backup og meta

Pleurodesis, Prosedur Mengeluarkan Cairan dari Pleura

Pleurodesis, Prosedur Mengeluarkan Cairan dari Pleura

Apa itu pleurodesis?

Pleurodesis adalah prosedur medis yang biasanya dilakukan untuk mengatasi penumpukan cairan pada rongga pleura yang terletak di antara paru-paru dan dinding dada.

Selama prosedur ini, dokter akan memasukan obat yang membuat paru-paru menempel pada dinding dada.

Hal ini menyebabkan rongga pleura tertutup sehingga mencegah penumpukan air di sekitar paru-paru.

Menurut NHS, 7 dari 10 prosedur (70%) menunjukkan pleurodesis efektif menghentikan kambuhnya gejala penumpukan cairan di sekitar paru.

Namun, pada kasus yang parah, prosedur ini mungkin tidak sepenuhnya mencegah penumpukan cairan sehingga cairan perlu dikeluarkan melalui prosedur medis lainnya.

Apa tujuan prosedur pleurodesis?

dokter menjelaskan kondisi paru-paru

Prosedur pleurodesis biasanya dilakukan pada pasien yang terus-menerus mengalami gangguan fungsi paru akibat penumpukan cairan.

Penumpukan cairan tersebut seperti pneumotoraks (paru-paru mengempis) atau efusi pleura (cairan menumpuk di rongga pleura).

Kondisi tersebut umumnya disebabkan oleh penyakit kanker paru atau penyakit paru-paru lain seperti pneumonia dan tuberkulosis.

Cairan yang menumpuk di rongga pleura dapat menyebabkan gangguan pernapasan serius seperti nyeri pada dada dan sesak napas kronis, bahkan bisa berakibat fatal mengakibatkan gagal napas.

Menurut penelitian berjudul Pleurodesis in The Treatment of Pneumothorax and Pleural Effusion, pleurodesis dapat mencegah penumpukan (akumulasi) cairan di sekitar paru-paru sehingga meningkatkan fungsi pernapasan.

Pada prosedur ini, dokter akan menyuntikkan obat yang dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan pada jaringan di sekitar rongga pleura.

Kondisi ini bisa mengakibatkan pembentukan jaringan luka yang membuat jaringan paru menempel pada dinding dada sehingga cairan tidak dapat merendam paru-paru.

Kondisi lain yang memerlukan pleurodesis

Selain penyakit yang menyerang sistem pernapasan, kondisi seperti di bawah ini juga dapat menyebabkan penumpukan cairan sehingga perlu diatasi dengan pleurodesis.

Hal yang harus diperhatikan terkait prosedur pleurodesis

Prosedur ini belum tentu tepat dan efektif untuk setiap kondisi. Dokter tidak menyarankan pasien untuk melakukan pleurodesis jika mengalami infeksi pada rongga pleura atau akumulasi cairan lebih dari 150 ml.

Selain itu, prosedur ini belum tentu bisa mencegah penumpukan cairan di rongga pleura selamanya. Dokter akan menjelaskan apakah gangguan ini bisa kambuh di kemudian hari.

Jika penumpukan cairan terus terjadi, dokter bisa melakukan prosedur thoracostomy atau torakoskopi untuk mengeluarkan cairan.

Sayangnya, gangguan efusi pleura dan pneumotoraks bisa menyebabkan penumpukan cairan yang terjadi berulang kali.

Seperti apa prosedur pleurodesis?

dokter melakukan pleurodesis

Pleurodesis dilakukan di dalam ruang operasi. Proses ini akan melalui beberapa tahapan seperti pemasangan selang, penyedotan cairan, dan penyuntikkan obat-obatan.

Lebih jelasnya, dokter akan melakukan langkah-langkah berikut ini dalam prosedur pleurodesis.

  1. Pasien akan diberikan obat pereda rasa sakit atau obat penenang untuk mengurangi rasa sakit selama prosedur dilakukan.
  2. Dokter selanjutnya akan membuat sayatan di dada untuk memasukkan selang ke rongga pleura. Anestesi lokal mungkin akan diperlukan untuk memberikan efek mati rasa di sekitar bagian yang disayat.
  3. Setelah selang terpasang, dokter akan mengosongkan cairan yang terakumulasi di dalam rongga pleura.
  4. Saat cairan telah sepenuhnya dikeluarkan, dokter akan menyuntikkan obat-obatan melalui selang.
  5. Setelah itu, dokter akan menutup selang yang membuang cairan selama 1 jam guna menjaga obat-obatan tetap di dalam paru-paru.
  6. Selang akan kembali dibuka untuk kembali mengeluarkan cairan dan udara di paru-paru. Proses ini biasanya berlangsung selama 24-48 jam atau lebih.
  7. Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang seperti rontgen dada (X-ray) untuk mengamati kondisi paru-paru setelah prosedur.
  8. Jika luka sayatan cukup besar, dokter akan menjahit luka setelah prosedur selesai dilakukan.

Obat-obatan yang disuntikkan pada prosedur ini biasanya berbentuk cairan atau talk (serbuk kristal halus).

Nantinya, obat ini akan menyebabkan peradangan yang membentuk jaringan luka (fibrosis) pada paru-paru.

Selain menyuntikkan obat-obatan, pleurodesis bisa dilakukan dengan menggosok membran paru menggunakan benda berpermukaan kasar untuk menyebabkan iritasi di rongga pleura.

Prosedur ini dikenal dengan pleurodesis mekanik.

Adakah risiko dari pleurodesis?

Setelah menjalani prosedur, Anda mungkin perlu mendapatkan perawatan di rumah sakit selama 1 hari.

Jika pasien juga menjalani thoracostomy (pengeluaran cairan dari paru-paru) setelah pleurodesis dilakukan, pasien perlu dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Dokter akan memberikan obat-obatan untuk mengantisipasi efek samping pascaprosedur.

Anda perlu mengganti perban jahitan guna menjaga luka tetap kering selama masa pemulihan di rumah.

Hindari melakukan aktivitas berat yang dapat menyebabkan jahitan terlepas.

Risiko dari pleurodesis

Secara umum, pleurodesis tidak memiliki efek samping berarti atau komplikasi berbahaya.

Namun, sebagaimana prosedur medis lainnya, pleurodesis mungkin menimbulkan beberapa risiko seperti berikut:

  • nyeri pada dada,
  • demam tinggi,
  • sesak napas karena peradangan pada paru-paru, dan
  • infeksi mikroba yang berasal dari selang yang dipasangkan.

Pemulihan bila muncul efek samping

Meskipun terdapat risiko, Anda tak perlu terlalu khawatir karena efek samping yang dialami bisa segera diatasi.

Untuk nyeri dan demam, Anda bisa mengatasinya dengan konsumsi obat-obatan pereda nyeri dan demam (paracetamol) yang diberikan dokter.

Efek samping pleurodesis ini biasanya tidak berlangsung lama dan langsung pulih saat diberikan obat-obatan.

Sementara penggunaan alat bantu pernapasan seperti selang oksigen bisa membantu mengatasi gangguan sesak napas yang dialami pascaprosedur.

Dokter akan memberikan pengobatan antibiotik jika Anda mengalami infeksi.

Meski begitu, dua kondisi tersebut memang menyebabkan Anda perlu menjalani perawatan lebih lama di rumah sakit.

Jika efek samping tidak kunjung membaik atau mengalami gangguan lainnya, segera periksakan diri ke dokter untuk mencegah timbulnya komplikasi serius.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Yoon, D., Cho, J., Choi, Y., Kim, J., Kim, H., Zo, J., & Shim, Y. (2016). Predictors of survival in patients who underwent video‐assisted thoracic surgery talc pleurodesis for malignant pleural effusion. Thoracic Cancer, 7(4), 393-398. https://doi.org/10.1111/1759-7714.12354

Rodríguez Suárez, P., & Freixinet Gilart, J. (2015). Pleurodesis in the treatment of pneumothorax and pleural effusion. Monaldi Archives For Chest Disease, 79(2). https://doi.org/10.4081/monaldi.2013.96

Gompelmann, D., Eberhardt, R., & Herth, F. (2011). Advanced Malignant Lung Disease: What the Specialist Can Offer. Respiration, 82(2), 111-123. https://doi.org/10.1159/000329703

Oxford Centre Respiratory Medicine. (n.d.). Pleurodesis: Information for patients. Oxford University Hospital, NHS Foundation Trust. Retrieved 2 June 2021, from https://www.ouh.nhs.uk/patient-guide/leaflets/files/12373Ppleurodesis.pdf

Palliative Treatment for Pleural Mesothelioma. (2021). Pleurodesis. Retrieved 2 June 2021, from https://www.maacenter.org/treatment/surgery/pleurodesis/

Radiology Info. (2021). Chest Tube Placement (Thoracostomy) and Pleurodesis. Retrieved 2 June 2021, from https://www.radiologyinfo.org/en/info/thoracostomy#how-its-performed

Versi Terbaru

02/12/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

Diperbarui oleh: Abduraafi Andrian


Artikel Terkait

Pentingnya Mengetahui Kapasitas Paru-Paru untuk Kesehatan Pernapasan Anda

Tes Pernapasan, Metode Diagnosis untuk Gangguan Paru-Paru


Ditinjau secara medis oleh

dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 02/12/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan