Setelah laki-laki memasuki masa pubertas, hormon testosteronnya memengaruhi perkembangan penis dan mengaktifkan fungsi seksualnya. Salah satu tanda yang bisa diamati adalah ereksi, kondisi penis menjadi lebih besar, keras, dan tegang.
Anda yakin mau keluar?
Setelah laki-laki memasuki masa pubertas, hormon testosteronnya memengaruhi perkembangan penis dan mengaktifkan fungsi seksualnya. Salah satu tanda yang bisa diamati adalah ereksi, kondisi penis menjadi lebih besar, keras, dan tegang.
Lantas, bagaimana proses terjadinya ereksi? Seperti apa kondisi ereksi penis yang sehat dan bagaimana cara mencegah gangguan ereksi pada pria? Berikut penjelasan selengkapnya.
Ereksi adalah keadaan penis yang membesar, mengeras, dan menegang. Kondisi ini terjadi akibat timbulnya perubahan otot, saraf, dan pembuluh darah dalam struktur anatomi penis.
Kondisi ini biasanya terjadi saat pria menerima rangsangan seksual baik melalui sentuhan, penglihatan, suara, atau fantasi seksual.. Namun pada beberapa kondisi, penis dapat ereksi tiba-tiba atau disebut ereksi spontan yang terjadi tanpa adanya rangsangan atau gairah seksual.
Seorang pria perlu mengalami ereksi untuk melakukan ejakulasi, yakni pelepasan air mani bersama sperma untuk dapat menjangkau rahim dan membuahi sel telur saat berhubungan seksual. Ejakulasi juga disertai dengan kenikmatan seksual yang dikenal sebagai orgasme.
Walaupun terlihat sederhana, namun proses penis ereksi melibatkan banyak bagian penting. Kondisi ini terjadi dengan melibatkan hormon, jaringan otot, saraf, dan pembuluh darah.
Di bawah ini adalah beberapa poin penjelasan untuk mengetahui proses perubahan bentuk penis menjadi lebih besar, keras, dan tegang.
Munculnya gangguan atau disfungsi ereksi bisa saja membuat kondisi penis menjadi kurang maksimal. Padahal salah satu tanda penis normal adalah karakteristik penis yang dapat membesar, mengeras, dan mampu bertahan hingga berejakulasi.
Untuk mengetahui apakah kondisi ereksi penis normal atau tidak, berikut beberapa karakteristik yang sebaiknya perlu Anda perhatikan.
Ereksi penis disebabkan oleh adanya tekanan aliran darah yang terperangkap dalam corpora cavernosa, sehingga timbul efek penis yang membesar dan mengeras.
Beberapa kalangan mungkin akan merasa “lembek” atau kondisi penis kurang keras meski sudah ereksi. Hal ini dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti kekurangan vitamin D, sedang tidak mood untuk berhubungan seks, atau memiliki risiko impotensi.
Ereksi menyebabkan penis menegang, berdiri tegak ke atas atau ke depan, dan seluruh permukaannya keras layaknya tongkat yang tidak bisa ditekuk.
Kondisi penis ereksi namun masih bisa ditekuk akan mempersulit penetrasi dan mengurangi kepuasan saat Anda berhubungan seks dengan pasangan.
Pria dengan kondisi tubuh yang sehat dapat mengalami 3-5 ereksi selama tidur dan berlangsung sekitar 25-35 menit pada setiap sesinya. Salah satu teori menyatakan bahwa timbulnya ereksi di malam hari terjadi saat tahapan tidur REM (Rapid Eye Movement).
Anda akan mengalami mimpi saat memasuki tahapan tidur REM, termasuk mimpi mengenai fantasi seksual. Sehingga tidak jarang ereksi di malam hari ini juga diikuti dengan ejakulasi, yang mana kondisi ini disebut sebagai mimpi basah.
Anda juga bisa mengalami penis ereksi setiap bangun tidur secara konsisten. Hal ini juga tergolong kondisi yang normal dan tidak perlu Anda khawatirkan.
Tipe ereksi penis terbagi menjadi dua, yakni penis grower yang akan tampak kecil pada kondisi normal dan penis shower yang tampak besar pada kondisi normal. Secara umum penis grower akan bertambah panjang sekitar 86%, sementara penis shower hanya bertambah panjang 47% saja.
Menurut penelitian The Journal of Sexual Medicine, rata-rata penis pria mampu mengalami ereksi sekitar 5,4 menit (5 menit 24 detik) sebelum ejakulasi saat berhubungan seks.
Tidak ada acuan pasti mengenai ukuran dan daya tahan ereksi pria yang normal. Sebaiknya konsultasikan dengan dokter apabila Anda menemui masalah berkaitan dengan kondisi ini.
Faktor penyebab ereksi secara umum berkaitan dengan rangsangan yang membangkitkan gairah seksual. Namun, dari penelitian The Urologic Clinics of North America membagi kondisi ini ke dalam tiga tipe berdasarkan sumber rangsangannya.
Salah satu gangguan ereksi yang paling banyak dikeluhkan, yakni impotensi. Disfungsi ereksi atau impotensi adalah kondisi pria tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksinya.
Penyebab impotensi dapat berasal dari masalah fisik, psikologis, atau malah keduanya. Walaupun umumnya impotensi terjadi saat pria memasuki usia tua, Anda yang berumur di bawah 40 tahun atau lebih muda juga memiliki risiko yang sama.
Apabila hendak mencegah masalah disfungsi ereksi, ada beberapa langkah mudah yang dapat Anda lakukan seperti berikut ini.
Kondisi tubuh yang sehat secara umum dipengaruhi oleh asupan makanan yang Anda konsumsi. Nutrisi makanan sehat dan seimbang dapat menjaga kondisi tubuh dan mental, serta menurunkan risiko terjadi masalah kesehatan, seperti penyakit jantung dan diabetes.
Studi menyebutkan konsumsi makanan tinggi serat, biji-bijian, sayuran, buah-buahan, produk susu dan daging rendah lemak dapat menurunkan risiko disfungsi ereksi pada pria.
Obesitas atau kegemukan umumnya berkaitan dengan masalah kesehatan yang meningkatkan risiko impotensi. Menjaga berat badan ideal juga dapat mencegah risiko diabetes dan tekanan darah tinggi (hipertensi).
Untuk mengurangi berat badan, Anda perlu menjalani diet aman dan sesuai dengan kondisi tubuh. Pastikan terlebih dulu berkonsultasi dengan dokter atau ahli gizi sebelum menjalani diet.
Selain menjaga asupan makanan, melakukan aktivitas fisik dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kondisi tubuh Anda. Tidak perlu langsung melakukan olahraga berat, cukup sesuaikan dengan kondisi tubuh. Mulailah dengan berjalan kaki atau jogging selama 30 menit setiap harinya.
Minum alkohol berlebihan nyatanya langsung memberi dampak pada performa pria di atas ranjang. Dalam jangka panjang, bukan tidak mungkin konsumsi alkohol akan berdampak pada gangguan ereksi atau impotensi.
Jika Anda merupakan perokok berat, sebaiknya segera berhenti merokok. Hal yang sama juga berlaku pada perokok pasif. Kandungan yang terdapat pada rokok dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskular), yang mana juga akan berdampak pada timbulnya disfungsi ereksi pada pria.
Selain memastikan tubuh mendapatkan cukup aktivitas fisik, tidur dan beristirahat cukup juga penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Gangguan tidur juga menjadi faktor gaya hidup yang buruk dan dapat meningkatkan risiko impotensi.
Umumnya pria mengabaikan kondisi kesehatan yang dialami, termasuk jarang memperhatikkan kadar kolesterol tubuh dan tekanan darah yang dimilikinya. Kolesterol tinggi dan tekanan darah tinggi (hipertensi) menjadi faktor fisik timbulnya masalah disfungsi ereksi.
Penggunaan obat-obatan tertentu yang diresepkan dokter juga berpotensi menyebabkan disfungsi ereksi, seperti obat diuretik dan antihipertensi. Jika Anda mengalami kondisi ini, sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk menentukan anjuran minum atau pengobatan alternatif yang dapat diberikan.
Masalah kesehatan mental, seperti stres, depresi, dan gangguan kecemasan dapat berpengaruh pada kondisi fisik, salah satunya impotensi.
Untuk memperbaiki kondisi hati dan menghilangkan stres, Anda bisa melakukan yoga atau meditasi untuk menyegarkan pikiran. Aktivitas yang dapat membuat hati senang juga dapat Anda lakukan, seperti menjalani hobi atau sekadar rileks beberapa saat.
Kalau berbagai cara menghilangkan stres tidak memberikan efek, Anda membutuhkan bantuan tenaga ahli atau psikolog untuk menanganinya terlebih apabila gejala yang ditimbulkan semakin memburuk.
Dokter dan psikolog akan memberikan perawatan, seperti pemberian obat antidepresan atau terapi untuk mengatasi masalah psikologis, seperti terapi kognitif dan perilaku (Cognitive Behavioral Therapy, disingkat CBT).
Mencegah gejala disfungsi ereksi dan masalah kesehatan seks lainnya, tentu akan bermanfaat bagi Anda dan pasangan. Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, segera konsultasikan dengan dokter untuk solusi masalah Anda.
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Erection | physiology. (2018). Retrieved 27 January 2021, from https://www.britannica.com/science/erection
Erection & Ejaculation: How Does It Work. (2020). Retrieved 27 January 2021, from https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10036-erection-ejaculation-how-it-occurs
What Are Erections, Ejaculations & Wet Dreams?. (2020). Retrieved 27 January 2021, from https://www.plannedparenthood.org/learn/teens/puberty/whats-deal-erections-ejaculation-and-wet-dreams
How the penis works, according to a doctor. (2020). Retrieved 27 January 2021, from https://www.netdoctor.co.uk/conditions/sexual-health/a12026/the-penis-and-how-it-works/
5 penis facts. (2018). Retrieved 27 January 2021, from https://www.nhs.uk/live-well/sexual-health/five-penis-facts/
Preventing Erectile Dysfunction | NIDDK. (2017). Retrieved 27 January 2021, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/urologic-diseases/erectile-dysfunction/prevention
10 tips to prevent male impotence | BMI Healthcare UK. (2020). Retrieved 27 January 2021, from https://www.bmihealthcare.co.uk/health-matters/mens-health/10-tips-to-prevent-male-impotence#gdpr-out
Dean, R. C., & Lue, T. F. (2005). Physiology of penile erection and pathophysiology of erectile dysfunction. The Urologic clinics of North America, 32(4), 379–v. https://doi.org/10.1016/j.ucl.2005.08.007
Komentar
Sampaikan komentar Anda
Ayo jadi yang pertama komentar!
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar