuk digunakan dalam ucapan atau penamaan objek.
Selain itu, berbicara terbata-bata atau membuat kesalahan ketika mengucapkan suatu kalimat, sehingga menjadi acak.
3. Sistem gerak bermasalah
Mengalami masalah pada sistem gerak juga menjadi salah satu gejala dari frontotemporal dementia.
Beberapa di antaranya yaitu koordinasi tubuh memburuk, kesulitan menelan, tremor, otot kaku, dan kejang.
Penyebab demensia frontotemporal
Penyebab utama frontotemporal dementia tidak diketahui pasti.
Namun, hasil pencitraan menunjukkan pasien yang mengidap penyakit ini akan mengalami penyusutan ukuran lobus frontal dan temporal otak.
Selain itu, ditemukan penumpukan zat tertentu di otak. Akan tetapi, mekanisme perubahan ukuran otak akibat penumpukan zat tidak diketahui secara pasti.
Peneliti juga menemukan adanya kaitan antara jenis demensia ini dengan riwayat kesehatan keluarga dengan penyakit serupa, penyakit akibat kelainan genetik, dan penyakit amyotrophic lateral sclerosis (ALS).
Sementara itu, faktor risiko dari frontotemporal dementia adalah genetik, yakni berisiko tinggi terjadi ketika ada anggota keluarga yang memiliki penyakit ini.
Tidak faktor risiko lainnya yang dapat meningkatkan risiko penyakit ini.
Bagaimana cara mendiagnosis kondisi ini?
Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis demensia jenis ini. Dokter akan mengamati tanda dan gejala penyakit yang dirasakan dan mencoba menyingkirkan kemungkinan penyebab lainnya.
Gangguan ini sangat sulit untuk didiagnosis sejak dini karena gejalanya sering tumpang tindih dengan gejala kondisi lain.
Beberapa tes kesehatan yang biasanya dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis adalah sebagai berikut.
1. Tes darah
Bertujuan untuk membantu menyingkirkan kondisi lain, seperti penyakit hati atau ginjal, sehingga dokter akan meminta Anda menjalani tes kesehatan ini.
2. Pengamatan gejala yang berkaitan dengan gangguan tidur
Beberapa gejala apnea tidur obstruktif menimbulkan gejala masalah ingatan dan berpikir serta perubahan perilaku, yang bisa mirip dengan demensia jenis ini.
Jika Anda juga memiliki gejala apnea tidur (dengkuran keras dan napas terhenti saat tidur), dokter mungkin meminta Anda menjalani tes tidur untuk menyingkirkan apnea tidur obstruktif sebagai penyebab gejala Anda.
3. Pengujian neuropsikologis
Terkadang, dokter secara ekstensif menguji kemampuan penalaran dan ingatan Anda. Jenis pengujian ini sangat membantu dalam menentukan jenis demensia pada tahap awal.
4. Pemindaian otak
Dengan melihat gambar otak, dokter mungkin dapat menemukan kelainan yang terlihat, seperti gumpalan, perdarahan atau tumor, yang mungkin menyebabkan tanda dan gejala.
Beberapa jenis pencitraan otak yang biasanya direkomendasikan adalah MRI dan pemindaian pelacak emisi positron fluorodeoxyglucose (FDG-PET).
Bagaimana cara mengobati demensia frontotemporal?
Hingga kini tidak ada obat maupun pengobatan khusus yang bisa menyembuhkan demensia jenis ini.
Obat untuk pasien penyakit Alzheimer diketahui tidak efektif dalam mengobati frontotemporal dementia.
Bahkan pada beberapa kasus malah memperburuk gejalanya. Pengobatan demensia jenis ini yang biasanya dijalani pasien, antara lain sebagai berikut.
- Minum obat antidepresan seperti trazodone dapat mengurangi masalah perilaku. Obat selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti citalopram (Celexa), paroxetine (Paxil) atau sertraline (Zoloft) juga diketahui efektif menekan gejala.
- Minum obat antipsikotik, seperti olanzapine (Zyprexa) atau quetiapine (Seroquel), terkadang digunakan untuk meredakan masalah perilaku pasien. Namun, penggunaan obat ini harus sangat diawasi karena bisa menimbulkan efek samping yang mengancam jiwa.
- Mengikuti terapi wicara untuk membantu pasien berkomunikasi dengan baik.
Apa pengobatan rumahan untuk demensia frontotemporal?
Pasien yang mengalami penyakit demensia jenis ini sangat butuh bantuan anggota keluarga atau pengasuh dalam menjalani pengobatan rumahan dan menyelesaikan aktivitas harian.
Beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menunjang kehidupan yang baik untuk pasien demensia frontotemporal adalah sebagai berikut.
- Menjalani olahraga secara rutin untuk membantu meningkatkan suasana hati dan keterampilan berpikir.
- Mengonsumsi makanan yang menyehatkan otak dan tubuh secara menyeluruh, seperti buah dan sayur.
- Menjaga suasana lingkungan rumah tetap aman, nyaman, dan tenang. Hindari berbagai perabotan rumah yang bisa menimbulkan cedera bagi pasien dan menyembunyikan benda-benda tajam agar tidak disalahgunakan oleh pasien.
Bagaimana cara mencegah frontotemporal dementia?
Penyakit demensia frontotemporal berkaitan dengan mutasi gen yang mungkin diwariskan orangtua.
Oleh karena itu, tidak ada tindakan pencegahan yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko penyakit ini.
Namun, Anda disarankan untuk menerapkan pola hidup sehat, seperti mengonsumsi makanan bergizi seimbang, rutin berolahraga, hindari merokok dan stres, serta beristirahat cukup guna menjaga kesehatan otak Anda.
Konsultasikan kepada dokter untuk mendapat informasi lebih lanjut atau jika Anda khawatir akan gejala yang Anda alami.
Kesimpulan
- Demensia frontotemporal adalah jenis demensia yang lebih sering menyerang orang usia 40 hingga 65 tahun.
- Gejala penyakit ini mencakup perubahan perilaku, gangguan kemampuan berbahasa, hingga masalah pada sistem gerak.
- Hingga saat ini, belum ditemukan pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit ini, tetapi terapi dan penggunaan obat tertentu dapat membantu meredakan gejala serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
[embed-health-tool-bmi]