Penyakit usus buntu (apendisitis) menyebabkan peradangan pada usus buntu (apendiks). Jika tidak diobati, bisa jadi usus buntu akan pecah. Kondisi ini harus mendapatkan penanganan medis segera karena bisa menyebabkan kematian. Simak penjelasan berikut ini.
Penyebab usus buntu bisa pecah
Penyebab usus buntu pecah tidak diketahui secara pasti.
Namun, ahli kesehatan berpendapat bahwa ini mungkin berawal dari infeksi yang memicu peradangan pada sistem pencernaan, tepatnya di usus. Pasalnya, usus Anda menjadi rumah bagi bakteri baik dan jahat.
Apendiks yang tersumbat dapat mengundang bakteri jahat berkumpul, berkembang biak, dan akhirnya menyebabkan infeksi.
Sistem imun dalam tubuh akan melawan infeksi dan menghasilkan nanah, yakni kumpulan bakteri, sel jaringan, dan sel darah putih yang mati.
Infeksi ini akan menyebabkan tekanan pada usus buntu meningkat. Akibatnya, darah yang mengalir melalui dinding organ akan menurun sehingga jaringan pada usus akan kekurangan darah dan mati secara perlahan.
Robekan atau luka berlubang akan terbentuk pada jaringan yang mati. Ini akan meningkatkan tekanan di jaringan, sehingga dapat mendorong bakteri dan nanah keluar dari rongga perut.
Jadi, maksud radang usus buntu yang pecah, bukan digambarkan seperti pecahnya balon. Namun, lebih seperti keluarnya bakteri dan nanah dari rongga perut.
Pecahnya usus buntu biasanya terjadi 24 jam pertama setelah gejala usus buntu muncul di awal. Risiko akan semakin meningkat terutama pada 48 – 72 jam setelah gejala.
Tanda dan gejala radang usus buntu yang pecah
Guna mendapatkan perawatan segera, Anda perlu memerhatikan berbagai tanda pecahnya usus buntu. Berikut di antaranya.
1. Sakit perut tak tertahankan
Usus buntu biasanya menimbulkan gejala berupa rasa sakit parah yang membentang dari pusar ke sisi kanan bawah perut.
Jika apendiks yang meradang sudah pecah, rasa sakit bisa menyebar ke seluruh area perut.
Gejala usus buntu yang pecah ini akan semakin memburuk saat Anda berjalan, batuk, atau melewati polisi tidur di dalam mobil, seluruh dinding perut Anda bisa meradang.
Bila ini sakit yang Anda rasakan, usus buntu mungkin hampir atau sudah pecah.
2. Demam
Demam umum terjadi pada orang yang mengalami radang usus buntu pecah.
Sebenarnya, demam sendiri merupakan respons kekeabalan tubuh yang normal terjadi saat melawan infeksi dan sedang berusaha mengurangi jumlah bakteri yang menyerang tubuh.
Gejala ini dapat berupa suhu tubuh yang mencapai lebih dari 38,3 derajat Celsius, menggigil, berkeringat, serta peningkatan denyut jantung pada pasien.
3. Mual, muntah, dan tidak nafsu makan
Mual dan muntah sampai kehilangan nafsu makan menjadi ciri-ciri berikutnya yang menandakan radang usus buntu telah pecah.
Radang usus buntu terkadang berdampak pada saluran pencernaan dan sistem saraf yang menyebabkan diare, mual dan muntah.
Anda juga tentu jadi tidak nafsu makan ketika sistem pencernaan tidak beres.
4. Sering buang air kecil
Posisi usus buntu lebih rendah di panggul dan cukup dekat dengan kandung kemih.
Ketika kandung kemih bersinggungan dengan usus buntu yang meradang, kandung kemih juga akan meradang.
Akibatnya, Anda akan lebih sering buang air kecil dan mungkin terasa menyakitkan.
5. Linglung atau gelisah
Jika Anda bingung atau mengalami disorientasi (linglung) yang disertai dengan gejala usus buntu lainnya, ini mungkin pertanda usus buntu sudah pecah.
Bakteri yang menginfeksi usus buntu Anda kemungkinan sudah masuk ke peredaran darah yang dapat menyebabkan sepsis atau keracunan darah.
Sepsis terjadi karena zat kimia dari sistem imun tubuh yang masuk ke dalam pembuluh darah untuk melawan infeksi memicu respon peradangan di dalam tubuh. Hal ini bisa berakibat fatal.
Infeksi bisa semakin memburuk dan menghabiskan banyak oksigen, sehingga otak tidak mampu dan tidak dapat berfungsi dengan normal.
Cara tepat mengatasi usus buntu pecah
Kondisi usus buntu yang sudah pecah harus diatasi dengan tindakan operasi usus buntu. Namun, jenis operasi akan disesuaikan dengan seberapa parah kondisi pasien.
Di bawah ini adalah berbagai tindakan yang biasanya tim medis lakukan untuk mengatasi usus buntu.
1. Appendektomi terbuka dan appendektomi laparoskopi
Appendektomi terbuka merupakan prosedur medis alias operasi untuk mengangkat radang usus buntu.
Caranya dengan membuat sayatan besar melintang di bagian kanan bawah perut. Setelah jaringan yang bermasalah diangkat, luka terbuka akan segera dijahit kembali.
Appendektomi laparoskopi juga bisa menjadi menjadi perawatan untuk usus buntu yang pecah.
Prosedur ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil, dan memasukan sebuah alat khusus yang dilengkapi kamera kecil untuk melihat kondisi peradangan di usus besar.
Selanjutnya, bagian usus yang bermasalah akan dipotong dan dibersihkan. Sayatan kecil yang dibuat akan segera dijahit.
2. Operasi usus buntu yang pecah disertai terbentuknya abses
Pada beberapa pasien, usus buntu yang tidak ditangani dengan baik bisa menyebabkan terbentuknya abses, yakni benjolan berisi nanah.
Sebelum dilakukan tindakan operasi, dokter akan lebih dahulu melihat kondisi abses melalui USG atau CT scan.
Jika ukurannya cukup besar, abses akan lebih dahulu dikeringkan. Dokter akan mencari lokasi yang aman untuk membuat celah di abses sebagai jalur keluarnya cairan nanah.
Biasanya celah ini dibuat di sisi perut, lubang anus, atau bagian depan perut.
Setelah abses mengering, obat antibiotik untuk usus buntu pun diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi dan komplikasi pasca operasi usus buntu. Konsumsi obat ini nantinya akan menjadi bagian dari pemulihan di rumah.
Dosis antibiotik pertama diberikan melalui suntikan di pembuluh darah. Selanjutnya, obat antibiotik diberikan lewat oral (obat minum).
Obat diminum selama 2 – 4 minggu, tergantung keparahan abses yang dimiliki. Setelahnya, operasi usus buntu akan dilakukan.
3. Operasi usus buntu pecah yang disertai obstruksi usus
Kadang peradangan pada pecahnya usus buntu menyebabkan adanya jaringan parut di usus. Akibatnya, aliran makanan yang akan melewati usus akan tersumbat.
Penyumbatan pada usus ini disebut dengan obstruksi usus. Bila kondisi ini terjadi, biasanya pasien akan mengalami gejala muntah berwarna hijau kekuningan.
Jika pasien menunjukkan gejala tersebut, dokter akan merekomendasikan tes pemindaian dengan sinar X atau CT scan untuk mengetahui letak obstruksi usus.
Selanjutnya, dokter akan melakukan operasi terbuka di tengah perut.
Pemulihan pascaoperasi usus buntu pecah
Proses pemulihan setelah operasi usus buntu memakan usia 4 – 6 minggu. Selama beberapa hari setelah operasi, Anda akan diberikan obat penghilang rasa sakit.
Biasanya obat yang diberikan yaitu parasetamol atau ibuprofen. Anda mungkin membutuhkan bantuan orang lain atau kursi roda untuk berdiri atau berjalan setelah operasi.
Karena efek operasi yang bisa memengaruhi kinerja usus, Anda harus menjalani diet yang sesuai sampai kondisi Anda membaik.
Untuk memudahkannya, Anda bisa berkonsultasi kepada dokter dan ahli gizi mengenai makanan apa saja yang sebaiknya dikonsumsi saat masa pemulihan. Tanyakan juga kapan waktu yang tepat untuk mulai mandi.
Hindari kegiatan apa pun yang bisa membuat luka sayatan bekas operasi jadi terbuka, contohnya olahraga. Umumnya, olahraga setelah operasi usus buntu pecah diperbolehkan dalam kurun waktu 4 – 6 minggu.
Kesimpulan
Radang usus buntu yang tidak segera diobati bisa menimbulkan komplikasi usus buntu pecah. Tanda-tanda komplikasi ini meliputi sakit perut yang tidak tertahankan, mual dan muntah, sering buang air kecil, dan demam. Jika sudah pecah, operasi usus buntu perlu segera dilakukan.
[embed-health-tool-bmr]