Ereksi penis merupakan hasil dari interaksi kompleks antara sistem pusat perifer saraf, hormon, pembuluh darah, dan otot polos. Ereksi tidak maksimal terkadang terjadi karena faktor kesehatan fisik maupun psikologis.
Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan · General Practitioner · None
Ereksi penis merupakan hasil dari interaksi kompleks antara sistem pusat perifer saraf, hormon, pembuluh darah, dan otot polos. Ereksi tidak maksimal terkadang terjadi karena faktor kesehatan fisik maupun psikologis.
Pikiran dan perasaan pria mendorong kemampuan mereka untuk terangsang dan mempertahankan ereksi. Lantas, apa penyebab dari ereksi penis yang kurang keras?
Ereksi penis yang kurang keras dan terasa lembek bisa memengaruhi performa dan kenikmatan seksual saat berhubungan intim.
Beberapa hal bisa memengaruhi penis yang tidak bisa ereksi secara maksimal. Jika mengetahui penyebabnya, tentu Anda bisa mencari tahu cara mengatasinya.
Berikut adalah penjelasan mengapa penis tidak keras saat berhubungan seksual.
Sebuah studi dalam Journal of Sexual Medicine (2014) menemukan pria yang mengalami impotensi, sehingga ereksi penis tidak bisa keras, memiliki kadar vitamin D dalam tubuh yang lebih rendah.
Kandungan vitamin D memiliki peranan penting dalam tubuh pria dalam melancarkan peredaran darah.
Tubuh pria yang kekurangan vitamin D kemungkinan besar memiliki peredaran darah yang kurang lancar, termasuk menuju ke penis saat terjadinya proses ereksi.
Maka itu, penting untuk memperoleh sumber vitamin D dengan berjemur di bawah sinar matahari pagi.
Anda juga bisa memenuhi kebutuhan vitamin D dengan mengonsumsi sereal oatmeal, roti, telur, dan daging salmon.
Sebuah artikel ilmiah terbitan PloS one (2015) menunjukkan bahwa sekitar 42% pria yang minum kopi kurang lebih dua gelas kopi per hari lebih kecil kemungkinannya mengalami ereksi tidak normal.
Dalam dua gelas kopi tersebut mengandung setidaknya 85 – 170 miligram kafein. Kurang asupan kafein mungkin bisa memicu kondisi ereksi tidak keras.
Salah satu manfaat kafein adalah berpotensi membantu merilekskan pembuluh darah dan otot dalam penis.
Hal tersebut meningkatkan aliran darah ke penis saat tubuh memperoleh rangsangan seksual. Meski demikian, temuan ini membutuhkan studi lebih lanjut.
Disfungsi ereksi atau impotensi umumnya menjadi masalah seksual pada pria sehingga ereksi penis tidak keras.
Kondisi ini bisa dipicu oleh penyakit lain, seperti diabetes, penyakit jantung, dan stroke.
Kadar glukosa dalam tubuh yang tinggi pada penderita diabetes dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan saraf.
Kondisi ini bisa memengaruhi sensasi penis saat melakukan hubungan seksual, sehingga ereksi menjadi tidak maksimal.
Penyakit jantung akibat terhambatnya peredaran darah juga bisa menyebabkan darah tidak mampu mencapai area penis secara maksimal.
Ereksi penis yang tidak maksimal bisa disebabkan oleh kondisi suasana hati atau mood yang tidak sesuai.
Saat sedang mengalami depresi, stres, atau gangguan kecemasan, pria bisa mengalami ereksi yang tidak maksimal.
Untuk mengatasinya, sebaiknya Anda jujur dan terbuka terhadap pasangan.
Komunikasikan perasaan Anda yang menghambat ereksi tidak berjalan dengan normal. Mintalah pengertian hingga Anda bisa mengendalikan stres dan rasa cemas.
Sebuah studi lama dari The American Journal of Medicine menyimpulkan rutin berhubungan seks mampu menurunkan risiko seorang pria menderita disfungsi ereksi.
Studi ini menemukan pria berusia 55 – 75 tahun yang melakukan hubungan seks kurang dari sekali seminggu, dua kali lebih mungkin mengalami impotensi.
Meski demikian, solusi untuk masalah yang mengarah ke impotensi tidak sesederhana melakukan hubungan seks rutin.
Masalah seksual bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk sosial, emosional, dan fisik seseorang.
Kelelahan dapat memicu hilangnya gairah seks, terutama jika Anda biasa berhubungan seks di malam hari.
Sebuah riset di dalam The world journal of men’s health (2019) menunjukkan hubungan kelelahan dengan kondisi susah mendapatkan ereksi.
Riset tersebut juga memaparkan bahwa tidur terlalu larut, kurang tidur, dan gangguan tidur bisa memengaruhi fungsi alat reproduksi pria.
Alkohol mempunyai dampak yang memperlambat aktivitas Sistem Saraf Pusat (SSP).
Artinya, zat ini dapat mengganggu proses penalaran di otak, seperti menghambat reaksi spontan atau refleks.
Minum alkohol terlalu sering juga bisa memengaruhi proses ereksi. Pasalnya, ereksi terkait kerja sistem saraf untuk merespons rangsangan.
Selain itu, alkohol bersifat diuretik, artinya dapat membuat tubuh lebih sering buang air, hingga mengakibatkan dehidrasi.
Dehidrasi kemudian menurunkan volume darah dalam tubuh. Artinya, aliran darah ke penis juga terhambat dan membuat penis kurang keras
Anda dapat mencoba beberapa cara berikut agar penis keras dan tahan lama.
Ereksi tidak keras bukan selalu berarti Anda mengalami impotensi.
Ada faktor jangka panjang dan jangka pendek yang bisa menyebabkan kondisi ini bisa Anda alami.
Apabila sampai mengganggu kualitas hubungan seksual Anda, sebaiknya tidak perlu malu konsultasi ke dokter yang kompeten dalam menangani masalah seksual.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar