Definisi stroke hemoragik
Stroke hemoragik (hemorrhagic stroke) adalah salah satu jenis stroke yang terjadi saat pembuluh darah di otak mengalami kebocoran atau justru pecah.
Kondisi ini dapat mengakibatkan kerusakan pada sel-sel otak, sehingga fungsi otak akan terganggu. Hal ini juga berisiko menyebabkan kerusakan otak permanen.
Perdarahan ini bisa terjadi di dalam otak maupun di lapisan luar otak, tepatnya di antara otak dan tengkorak. Dibanding stroke iskemik, stroke hemoragik cenderung lebih jarang terjadi.
Stroke perdarahan ini terbagi ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan jenis stroke hemoragik yang terjadi karena terdapat pembuluh darah yang rusak di dalam otak.
Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, mengonsumsi alkohol, serta penggunaan obat-obatan terlarang, risiko mengalami kondisi ini tentu akan meningkat.
Bahkan, jenis lain dari stroke bisa berubah menjadi perdarahan intraserebral, termasuk stroke yang terjadi tanpa perdarahan, seperti stroke trombotik dan stroke emboli.
2. Perdarahan subarachnoid
Sementara itu, perdarahan subarachnoid adalah kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan darah berkumpul pada permukaan otak. Artinya, perdarahan tidak terjadi di dalam otak, tapi pada lapisan luar otak atau di ruang antara otak dan tengkorak.
Saat darah bercampur dengan cairan tulang belakang, terdapat tekanan pada otak yang menyebabkan sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba. Hal ini mungkin menjadi penanda terjadinya perdarahan subarachnoid.
Seberapa umumkah stroke hemoragik?
Stroke dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke jenis hemoragik adalah jenis yang jarang terjadi. Jenis ini hanya menyumbang sekitar 20% dari semua kasus stroke, tetapi lebih berbahaya dan berpotensi menyebabkan kematian.
Sebanyak 15 juta orang menderita penyakit ini setiap tahunnya. Dari angka tersebut, sekitar 5 juta penderitanya mengalami cacat permanen, dan 5 juta lainnya meninggal dunia.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada pasien berusia lanjut, yaitu 55 tahun ke atas. Meskipun demikian, terdapat pula beberapa kasus stroke hemoragik yang terjadi pada pasien berusia lebih muda. Bahkan, stroke bisa terjadi pada anak-anak.
Tanda & gejala stroke hemoragik
Tanda-tanda dan gejala stroke hemoragik bervariasi antara satu penderita dengan penderita lainnya. Hal ini tergantung pada jenis stroke dan tingkat keparahannya.
Gejala perdarahan intraserebral
Gejala dari stroke hemoragik jenis perdarahan intraserebral ini selalu muncul saat penderita dalam kondisi sadar. Gejala ini cenderung muncul tanpa peringatan, tapi dapat bertambah semakin parah seiring waktu.
Gejala dari perdarahan ini akan bertambah semakin parah dalam kurun waktu 30-90 menit saja. Gejala yang muncul termasuk:
- Kelemahan yang muncul secara tiba-tiba.
- Mati rasa atau kelumpuhan di salah satu bagian tubuh.
- Kesulitan berbicara.
- Tidak bisa mengontrol pergerakan bola mata dengan benar.
- Muntah.
- Tidak bisa berjalan.
- Napas tak beraturan.
- Pingsan.
- Koma.
Gejala perdarahan subarachnoid
Biasanya, perdarahan subarachnoid terjadi akibat pembuluh darah yang pecah setelah membengkak. Gejala yang muncul termasuk:
- Sakit kepala yang muncul secara tiba-tiba dan terasa begitu sakit.
- Kehilangan kesadaran.
- Mual disertai dengan muntah.
- Tidak mampu menatap cahaya yang terlalu terang.
- Leher terasa kaku.
- Pusing.
- Kebingungan.
- Kejang.
- Kehilangan kesadaran diri.
Penyebab stroke hemoragik
Stroke hemoragik umumnya disebabkan oleh beberapa masalah atau kondisi kesehatan. Berikut adalah penyebab-penyebab stroke hemoragik:
1. Penyakit tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan penyebab yang paling sering ditemukan pada kebanyakan kasus stroke hemoragik, terutama pada tipe intraserebral.
Hipertensi dapat terjadi akibat adanya kelainan atau masalah pada ginjal atau konsumsi obat-obatan tertentu. Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini tidak memiliki penyebab apapun atau muncul secara mendadak.
2. Aneurisma
Aneurisma adalah pelebaran atau pembengkakan pada dinding arteri. Dinding arteri mengalami penipisan dan menjadi lemah, sehingga pelebaran dapat terjadi.
Kondisi ini bisa muncul saat lahir (kongenital), atau mungkin berkembang seiring dengan berjalannya waktu, terutama jika memiliki riwayat hipertensi.
3. Angiopati amiloid otak
Angiopati amiloid adalah kondisi di mana protein amiloid menumpuk di pembuluh darah otak. Hal tersebut dapat memicu terjadinya kerusakan, sehingga pendarahan berpotensi terjadi.
Angiopati amiloid lebih banyak ditemukan pada orang-orang berusia lanjut.
4. Malformasi arteri (AVM)
Malformasi arteri atau AVM adalah kondisi di mana terjadinya kelainan pada pertumbuhan sekelompok pembuluh darah. Hal ini dapat terjadi di bagian tubuh manapun, termasuk otak.
AVM biasanya muncul saat lahir. Jika AVM terletak di otak, kondisi ini berisiko menyebabkan terjadinya pendarahan.
5. Pengobatan antikoagulan (pengencer darah)
Beberapa orang mengonsumsi obat-obatan untuk mengurangi risiko penggumpalan darah justru berpotensi mengalami pendarahan pada otaknya.
Kemungkinan lainnya yang dapat menyebabkan pendarahan pada otak adalah:
- Cedera kepala.
- Gangguan pada sirkulasi darah.
- Konsumsi obat-obatan ilegal seperti kokain.
Faktor risiko stroke hemoragik
Stroke hemoragik adalah kondisi yang dapat menyerang setiap orang dari berbagai golongan usia. Namun, terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit ini.
Memiliki satu atau beberapa faktor risiko bukan berarti Anda dipastikan akan menderita penyakit ini. Terdapat juga kemungkinan Anda akan mengalami penyakit ini meskipun Anda tidak memiliki faktor-faktor risiko apapun.
Berikut adalah faktor-faktor risiko yang dapat memicu terjadinya pendarahan pada otak:
1. Usia lanjut
Penyakit ini lebih banyak dijumpai pada pasien berusia lanjut, yaitu 55 tahun ke atas.
2. Jenis kelamin
Penyakit ini juga lebih banyak menyerang pasien berjenis kelamin wanita dibanding pria.
3. Riwayat penyakit tekanan darah tinggi
Apabila Anda pernah atau sering menderita tekanan darah tinggi (hipertensi), Anda memiliki peluang lebih besar untuk mengalami stroke ini.
4. Riwayat kesehatan keluarga mengalami stroke atau masalah jantung
Jika di dalam keluarga Anda ada yang menderita penyakit stroke atau riwayat serangan jantung, risiko Anda untuk menderita stroke pun lebih tinggi.
5. Kebiasaan merokok atau perokok pasif
Orang-orang yang aktif merokok maupun yang sering terpapar asap rokok di lingkungan sekitar memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke.
6. Kadar kolesterol tinggi
Kadar kolesterol tinggi juga berkontribusi pada peluang seseorang menderita stroke hemoragik.
7. Pernah mengalami gangguan apnea tidur
Gangguan apnea tidur adalah kondisi di mana pernapasan seringkali terganggu saat tidur. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami stroke atau pendarahan di otak.
8. Gaya hidup kurang sehat
Jika Anda kurang aktif berolahraga, sering minum minuman beralkohol, dan memiliki berat badan berlebih, peluang Anda untuk mengalami stroke hemoragik lebih besar.
9. Terapi hormon atau pil kontrasepsi
Wanita yang menggunakan pil kontrasepsi atau menjalani terapi hormon estrogen cenderung lebih rentan memiliki penyakit ini di masa depan.
Komplikasi stroke hemoragik
Stroke jenis hemoragik dapat menyebabkan kecacatan sementara atau permanen, tergantung pada seberapa lama otak kekurangan aliran darah serta bagian otak mana yang terdampak.
Komplikasi stroke hemoragik yang kemungkinan bisa muncul meliputi:
1. Lumpuh
Stroke berpotensi menyebabkan salah satu atau beberapa bagian tubuh mengalami kelumpuhan. Hal ini biasanya hanya terjadi di salah satu sisi tubuh sehingga Anda mungkin kehilangan kontrol terhadap otot-otot tertentu.
Kondisi ini dapat menyebabkan gangguan dalam aktivitas sehari-hari, seperti makan, berjalan, hingga berganti pakaian. Artinya, Anda tidak bisa melakukan segala sesuatunya sendiri.
2. Kesulitan berbicara atau menelan
Stroke juga dapat memengaruhi kontrol otot di mulut dan tenggorokan. Anda kemungkinan dapat mengalami kesulitan menelan (disfagia), berbicara (disartria), bahkan kesulitan berkomunikasi dengan bahasa sehari-hari (aphasia).
3. Hilang ingatan dan sulit berpikir
Kondisi ini juga menyebabkan beberapa penderitanya mengalami hilang ingatan sebagian. Beberapa juga mengalami kesulitan berpikir, berkonsentrasi, membuat keputusan, dan memahami konsep-konsep sederhana.
4. Masalah emosional
Orang-orang dengan stroke mungkin juga akan mengalami kesulitan mengontrol emosinya, sehingga mereka rentan mengalami depresi.
5. Rasa nyeri atau sakit
Penderita penyakit ini juga mungkin merasakan sensasi-sensasi aneh di bagian-bagian tubuhnya, mulai dari rasa geli, nyeri, hingga sakit. Beberapa orang juga mengeluhkan rasa sensitif terhadap perubahan suhu.
Diagnosis & pengobatan stroke hemoragik
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Apa saja tes yang dilakukan untuk mendiagnosis stroke hemoragik?
Diagnosis stroke hemoragik diperlukan agar tim medis dan dokter dapat mengetahui jenis pengobatan yang tepat, tergantung pada bagian otak yang mengalami kerusakan.
Pertama-tama, dokter akan menanyakan gejala-gejala yang Anda alami, riwayat penyakit yang Anda dan anggota keluarga miliki, serta mengecek tekanan darah dan detak jantung Anda.
Setelah itu, dokter juga mungkin akan menggunakan alat bernama oftalmoskop untuk mengecek adanya penggumpalan darah di bagian belakang mata Anda.
Berikut adalah beberapa tes tambahan yang akan dilakukan oleh dokter apabila Anda diduga memiliki stroke hemoragik:
1. Tes darah
Tes darah dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat darah Anda menggumpal, bagaimana kadar gula Anda, serta kemungkinan adanya infeksi.
2. CT scan
CT scan dapat menghasilkan gambar yang detail dari otak Anda. Melalui CT scan, dokter dapat mengetahui adanya pendarahan, tumor, atau stroke di otak Anda. Terdapat beberapa jenis CT scan yang dapat dilakukan, tergantung pada kondisi Anda.
3. MRI scan
MRI scan menggunakan gelombang radio dan magnet untuk menghasilkan gambar bagian dalam otak Anda. Dengan tes ini, dokter dapat mengecek adanya kerusakan jaringan otak akibat stroke iskemik maupun hemoragik.
4. Ultrasonografi karotid
Pada tes ini, gelombang suara digunakan untuk menghasilkan gambar di bagian arteri karotid. Arteri ini terletak di leher Anda. Tujuan dari tes ini adalah untuk mengetahui adanya penumpukan lemak dan aliran darah di arteri karotid Anda.
5. Angiogram otak
Dokter akan memasukkan kateter kecil melalui pangkal paha Anda. Kateter ini kemudian akan masuk ke dalam arteri karotid atau vertebral Anda.
Lalu, sebuah cairan pewarna akan disuntikkan agar arteri Anda dapat terlihat melalui X-ray. Tujuannya adalah untuk melihat bagian arteri otak dan leher Anda secara lebih detail.
6. Ekokardiogram
Tes ekokardiogram atau echo jantung bertujuan untuk menemukan adanya penggumpalan di jantung Anda, yang berpotensi menyebabkan kerusakan pada otak.
Apa saja pengobatan yang biasa dilakukan untuk stroke hemoragik?
Jika Anda mengalami stroke, penting bagi Anda untuk segera mendapatkan penanganan medis. Pengobatan yang dilakukan sesegera mungkin dapat menyelamatkan hidup Anda.
Pengobatan pada stroke hemoragik umumnya meliputi:
- Obat pengontrol pembengkakan otak.
- Obat untuk menghilangkan sakit kepala.
- Obat kejang, seperti fenitoin.
Dalam beberapa kasus yang parah, prosedur bedah diperlukan untuk menghentikan pendarahan, mengurangi tekanan di dalam tengkorak, dan mempercepat pemulihan. Beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan adalah:
- Operasi malformasi arteri.
- Operasi pada aneurisma.
- Penggunaan kateter.
- Stereotactic radiosurgery.
Untuk membantu proses pemulihan lebih cepat, berbagai jenis terapi dan rehabilitasi mungkin diperlukan. Pilihan termasuk terapi fisik, terapi okupasi, atau terapi berbicara.
Tujuan dari rehabilitasi adalah untuk membantu mengembalikan kemampuan fisik dan berbicara pasien secepat mungkin.
Pencegahan stroke hemoragik
Berikut adalah gaya hidup yang dapat membantu Anda mencegah terjadinya stroke, termasuk stroke perdarahan:
1. Menjalani pola makan yang lebih sehat
Anda dapat mencoba mengganti menu makanan Anda dengan menu yang lebih sehat dan bernutrisi. Sebaiknya, kurangi kolesterol, lemak jenuh, gula, dan sodium dalam makanan Anda.
Selain menerapkan pola makan sehat, kontrol kadar gula darah, tekanan darah, hingga kadar kolesterol di dalam tubuh secara rutin untuk mengetahui bagaimana pola makan memengaruhi kondisi kesehatan Anda.
Perbanyak punya konsumsi sayur, buah-buahan, serta gandum utuh sehingga Anda terhindar dari penyakit-penyakit yang dapat memicu munculnya stroke.
2. Rajin berolahraga
Pastikan Anda rutin menggerakkan badan setiap harinya. Olahraga dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan pembuluh darah serta jantung Anda.
Anda bisa coba berolahraga 30 menit sehari, dengan kegiatan seperti berjalan santai, jogging, berenang, atau bersepeda. Tidak perlu mencoba olahraga yang terlalu berat karena yang terpenting adalah konsisten dan rutin dalam melakukannya.
3. Hindari rokok dan alkohol
Rokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan tidak hanya meningkatkan risiko Anda mengalami stroke, namun juga berdampak buruk pada kesehatan Anda secara keseluruhan. Maka dari itu, mulailah menghindari rokok dan minuman beralkohol.
4. Atasi gangguan tidur
Jika Anda memiliki gangguan tidur, periksakan kondisi ke dokter untuk memeriksakan gejala gangguan tidur. Pasalnya, menurut Mayo Clinic, ada gangguan tidur yang dapat menyebabkan Anda tidak bernapas selama beberapa saat. Jika dibiarkan, hal ini tentu dapat menyebabkan stroke.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
[embed-health-tool-bmi]