Definisi
Apa itu alergi obat?
Alergi obat adalah reaksi alergi yang tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan. Obat-obatan yang dimaksud termasuk obat bebas, obat resep, dan obat herbal, baik yang diminum maupun digunakan dengan cara lain.
Gejala paling umum dari alergi obat-obatan adalah demam serta gatal dan ruam pada kulit. Kondisi ini dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan alergi dan seberapa banyak obat yang Anda konsumsi.
Apa bedanya dengan efek samping obat?
Alergi obat berbeda dengan efek samping obat. Efek samping adalah dampak yang mungkin dialami orang sehat yang minum obat, serta tidak selalu melibatkan sistem imun. Kondisi ini mungkin merugikan, tapi juga bisa menguntungkan.
Misalnya, aspirin yang digunakan untuk mengobati sakit kepala sering menyebabkan sakit perut. Akan tetapi, obat ini juga mempunyai efek samping yang menguntungkan, yakni mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Sementara itu, reaksi alergi merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh reaksi sistem imun manusia terhadap zat pemicu alergi. Dalam kasus ini, zat pemicunya adalah obat yang Anda gunakan.
Jenis
Apa saja jenisnya?
Ada berbagai jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan gejala alergi. Banyak peneliti menduga bahwa kemunculan gejala alergi lebih sering terjadi akibat penggunaan obat-obat berikut ini.
1. Antibiotik
Kira-kira 1 dari 15 orang alergi antibiotik, khususnya dari golongan penisilin dan cephalosporin. Meski begitu, antibiotik golongan lain dengan kandungan yang mirip dengan penisilin dan cephalosporin juga bisa saya menimbulkan reaksi serupa.
2. Pereda nyeri NSAID
Ibuprofen, dan asam mefenamat adalah obat pereda nyeri non-steroid (NSAID) yang sangat umum digunakan. Kendati aman, keduanya ternyata bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang. Orang yang alergi obat-obatan ini kemungkinan juga alergi terhadap aspirin dan naproxen sodium.
3. Paracetamol
Obat ini berfungsi meredakan nyeri ringan hingga sedang dan kerap menimbulkan reaksi alergi paracetamol. Alergi terjadi karena sistem imun bereaksi berlebihan terhadap kandungan di dalamnya.
Reaksi biasanya tidak muncul saat pertama kali Anda minum paracetamol, melainkan setelah tubuh berulang kali terpapar obat ini.
4. Obat yang memengaruhi fungsi sistem imun
Reaksi alergi berkaitan erat dengan respons sistem imun. Maka dari itu, obat-obatan yang memengaruhi fungsi sistem imun juga berpotensi menimbulkan reaksi alergi. Jenis obat yang dapat menjadi pemicunya antara lain:
- obat-obatan kemoterapi kanker
- obat-obatan HIV/AIDS, serta
- obat-obatan untuk penyakit autoimun, termasuk rematik.
5. Obat dan produk lainnya
Reaksi alergi juga dapat muncul setelah penggunaan obat-obatan dan produk:
- Krim atau losion kortikosteroid.
- Produk obat/suplemen/vitamin yang mengandung bee pollen.
- Echinacea, herbal yang biasa digunakan untuk masuk angin.
- Pewarna yang digunakan untuk MRI, CT scan, dan sebagainya (radiocontrast media).
- Opiat untuk mengatasi nyeri kronis.
- Obat bius lokal.
Gejala
Apa saja ciri-ciri alerginya?
Reaksi alergi biasanya muncul satu jam setelah menggunakan obat-obatan. Berikut gejala alergi ini.
1. Ruam gatal pada kulit
Ruam gatal atau biduran merupakan gejala alergi yang paling umum. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa menit setelah meminum obat-obatan. Ruam dapat terlihat pada satu bagian tubuh saja atau beberapa area sekaligus.
Gejala alergi pada kulit terjadi karena sistem imun melepaskan histamin. Histamin berperan dalam memicu peradangan dan memanggil lebih banyak sel kekebalan untuk melawan alergen. Namun, zat kimia ini juga yang menyebabkan berbagai gejala alergi.
2. Demam
Demam dipicu oleh reaksi peradangan di dalam tubuh. Peradangan terjadi saat sistem imun mengeluarkan antibodi dan histamin untuk melawan alergen. Dalam kondisi seperti ini, tubuh akan menaikkan suhu sebagai sinyal bahwa ada yang salah.
Gejala alergi yang satu ini biasanya berlangsung sebentar dan akan membaik setelah minum obat-obatan untuk alergi. Apabila demam berlangsung hingga berhari-hari, segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
3. Mata gatal dan berair
Konsumsi obat-obatan juga dapat menyebabkan gejala alergi pada mata. Bukan tanpa sebab, hal ini terjadi ketika sel-sel kekebalan tubuh di sekitar mata mendeteksi keberadaan obat yang dianggap sebagai alergen.
Sistem kekebalan tubuh lantas mengeluarkan antibodi dan histamin lewat sel khusus yang disebut sel mast. Respons ini menyebabkan mata terasa gatal, berair, menjadi kemerahan, dan terkadang tampak bengkak.
4. Pembengkakan
Pembengkakan disebabkan karena sistem imun menganggap obat yang Anda minum sebagai zat berbahaya. Sistem imun akhirnya melepaskan berbagai zat kimia yang menyebabkan pembengkakan pada kulit, bibir, lidah, dan tenggorokan.
Terkadang, pembengkakan juga bisa terjadi di organ dalam sehingga menyebabkan nyeri pada dada atau perut. Gejala ini biasanya berlangsung selama 1-3 hari dan akan membaik setelah Anda berhenti mengonsumsi obat yang memicu alergi.
5. Gejala lain yang lebih serius
Selain gejala-gejala umum yang telah disebutkan, alergi obat juga bisa menyebabkan gejala lain yang lebih serius, seperti:
- Muncul kemerahan dan nyeri pada kulit.
- Kulit tampak mengelupas atau terdapat luka lepuh.
- Ruam yang menyebar ke mata, mulut, dan area kelamin.
- Sesak napas dan rasa tidak nyaman pada tubuh.
Kapan Anda perlu ke dokter?
Alergi obat umumnya tidak membahayakan, tapi Anda perlu berkonsultasi ke dokter bila gejala tidak kunjung membaik atau bahkan bertambah parah. Pemeriksaan lebih lanjut membantu dalam menentukan penyebab alergi dan pengobatan yang sesuai.
Anda juga harus memeriksakan diri bila mengalami reaksi alergi parah yang disebut anafilaksis. Anafilaksis merupakan sekumpulan gejala alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini tergolong darurat dan bisa berakibat fatal bila tidak ditangani.
Berikut tanda-tanda anafilaksis yang perlu diwaspadai.
- Pembengkakan pada lidah dan tenggorokan sehingga menyebabkan kesulitan bernapas.
- Jantung berdebar dengan denyut yang lemah.
- Penurunan tekanan darah secara drastis.
- Mual, muntah, atau diare.
- Gelisah atau pusing.
- Pingsan atau koma.
Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, cobalah berkonsultasi dengan dokter agar Anda dapat menjalani pemeriksaan lanjutan.
Penyebab
Apa penyebab alergi obat?
Penyebab alergi adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap zat kimia pada obat-obatan. Padahal, respons ini seharusnya ditujukan pada bibit penyakit atau zat tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh.
Sistem imun justru menganggap obat-obatan sebagai zat kimia yang berbahaya, lalu menyerangnya dengan melepaskan antibodi dan zat-zat kimia termasuk histamin. Kombinasi antibodi dan zat kimia inilah yang kemudian menimbulkan gejala reaksi.
Faktor-faktor risiko
Siapa yang berisiko terkena alergi ini?
Orang dewasa, lansia, hingga anak-anak dapat memiliki alergi terhadap obat ataupun produk sejenisnya. Bahkan, Anda bisa saja menjadi alergi terhadap obat-obatan yang telah digunakan berkali-kali sebelumnya tanpa efek samping.
Belum jelas apa yang membuat sistem imun seseorang lebih sensitif terhadap obat tertentu. Namun, berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risikonya.
1. Faktor genetik
Kondisi genetik dapat meningkatkan peluang seseorang menjadi sensitif terhadap obat tertentu. Misalnya, jika Anda dan pasangan mengalami alergi pada suatu obat, anak Anda berisiko 75% berisiko mengalami kondisi yang sama.
2. Pernah mengalami hipersensitivitas obat
Menurut World Allergy, beberapa orang yang pernah mengalami hipersensitivitas pada obat tertentu juga berisiko menjadi sensitif terhadap obat yang lain. Salah satu bentuk sensitivitas tersebut kemungkinan adalah alergi.
3. Faktor lainnya
Faktor-faktor lain yang membuat Anda berisiko terkena alergi obat yakni:
- Ada riwayat asma atau alergi lain, misalnya alergi makanan atau debu.
- Ada anggota keluarga dekat yang memiliki alergi.
- Menggunakan obat dengan kandungan seperti obat yang sebelumnya memicu reaksi.
Diagnosis
Bagaimana cara mendiagnosis alergi obat?
Alergi obat-obatan dapat didiagnosis melalui tes alergi berikut.
1. Pemeriksaan fisik
Dokter pertama-tama akan memeriksa reaksi tubuh terhadap obat, misalnya apakah ada ruam dan gatal. Selain itu, ada pula pemeriksaan detak jantung dan pernapasan selama mengonsumsi obat.
Dokter juga akan bertanya tentang obat apa saja yang pernah Anda minum dan kapan gejala pertama kali muncul. Jika Anda alergi terhadap obat lainnya dengan kandungan yang sama, Anda mungkin memiliki alergi terhadap obat tersebut.
2. Tes kulit
Dokter spesialis alergi atau perawat akan memberikan ekstrak alergen yang dicurigai sebagai pemicu alergi. Pemberian alergi bisa melalui uji tusuk kulit (skin prick test), tes tempel (skin patch test), atau suntikan ke kulit.
Dokter kemudian mengamati gejala yang muncul selama 15 menit. Jika terdapat gatal atau bentol kemerahan pada area kulit yang ditusuk, ada kemungkinan Anda menderita alergi obat.
3. Tes darah
Dokter terkadang menganjurkan tes darah untuk memeriksa antibodi yang berkaitan dengan reaksi alergi. Metode ini juga dapat digunakan jika pasien tidak disarankan menjalani tes kulit karena suatu penyebab.
Obat dan Pengobatan
Apa saja pilihan pengobatan yang tersedia?
Berikut beberapa cara untuk mengatasi alergi obat.
1. Antihistamin
Saat bertemu dengan alergen obat, tubuh Anda akan mengeluarkan histamin sebagai tanda bahaya. Pelepasan histamin dapat memicu gejala alergi seperti bengkak, gatal, atau iritasi.
Maka dari itu, tubuh Anda memerlukan penawarnya, yaitu obat antihistamin. Obat ini menghambat pelepasan histamin di dalam tubuh sekaligus meredakan gejala seperti kulit gatal, ruam, dan kemerahan.
2. Kortikosteroid
Alergi obat menyebabkan peradangan, pembengkakan pada saluran pernapasan, dan gejala serius lainnya. Obat kortikosteroid dapat mengatasi gejala alergi obat dengan cara mengurangi peradangan.
3. Obat bronkodilator
Apabila alergi obat menyebabkan batuk, dokter biasanya menyarankan bronkodilator. Bronkodilator membantu membuka saluran udara sehingga Anda bisa bernapas lebih mudah. Obat ini tersedia dalam bentuk cair dan bubuk untuk digunakan dalam inhaler.
4. Suntikan epinefrin
Suntikan epinefrin merupakan pertolongan pertama untuk alergi parah. Obat ini bekerja dengan mengembalikan efek histamin pada tubuh sehingga denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan kembali normal.
5. Desensitisasi
Desensitisasi sebetulnya bukan pengobatan pasti alergi obat. Perawatan ini dirancang agar tubuh Anda untuk sementara waktu dapat mentoleransi alergen obat. Caranya, dokter akan memberikan Anda obat-obatan dengan dosis kecil.
Dosis obat kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 15 hingga 30 menit selama beberapa jam atau hari. Setelah dilihat seberapa besar tingkat reaksi, dokter akan menguji dan mengukur pada dosis mana alergi Anda mulai bereaksi.