Salah satu cara meningkatkan fungsi dan kapasitas paru-paru pasien PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) adalah dengan bedah reduksi volume paru. Bagaimana prosedur ini berlangsung? Apa saja yang harus dipersiapkan sebelum menjalani bedah ini? Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu bedah reduksi volume paru?
Bedah reduksi volume paru (BRVP) adalah operasi yang dilakukan untuk mengangkat jaringan paru-paru yang rusak. Operasi ini dapat meningkatkan fungsi dan kapasitas paru-paru pasien yang mengalami emfisema atau PPOK, terutama saat perkembangan penyakit sudah berada di tahap akhir.
Operasi yang yang juga dikenal dengan lung volume reduction surgery (LVRS) ini dapat membantu pasien bernapas lebih lancar sehingga bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas.
Bedah reduksi volume paru biasanya dilakukan dengan cara mengangkat jaringan paru-paru yang rusak sehingga bisa mengoptimalkan fungsi jaringan paru-paru yang masih sehat.
Operasi BRVP dilakukan di rumah sakit oleh dokter bedah toraks. Pasien perlu menjalani sejumlah pemeriksaan sebelum operasi dilakukan dan pengobatan selama masa pemulihan pasca-operasi.
Kapan perlu melakukan BRVP?
Bedah reduksi volume paru biasanya dianjurkan bagi pasien yang mengalami kerusakan paru-paru serius akibat emfisema atau PPOK.
Kondisi penyakit yang serius ditandai dengan pasien yang semakin kesulitan bernapas dan mengalami gangguan pernapasan lain secara menerus seperti batuk berdahak, batuk mengeluarkan darah, dan nyeri dada saat bernapas.
Pasalnya, baik emfisema maupun PPOK membuat seseorang kesulitan untuk bernapas dengan lancar. Tanpa pengobatan atau perubahan gaya hidup, penyakit ini bisa semakin memburuk seiring berjalannya waktu.
Meski begitu, tidak semua pasien PPOK tahapan lanjut dapat menjalani operasi paru-paru. Melansir American Lung Association, berikut ini adalah beberapa kriteria pasien yang diperbolehkan untuk menjalani bedah reduksi volume paru.
- Penyumbatan aliran udara dari paru-paru disebabkan oleh emfisema yaitu kondisi rusaknya kantung udara (alveolus) sehingga mengganggu pertukaran udara di paru-paru.
- Kerusakan paru-paru akibat emfisema mengenai atau menyebar (emfisema difusi) di bagian atas paru-paru, tepatnya lobus paru-paru atas.
- Pasien berumur kurang dari 75-80 tahun.
- Telah berhenti merokok selama 6 bulan terakhir.
- Pasien tetap kesulitan untuk beraktivitas berat atau berolahraga meskipun telah menyelesaikan terapi atau pengobatan untuk mengembalikan fungsi paru.
Untuk mengetahui apakah Anda membutuhkan operasi ini, berkonsultasilah dengan dokter spesialis paru-paru.
Dokter selanjutnya akan menentukan apakah operasi lung volume reduction surgery adalah operasi yang tepat dilakukan untuk mengatasi penyakit PPOK yang dialami.
Apa saja persiapan sebelum operasi?
Sebelum BRVP dilakukan, dokter spesialis paru dan ahli bedah toraks akan memeriksa kondisi pasien untuk menentukan apakah pasien memerlukan atau boleh melakukan operasi.
Untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter akan meminta pasien menjalani program rehabilitasi paru. Selama masa rehabilitasi, dokter akan memantau kondisi paru-paru dan meninjau apakah terdapat peningkatan pada fungsi dan kapasitas paru-paru.
Dalam program rehabilitasi paru, pasien juga perlu menjalani serangkaian tes yang bertujuan untuk memeriksa seberapa baik kerja paru-paru.
Berikut ini adalah sejumlah tes yang perlu dilakukan sebelum bedah reduksi volume paru.
- X-ray dada atau rontgen toraks
- CT scan pada paru-paru
- Elektrokardiografi (EKG)
- Tes darah arteri untuk mengetahui jumlah oksigen dan karbon dioksida di dalam darah.
- Echocardiogram
- Uji latihan kardio pulmoner
- Tes pernapasan dengan berjalan selama 6 menit
- Uji tekanan pada jantung
- Tes fungsi paru lainnya
Selama menjalani rehabilitasi dan proses pemeriksaan fungsi paru, Anda juga perlu menghentikan kebiasaan merokok.
Dalam mempersiapkan diri sebelum operasi, sebaiknya Anda juga mengikuti dengan baik setiap anjuran dan pantangan yang disampaikan oleh dokter.
Bagaimana proses bedah reduksi volume paru dilakukan?
Selama operasi berlangsung, pasien berada dalam pengaruh obat bius (anestesi) atau dalam keadaan tidak sadarkan diri. Pernapasan pasien akan dibantu dengan alat bantu napas.
Dokter bedah toraks bisa melakukan bedah reduksi volume paru dengan dua teknik operasi yang berbeda, yaitu sternotomi atau torakoskopi. Pemeriksaan yang dilakukan dalam persiapan operasi membantu dokter menentukan jenis teknik BRVP yang tepat untuk kondisi pasien.
- Sternotomi: dokter membuat sayatan di bagian tengah dada untuk mengakses paru-paru, selanjutnya dokter mengurangi volume paru-paru yang mengembang.
- Torakoskopi: dokter membuat beberapa sayatan, lalu memasukkan alat operasi yang dilengkapi dengan kamera untuk mengakses paru-paru, dan mengangkat area paru-paru yang rusak.
- Torakotomi: dokter membuat sayatan di antara tulang rusuk dan dada, lalu memisahkan tulang rusuk agar bisa mengakses paru-paru.
Dalam bedah reduksi volume paru, dokter biasanya akan mengangkat jaringan paru-paru yang rusak untuk mengurangi volume paru hingga 30 persen. Setelah berhasil mengurangi volume paru, dokter akan menutup sayatan.
Anda perlu menjalani perawatan intensif di rumah sakit, setidaknya 5-10 hari, pasca-operasi dilakukan. Dokter akan memberikan pengobatan yang sesuai dengan kondisi Anda untuk mempercepat pemulihan.
Selain itu, Anda juga dianjurkan untuk menjalani terapi atau rehabilitasi fungsi paru 4-6 minggu setelah operasi.
Apa manfaat dari bedah reduksi volume paru?
Emfisema dapat menyebabkan kerusakan serius pada paru-paru dan mengarah pada penyakit pernapasan kronis seperti PPOK.
Bedah reduksi volume paru melibatkan pengangkatan sebagian jaringan paru yang rusak dapat membantu mengatasi gangguan fungsi paru tersebut.
Menurut penelitian dalam jurnal Cochrane Database Of Systematic Reviews, BRVP bisa lebih meningkatkan peluang hidup pasien dengan kondisi emfisema dibandingkan dengan pengobatan rawat jalan melalui obat-obatan.
Tak hanya itu, bedah reduksi volume paru juga bisa memperbaiki fungsi pernapasan pasien dengan emfisema. Namun, efek pemulihannya tidak sebaik pada pasien dengan kondisi paru-paru yang lemah, ditandai dengan meluasnya penyebaran jaringan paru yang rusak.
Meski begitu, peneliti menyebutkan bahwa terdapat beberapa risiko dari prosedur BRVP. Hasil penelitian juga dipengaruhi oleh kualitas data dan metode penelitian yang kurang baik.
Penelitian dari The National Emphysema Treatment Trial juga menjelaskan bahwa pasien yang menjalani operasi ini tetap memerlukan pengobatan lanjutan untuk memastikan fungsi paru-paru semakin membaik.
Apa saja risiko dari prosedur BRVP?
Komplikasi yang paling umum dari prosedur bedah reduksi paru adalah kebocoran udara di paru-paru. Pada kondisi ini, udara mengalir keluar dari saluran napas dan masuk ke dalam rongga paru-paru (pleura).
Kebocoran udara bisa ditangani dengan memasang selang untuk mengalirkan kembali udara yang bocor ke saluran napas di paru-paru. Cara ini bisa efektif memulihkan kondisi pasien selama 7 hari, tapi beberapa pasien dengan kondisi paru-paru yang lemah bisa membutuhkan penanganan lebih lanjut.
Di samping itu, BRVP juga bisa meningkatkan risiko komplikasi seperti stroke, serangan jantung, dan kematian pada pasien PPOK yang fungsi paru-parunya sangat lemah.
Beberapa komplikasi lain yang bisa dialami pasien setelah menjalani bedah reduksi volume paru adalah pneumonia, infeksi pasca-operasi, dan perdarahan.
Meskipun dapat membantu memperbaiki fungsi pernapasan, lung volume reduction surgery merupakan operasi yang kompleks dan memerlukan biaya besar. Oleh sebab itu, operasi ini sebenarnya jarang dilakukan untuk mengatasi penyakit paru kronis.
Parah ahli dan peneliti sedang mengembangkan metode operasi baru yang dapat menjadi alternatif dari BRVP yaitu bronchoscopic lung volume reduction (BLVR). Sejauh ini, BLVR dinilai lebih mudah dilakukan serta memberikan hasil yang lebih efektif, minim risiko, sekaligus terjangkau.