backup og meta

Kudis Api

Kudis Api

Penyakit kudis merupakan penyakit menular akibat infeksi tungau yang menyebabkan rasa gatal. Ada berbagai jenis penyakit kudis yang dapat menyerang manusia, termasuk kudis api.

Ketahui lebih lanjut seputar gejala, penyebab, dan cara mengatasinya berikut ini.

Apa itu kudis api?

Kudis api atau disebut juga dengan crusted scabies merupakan bentuk penyakit kudis atau scabies yang sangat parah.

Penyakit ini disebabkan oleh tungau atau kutu parasit yang sama pada penyakit kudis lainnya, yakni Sarcoptes scabiei.

Perbedaannya, kulit yang terinfeksi kudis atau scabies pada umumnya hanya memiliki 10 – 15 tungau di dalam kulit. Namun, pada kasus kudis api, terdapat ribuan hingga jutaan tungau yang menginfeksi kulit.

Selain berbahaya bagi penderita, penyakit kulit ini sangat menular. Orang yang mengalami kudis api bisa menularkan kutu scabies lebih cepat daripada orang dengan scabies biasa.

Secara medis, kudis berkrusta juga dikenal dengan nama Norwegian scabies. Nama ini diambil dari kasus penyakit kudis yang pertama kali ditemukan di Norwegia pada pertengahan abad ke-19.

Seberapa umumkah penyakit ini?

Penyakit kulit menular seperti scabies atau kudis bisa dialami oleh siapa pun yang melakukan kontak fisik antarkulit dengan penderita.

Kondisi ini umumnya dialami oleh orang yang terlebih dulu mengalami penyakit kudis biasa. Terdapatnya gangguan pada sistem imun membuat tungau berkembang biak lebih cepat dari sebagaimana mestinya.

Menurut DermNet New Zealand, penderita kudis yang kemudian mengalami Norwegian scabies paling banyak ditemukan di wilayah Australia Utara.

Tanda dan gejala kudis api

Gejala kudis api

Tubuh baru akan menunjukkan gejala kudis dalam 4 – 6 minggu setelah paparan awal terhadap tungau penyebab scabies.

Namun, jika Anda pernah terkena penyakit ini sebelumnya, ciri dan gejala scabies bisa saja muncul lebih cepat, yaitu sekitar 1 – 4 hari setelah paparan.

Gejala kudis api awalnya muncul pada sela-sela jari, siku, lutut, telapak tangan dan kaki. Kemudian, gejala bisa menyebar dengan cepat dan meluas ke seluruh bagian tubuh.

Namun, pada sebagian besar kasus, penderita kudis berkrusta awalnya bisa saja tidak memperlihatkan gejala.

Secara umum, berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala kudis api.

  • Ruam kulit berupa bintik-bintik merah yang bisa terlihat seperti jerawat.
  • Gatal pada kulit.
  • Kulit berkerak dan bersisik.
  • Luka akibat infeksi

Kudis api bisa sangat berbahaya karena penyakit ini biasanya juga diiringi dengan terjadinya infeksi kulit sekunder yang disebabkan oleh bakteri, seperti jenis Staphylococcus penyebab impetigo.

Kapan harus pergi ke dokter?

Jika Anda menunjukkan tanda-tanda dan gejala kudis api seperti di atas, segera berkonsultasi kepada dokter spesialis kulit.

Norwegian scabies merupakan penyakit kulit yang membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin untuk menghindari penyakit komplikasi yang lebih berbahaya dan penularan penyakit yang cepat.

Penyebab kudis api

Penyakit kudis api terjadi ketika terdapat ratusan hingga ribuan tungau penyebab scabies yang tinggal dan berkembang biak di dalam kulit.

Padahal, pada penderita kudis biasa hanya terdapat 10 – 20 tungau yang menginfeksi kulit.

Pada kasus Norwegian scabies, rata-rata tungau yang bersarang di kulit bisa mencapai 4000 hingga 1 juta tungau per satu gram kulit.

Penyebab mengapa jumlah tungau penyebab kudis berkrusta bisa bertambah jumlahnya dengan pesat sebenarnya belum diketahui secara pasti.

Menurut National Institutes of Health (NIH), peristiwa ini berkaitan dengan kondisi sistem kekebalan tubuh yang melemah dengan cepat, gangguan pada sistem saraf, dan disabilitas fungsi tubuh.

Hal ini ditunjukan dengan kondisi sistem imun memperlihatkan peningkatan eosinofil ketika tungau berkembang biak dengan cepat di dalam kulit,

Faktor risiko kudis api

Beberapa hal dan kondisi kesehatan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk terkena penyakit kudis api. Berikut ini faktor-faktor risiko dari penyakit kulit ini.
  • Tinggal atau melakukan kontak fisik terus-menerus dengan orang yang mengidap kudis.
  • Mengalami penyakit kudis dan tidak menjalani pengobatan dan perilaku bersih sehat.
  • Melakukan hubungan seksual dengan orang yang terinfeksi.
  • Memiliki kondisi kekebalan tubuh yang lemah.
  • Mengidap penyakit HIV/AIDS.
  • Melakukan operasi transplantasi organ.
  • Mengidap kanker dan menjalani pengobatan kemoterapi.
  • Tinggal bersama di panti jompo, penjara, asrama, dan bermain tempat penitipan anak yang memiliki scabies.

Diagnosis kudis api

Awalnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik melalui identifikasi gejala pada kulit terlebih dahulu.

Kondisi kudis api bisa saja diduga sebagai penyakit kulit lain seperti dermatitis, eksim, atau psoriasis.

Untuk memperoleh hasil diagnosis yang lebih pasti, dokter akan mengambil sampel kulit yang terdampak.

Selanjutnya, sampel tersebut akan dianalisis di bawah mikroskop untuk melihat apakah terdapat tungau atau telurnya.

Pemeriksaan sampel kulit lebih lanjut juga mungkin dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah tungau Norwegian scabies yang menginfeksi kulit.

Pengobatan kudis api

Dikarenakan gejalanya yang sangat parah, penyakit kudis api sulit untuk disembuhkan.

Pengobatan yang dilakukan juga bisa membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan penyakit kudis biasa.

Sebelum menjalani pengobatan, bagian kulit yang mengerak dan bersisik harus diangkat terlebih dahulu. Berikut ini pilihan pengobatan kudis api.

1. Obat topikal (salep scabies)

Salep untuk kulit

Obat topikal perlu dioleskan ke seluruh bagian tubuh yang terinfeksi dalam waktu 8 – 12 jam sehingga menyerap maksimal ke dalam kulit.

Berikut ini adalah jenis salep kudis yang bisa mengobati penyakit kudis api.

  • 5% krim permethrin, untuk menghilangkan kudis dan telurnya (untuk anak 2 bulan ke atas dan wanita hamil).
  • 25% losion benzyl benzoate.
  • 5 – 10%  salep sulfur.
  • 10% krim crotamiton (tidak boleh digunakan untuk anak dan wanita hamil).
  • 1% losion lindane (tidak untuk anak di bawah dua tahun, wanita hamil atau menyusui, lansia, dan orang yang memiliki berat kurang dari 50 kg).

2. Obat oral (pil ivermectin)

Selain obat topikal, pengobatan dikombinasikan dengan obat oral, yaitu pil ivermectin.

Untuk menyembuhkan kudis api, dibutuhkan dosis 2 – 3 kali lebih tinggi. Ikuti anjuran dari dokter untuk aturan penggunaannya.

Gejala kudis berkrusta bisa sangat menurunkan kualitas hidup penderitanya. Oleh sebab itu, tak jarang dokter juga memberikan pengobatan tambahan seperti berikut ini.

  • Antihistamin untuk mengendalikan rasa gatal dan membantu merilekskan tubuh saat tidur.
  • Losion Pramoxine untuk mengendalikan rasa gatal yang tak tertahankan.
  • Antibiotik untuk menghilangkan infeksi bakteri.
  • Salep kortikosteroid untuk mengurangi kemerahan, bengkak, dan gatal.

Tak hanya orang yang terinfeksi, pengobatan scabies ini juga diperlukan semua orang yang pernah berkontak dengan orang yang terinfeksi atau tinggal bersama dengan penderita.

Kesimpulan

  • Kudis api adalah penyakit kulit menular yang terjadi akibat infeksi tungau. Penderitanya bisa memiliki ribuan hingga jutaan tungau yang menginfeksi kulit.
  • Kondisi ini ditandai dengan gejala seperti ruam, gatal, kulit bersisik dan kering, serta luka infeksi.
  • Kondisi ini dapat disembuhkan dengan pengobatan topikal atau oral, tetapi proses penyembuhannya mungkin bisa berlangsung lama dari penyakit kudis pada umumnya.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Ebrahim, K. C., Alves, J. B., Tomé, L. A., Moraes, C. F., Gaspar, A. D., Franck, K. F., Hussein, M. A., Cruz, L. R., Ebrahim, L. D., & Sidney, L. F. (2016). Norwegian scabies – rare case of atypical manifestation. Anais brasileiros de dermatologia91(6), 826–828. https://doi.org/10.1590/abd1806-4841.20164811

Crusted scabies. DermNet NZ. (2021). Retrieved 30 August 2024, from https://dermnetnz.org/topics/crusted-scabies/

Clinical Overview of Crusted Scabies. (2023). Retrieved 30 August 2024, from https://www.cdc.gov/parasites/scabies/gen_info/faqs.html

Crusted scabies. Genetic and Rare Diseases Information Center (GARD) – an NCATS Program . (n.d). Retrieved 30 August 2024, from https://rarediseases.info.nih.gov/diseases/12151/crusted-scabies

Scabies: Signs and symptoms. (n.d.). American Academy of Dermatology Association. Retrieved 30 August 2024, from https://www.aad.org/public/diseases/a-z/scabies-symptoms

Versi Terbaru

05/09/2024

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

5 Penyebab Umum Ruam Merah di Pergelangan Tangan, dari Eksim Hingga Kudis

Serupa tapi Tak Sama, Ini Perbedaan Kudis dan Kurap


Ditinjau secara medis oleh

dr. Andreas Wilson Setiawan, M.Kes.

Magister Kesehatan · None


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 05/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan