Keberadaan karbon dioksida dalam darah berfungsi untuk menjaga kestabilan tingkat asam darah dan membantu proses pernapasan. Meski bermanfaat, kadar karbon dioksida harus tetap berada dalam batas normal. Kelebihan kadar karbon dioksida dalam darah dapat menimbulkan masalah kesehatan, salah satunya adalah hiperkapnia.
Definisi hiperkapnia
Hiperkapnia atau gagal napas merupakan kondisi ketika aliran darah dalam tubuh mengandung terlalu banyak karbon dioksida. Kondisi ini juga dikenal dengan nama hypercarbia.
Hiperkapnia terjadi sebagai akibat dari hipoventilasi, gangguan ketika seseorang bernapas terlalu pendek atau terlalu panjang, sehingga paru-paru sulit mendapatkan oksigen.
Hiperkapnia bukanlah penyakit, melainkan gejala yang muncul akibat penyakit pernapasan yang Anda miliki. Hiperkapnia juga bisa terjadi sebagai komplikasi dari beberapa penyakit saraf dan otot.
Seberapa umum kondisi ini terjadi?
Siapapun bisa mengalami hiperkapnia, terutama bila Anda memiliki penyakit paru yang kronis seperti PPOK, bronkiektasis, dan emfisema. Gagal napas juga bisa terjadi pada orang-orang yang mengalami cedera di dada.
Kendati demikian, kondisi ini bisa diatasi dengan mengurangi faktor risiko atau mengurangi hal-hal yang dapat membuat gejala penyakit yang Anda miliki bertambah parah.
Gejala hiperkapnia
Gejala yang timbul karena hiperkapnia bisa berupa gejala ringan atau gejala yang lebih parah. Pada gejala ringan, tubuh masih bisa memperbaiki gejala dengan menyeimbangkan kadar karbon dioksida dan oksigen. Di bawah ini merupakan gejala ringan hiperkapnia.
- Kulit memerah
- Lesu
- Kesulitan saat berkonsentrasi
- Sering mengantuk walau telah cukup istirahat
- Pusing
- Sesak napas saat beraktivitas
- Mual
- Muntah
- Kelelahan
Bila kondisinya lebih parah, maka gejala yang timbul lebih serius dan berbahaya. Berbeda dengan hiperkapnia yang ringan, tubuh tidak dapat melawan gejala dengan cepat dan menimbulkan gejala seperti di bawah ini.
- Palpitasi atau detak jantung tidak teratur
- Kedutan otot yang tidak normal
- Hiperventilasi dan hipoventilasi,
- Kejang
- Kecemasan
- Kebingungan
- Paranoia
- Depresi
- Pingsan
Seringkali, pasien yang memiliki riwayat asma atau PPOK akan merasakan eksaserbasi (flare-up) atau semakin memburuknya gejala yang muncul sebagai keluhan utama.
Kapan saya harus pergi ke dokter?
Temui dokter bila gejala-gejala yang Anda rasakan bertahan selama beberapa hari. Bagi Anda yang memiliki penyakit pernapasan lainnya atau merasakan gejala parah, segera cari pertolongan dokter.
Karena hiperkapnia lebih sering muncul sebagai gejala dari penyakit tertentu, maka akan ada kemungkinan terjadinya gejala lain yang belum disebutkan. Bila Anda khawatir dengan gejala tersebut, jangan ragu untuk memeriksakan diri agar bisa mendapat perawatan lebih cepat.
Penyebab hiperkapnia
Karbon dioksida adalah gas yang dihasilkan sebagai produk sampingan dari produksi energi tubuh. Gas ini masuk ke dalam aliran darah dam masuk ke paru-paru untuk dihembuskan keluar lewat hidung dan mulut.
Setiap hari, tubuh menyeimbangkan jumlah karbon dioksida di dalam darah. Ketika kadar karbon dioksida meningkat, reseptor khusus di otak akan mendeteksi peningkatan kadar darah. Reseptor ini kemudian mengirim pesan ke paru-paru untuk membuat Anda bernapas lebih dalam atau lebih cepat hingga kadar karbondioksida Anda kembali normal.
Tubuh orang yang sehat jarang mengalami hiperkapnia yang signifikan. Namun, bila proses ini mengalami masalah sampai menimbulkan gejala, kemungkinan terdapat gangguan kesehatan yang menjadi penyebab dari hiperkapnia.
Gangguan kesehatan tersebut bisa meliputi kondisi berikut ini.
a. Penyakit di paru-paru
Penyebab kemunculan hiperkapnia yang paling umum adalah penyakit paru-paru. Penyakit paru dapat mengganggu penyebaran karbon dioksida.
Paru-paru yang telah mengalami kerusakan dapat menimbulkan kondisi yang disebut ketidakcocokan ventilasi. Pada kondisi ini, aliran darah atau udara dalam paru-paru jadi terhambat.
Beberapa penyakitnya termasuk PPOK, emfisema, penyakit fibrosis paru, bronkiektasis, dan fibrosis kistik.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi adalah gangguan pernapasan di mana laju pernapasan berlangsung terlalu lambat, sehingga oksigen yang terhirup hanya sedikit dan membuat karbon dioksida menumpuk dalam tubuh.
Kondisi ini sering terjadi akibat efek obat-obatan yang mengandung agen seperti opioid, benzodiazepin, atau hipnotik sedatif.
c. Masker rebreathing
Masker rebreathing yang terjadi saat operasi juga bisa memicu hiperkapnia. Kesalahan pada selang pernapasan atau aliran udara yang tidak memadai dapat menyebabkan peningkatan karbon dioksida.
Bila ini terjadi, alih-alih menghirup oksigen, pasien malah menghirup masuk karbon dioksida kembali ke dalam tubuh.
d. Peningkatan produksi karbon dioksida dalam tubuh
Dalam kondisi tertentu, tubuh dapat menghasilkan karbon dioksida lebih banyak dari biasanya. Hal ini dipengaruhi oleh penyakit, infeksi, dan trauma berat yang menimbulkan perubahan pada metabolisme tubuh.
Beberapa kondisi yang memicu produksi karbon dioksida berlebih adalah demam, badai tiroid, dan hipertermia maligna, sebuah reaksi serius yang ditimbulkan dari penggunaan obat bius tertentu.
e. Lemah otot
Penyakit pelemahan otot seperti amyotrophic lateral sclerosis (ALS) dan distrofi otot dapat membuat penderitanya sulit bernafas, sehingga mengakibatkan penumpukan kadar karbon dioksida dalam darah.
Diagnosis hiperkapnia
Diagnosis sebenarnya bertujuan untuk mengetahui penyakit yang mendasari munculnya hiperkapnia.
Mulanya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop untuk mengetahui keadaan dada Anda. Kemudian, dokter juga menanyakan seputar gejala dan riwayat kesehatan Anda.
Bila terdapat kemungkinan hiperkapnia, dokter akan merujuk Anda untuk menjalani tes lanjutan seperti mengambil sampel darah dan menguji pernapasan Anda. Tes darah dilakukan untuk melihat kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah, serta memastikan tekanan oksigen Anda normal.
Untuk menguji pernapasan, dokter biasanya menggunakan alat spirometri. Pada prosedur ini, Anda akan disuruh bernapas dengan keras ke dalam tabung. Spirometer yang terpasang akan mengukur berapa banyak udara yang terkandung dalam paru-paru dan seberapa kuat Anda bisa bernapas.
Metode lainnya meliputi rontgen dan CT scan dada. Rontgen dada dapat membantu dokter dalam mengetahui adanya gangguan pada paru-paru. Bila hasilnya belum jelas, pemindaian CR akan dilakukan demi mendapatkan gambaran paru-paru yang lebih rinci.
Cara mengatasi hiperkapnia
Pengobatan untuk mengatasi hiperkapnia tentu harus menyesuaikan dengan penyakit yang menyebabkannya. Biasanya, dokter juga menyarankan Anda untuk berhenti merokok atau membatasi paparan asap dan bahan kimia.
Bila gejalanya berat, Anda mungkin membutuhkan alat bantu pernapasan seperti ventilator agar bisa bernapas dengan baik.
Ventilasi yang banyak menjadi pilihan adalan ventilasi berjenis non-invasif seperti Bi-level Positive Airway Pressure (BiPAP) dan Continuous Positive Airway Pressure (CPAP). Pada prosedur ini, Anda cukup bernapas dengan masker yang terhubung ke mesin pemberi tekanan udara dan oksigen.
Ada pula ventilasi invasif seperti ventilasi mekanis. Biasanya ventilasi ini diberikan pada pasien sakit parah yang tidak dalam keadaan sadar. Ventilasi mekanis melibatkan intubasi, yaitu pemasangan selang ke dalam saluran pernapasan melalui mulut untuk membantu pasien bernapas.
Terkadang, dokter juga memberikan obat-obatan seperti bronkodilator yang berfungsi untuk membantu kerja otot saluran napas, kortikosteroid untuk mengurangi peradangan saluran napas, dan antibiotik bila hiperkapnia muncul karena infeksi pernapasan seperti pneumonia.
Prosedur pembedahan baru akan diperlukan bila kerusakan paru-paru tidak bisa diatasi dengan obat-obatan atau prosedur lainnya. Pembedahan dapat meliputi pengurangan volume paru-paru yang rusak atau transplantasi dengan mengganti jaringan paru dari donor organ.
Jenis perawatan akan menyesuaikan dengan kondisi masing-masing pasien. Bila Anda ragu atau ingin menjalani prosedur tertentu, konsultasikan terlebih dahulu kepada dokter untuk memastikan keamanannya.