Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Basmi Kudis (Scabies) dengan Obat, dari Medis Hingga Bahan Alami

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 03/10/2022

    Basmi Kudis (Scabies) dengan Obat, dari Medis Hingga Bahan Alami

    Kudis menimbulkan gejala berupa bintik-bintik merah pada kulit yang terasa gatal, terutama pada malam hari. Setiap orang yang terinfeksi kudis (scabies) harus segera ditangani dengan obat dan pengobatan medis karena kondisi ini dapat menular dengan cepat.

    Berbagai obat medis untuk mengatasi kudis

    Infeksi tungau kudis (scabies) dapat menyebabkan gatal yang mengganggu. Rasa gatalnya bisa bertambah intens sehingga membuat Anda susah tidur. Terlebih jika kulit yang gatal terus digaruk. Kulit yang sedang bermasalah malah berisiko mengalami iritasi.

    Hingga kini belum ada obat non-resep yang sudah teruji klinis mengobati kudis. Maka dari itu, cara mengatasi kudis yang efektif adalah dengan periksa ke dokter spesialis kulit untuk mendapatkan resep obat yang sesuai dengan gejala. Berikut daftarnya.

    Obat scabies topikal

    Obat topikal berupa salep dan krim adalah pengobatan awal untuk mengatasi scabies atau kudis. Secara umum, salep bekerja dengan cara membasmi tungau-tungau scabies yang tinggal di dalam kulit sekaligus meringankan rasa gatal.

    Hampir semua obat kudis dioleskan pada malam hari. Obat yang diberikan harus mengandung salah satu dari beberapa komponen berikut ini.

    1. Permethrin

    Permethrin merupakan insektisida sintetik yang berfungsi melawan serangga-serangga mikroskopis di dalam tubuh. Obat salep yang mengandung 5% permethrin paling umum diresepkan oleh dokter untuk mengatasi kudis.

    Salep ini biasanya dianjurkan dokter untuk dioles satu kali sehari pada malam hari selama 1 – 2 minggu. Pemakaian salep tak hanya diutamakan pada kulit yang terdampak gejala kudis, tapi juga perlu dioles pada seluruh bagian tubuh.

    Agar terserap optimal, usahakan agar salep yang telah dioles tidak luntur dari permukaan kulit sampai 8 jam.

    Obat kudis ini minim efek samping dan tidak memicu terjadinya reaksi alergi setelah pemakaian. Salep permethin juga aman dipakai ibu hamil dan bayi berusia di atas dua bulan.

    2. Lindane

    Obat scabies ini biasanya tersedia dalam bentuk losion atau krim. Lindane merupakan zat insektisida yang juga dikenal dengan nama kimia gamma benzena heksaklorida. Salep lindane bekerja dengan menyerang sistem saraf tungau parasit secara langsung sampai tungau akhirnya mati.

    Menurut sebuah studi, kerja lindane akan lebih efektif setelah dioleskan minimal selama 6 jam pada kulit, lalu diulang penggunaannya satu kali dalam minggu berikutnya hingga 14 jam. Kemudian, kulit yang diolesi harus langsung dibersihkan pada pagi hari.

    Obat ini tidak menyebabkan iritasi kulit. Akan tetapi, lindane berbahaya untuk mereka yang kondisi sistem imunnya lemah, seperti ibu hamil, bayi prematur, orang yang sedang sakit karena infeksi, orang dengan obesitas, serta anak-anak.

    3. Sulfur

    Sulfur merupakan kandungan obat yang paling awal digunakan untuk mengatasi scabies atau kudis. Obat scabies atau kudis yang mengandung 5 – 10 persen sulfur biasanya tersedia dalam bentuk salep.

    Tidak seperti penggunaan salep scabies lainnya yang hanya digunakan sesekali, salep dengan sulfur perlu dioleskan berulang kali. Oleskan salep scabies ini pada seluruh bagian tubuh sehabis mandi selama 2 – 3 hari berturut-turut.

    Perlu diketahui, Anda harus berhati-hati saat menggunakan obat ini. Sebab, salep ini bisa meninggalkan noda pada pakaian dan memiliki bau yang tajam.

    Salep scabies dengan sulfur sebaiknya hanya digunakan ketika penderita tidak dapat menoleransi penggunaan obat-obat topikal lainnya. Salep kudis ini sangat dianjurkan sebagai pilihan alternatif untuk pengobatan scabies pada anak-anak, bayi, dan ibu hamil.

    4. Crotamiton

    Obat yang mengandung crotamiton sebanyak 10% ini digunakan sebagai obat alternatif bila obat sebelumnya tidak membuahkan hasil. Biasanya, obat ini dijual di pasaran dengan nama dagang Eurax.

    Untuk pengobatan scabies, obat ini aman digunakan untuk orang dewasa. Sebaliknya untuk anak-anak, bayi, dan ibu hamil, cara mengobati kudis dengan obat ini tidak cukup efektif mengatasi gejala dan malah berisiko menyebabkan efek samping serius.

    5. Salep antibiotik

    Rasa gatal akibat kudis bisa membuat Anda tak berhenti menggaruk sehingga menyebabkan iritasi kulit. Bagian kulit yang teriritasi nantinya cenderung rentan terinfeksi oleh kuman.

    Jika scabies sudah menyebabkan komplikasi berupa penyakit kulit lainnya akibat infeksi bakteri, maka Anda membutuhkan obat salep antibiotik.

    Salep yang digunakan adalah mupirocin, yang bisa juga ditemui dengan nama Bactroban dan Centany. Fungsinya adalah untuk menghentikan berkembangnya bakteri spesies Staphylococcus, beta-hemolytic streptococci, atau Streptococcus pyogenes.

    6. Salep kortikosteroid

    Salep kortikosteroid bisa diresepkan dokter jika rasa gatalnya begitu intens. Salep ini diketahui efektif menyembuhkan peradangan. Dokter akan meresepkan salep steroid yang memiliki potensi paling rendah, seperti hidrocortisone.

    Jika dosis ini ampuh, maka Anda tak perlu menggunakan salep lainnya. Anda pun wajib mengikuti instruksi cara pakai obat dari dokter untuk menghindari efek samping berbahaya dari salep kortikosteroid, terutama jika digunakan dalam jangka waktu lama.

    Pada minggu-minggu pertama pengobatan, biasanya gejala bertambah parah terlebih dahulu baru kemudian berangsur membaik. Namun dengan mengikuti aturan pengobatan dari dokter, gejala scabies bisa menghilang dalam beberapa hari sampai 4 minggu.

    Obat kudis oral (minum)

    obat gatal alergi

    Apabila obat topikal tidak berhasil mengobati infeksi scabies dalam 4 – 6 minggu, obat oral (minum) mungkin akan dibutuhkan. Biasanya obat oral diresepkan untuk penyakit scabies yang berkursta atau lebih parah.

    Obat oral umumnya membutuhkan waktu lebih lama untuk menghilangkan kudis.

    1. Ivermectin

    Obat minum yang mengandung antiparasit ivermectine biasanya diberikan ketika penderita tidak menunjukkan perubahan gejala setelah diberikan pengobatan topikal awal.

    Penggunaan obat ivermection dapat dikombinasikan dengan salep permethrin agar lebih efektif menghilangkan gejala scabies.

    Pil biasanya diminum dua minggu sekali atau sesuai anjuran dokter. Jika gejala tidak membaik dalam dua minggu, dokter akan meningkatkan dosisnya.

    Pengobatan scabies dengan cara ini cukup aman dilakukan karena tidak memiliki efek samping yang berarti.

    2. Antihistamin

    Setelah tungau yang bersembunyi di kulit hilang, biasanya rasa gatal tetap sering muncul beberapa minggu ke depan. Terkadang, gatal yang semakin parah ini dapat membuat penderitanya sulit tidur.

    Guna mengatasi gangguan ini, dokter bisa saja meresepkan obat minum golongan antihistamin. Antihistamin adalah obat antialergi yang dapat meringankan rasa gatal. Nantinya, dokter akan memberi obat antihistamin seperti loradatine dan cetirizine untuk membuat Anda merasa lebih nyaman.

    Obat scabies dari bahan alami

    Selain obat-obatan medis, ada pula beberapa bahan alami yang memiliki potensi untuk meringankan kondisi Anda.

    Meskipun begitu, bila bahan ini bekerja dengan baik, ingatlah bahwa penggunaannya tidak dapat menggantikan obat dari dokter, melainkan hanya sebagai penunjang pengobatan. Berikut daftarnya.

    Gel lidah buaya

    Tak hanya meringankan gejala terbakar matahari, gel lidah buaya juga bisa mengurangi gatal akibat kudis. Sebuah penelitian di tahun 2009 yang diterbitkan dalam Phythotheraphy research menemukan bukti keefektifan bahan ini untuk kudis.

    Dari hasil penelitian, ditemukan fakta bahwa gel lidah buaya sama efektifnya dengan benzyl benzoate yang biasa diresepkan untuk mengobati kudis. Bahkan, penelitian menemukan fakta bahwa tidak ada efek samping yang muncul saat seseorang diobati dengan bahan yang satu ini.

    Jika Anda berniat mencobanya, pastikan untuk membeli gel lidah buaya murni tanpa zat tambahan.

    Minyak cengkeh

    Penelitian yang diterbitkan dalam PLOS One menunjukkan bahwa minyak cengkeh efektif untuk membunuh kudis. Minyak ini memiliki sifat antimikroba, anestesi, dan antioksidan yang bisa membantu proses penyembuhan kudis secara alami.

    Namun, tes yang dilakukan masih terbatas dengan menggunakan sampel scabies dari hewan, yaitu babi dan kelinci. Oleh sebab itu, masih dibutuhkan lebih banyak penelitian pada manusia untuk membuktikan keefektifan minyak cengkeh.

    Apapun obat alami yang Anda pilih, sebaiknya konsultasikan semua kepada dokter terlebih dahulu. Tak semua bahan ini cocok pada setiap kulit, terutama bagi Anda yang memiliki alergi.

    Yang juga harus dilakukan saat mengobati kudis

    Selain menggunakan obat-obatan, Anda juga harus melakukan perawatan lain dengan menjaga kebersihan diri sendiri dan lingkungan.

    Terkadang, tungau masih menempel pada barang-barang yang sering digunakan oleh orang yang terinfeksi seperti pakaian, sprei, atau selimut.

    Untuk mengatasinya, cuci barang-barang tersebut menggunakan air panas dan deterjen. Setelah dicuci, keringkan pada suhu yang panas di bawah matahari dalam waktu yang lama.

    Selain itu, tungau kerap bersembunyi pada beberapa perabotan di rumah seperti karpet, kasur, atau sofa. Ditambah lagi bila ruangan di rumah terlalu lembab dan gelap, tempat seperti ini bisa menjadi tempat yang ideal untuk perkembangbiakan tungau.

    Maka dari itu, rutinlah membersihkan perabotan dengan menggunakan mesin penyedot debu dan pastikan rumah juga mendapatkan sirkulasi udara serta sinar matahari yang cukup.

    Hindari juga melakukan kontak fisik dan menggunakan barang yang sama agar penyakit ini tidak menular ke orang lain.

    Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut atau pengobatan yang tepat, konsultasikan langsung ke dokter spesialis kulit. Anda bisa booking dokter spesialis kulit via Hello Sehat atau datang langsung ke klinik atau rumah sakit terdekat dari lokasi Anda.

    Disclaimer

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 03/10/2022

    Iklan

    Apakah artikel ini membantu?

    Iklan
    Iklan