BAB berdarah merupakan gejala dari perdarahan pada saluran cerna bagian atas dan bawah, seperti wasir, fisura anus, dan radang usus. Simak penjelasan mengenai obat penyebab BAB berdarah berdasarkan bagian saluran cerna di bawah ini.
Obat BAB berdarah berdasarkan bagian saluran pencernaan
Salah satu kelompok masalah pencernaan yang sering memicu BAB berdarah yaitu perdarahan pada saluran pencernan. Perdarahan pada saluran pencernaan ini dapat terjadi di berbagai organ pada sistem pencernaan, termasuk kerongkongan dan anus.
Itu sebabnya, pilihan obat BAB berdarah akan bergantung pada apa penyebab dari kondisi ini. Berikut ini cara mengatasi penyebab BAB berdarah yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu saluran pencernaan atas dan bawah.
Perdarahan saluran pencernaan atas
Berikut ini penyebab perdarahan saluran pencernaan atas yang dapat memicu BAB berdarah serta cara mengobatinya.
Infeksi bakteri Helicobacter pylori
Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) merupakan kondisi ketika bakteri H. pylori menyerang perut. Bakteri ini dapat merusak jaringan perut hingga bagian pertama dari usus kecil.
Bila dibiarkan, infeksi bakteri ini dapat menyebabkan masalah pencernaan, seperti tukak lambung, gastritis, dan kanker perut. Bahkan, bakteri H. pylori juga dapat menghasilkan darah pada feses Anda.
Ada pun beberapa pilihan obat untuk mengatasi infeksi H. pylori sebagai penyebab BAB berdarah, yakni:
- antibiotik,
- pompa penghambat proton (PPI), seperti omeprazole,
- penghambat histamin (H2 blockers), seperti cimetidine, dan
- bismuth subsalicylate (Pepto-Bismol).
Sindrom Mallory-Weiss
Salah satu gejala yang menandai sindrom Mallory-Weiss yaitu BAB berdarah. Masalah pencernaan ini merupakan kondisi adanya robekan pada lapisan jaringan esofagus (kerongkongan) bernama mukosa.
Pilihan obat-obatan penyakit yang umumnya disebabkan oleh luka pada perut ini tidak jauh berbeda dengan obat penekan asam lambung, seperti H2 blockers dan PPI.
Perdarahan saluran pencernaan bawah
Faktanya, BAB berdarah cukup sering terjadi akibat adanya perdarahan pada saluran pencernaan bagian bawah. Hal ini mungkin dikarenakan beberapa organ pencernaan pada saluran bawah adalah jalur terakhir dari proses pencernaan.
Itu sebabnya, kebanyakan penyebab feses berdarah dipicu oleh perdarahan saluran cerna bagian bawah. Berikut ini sejumlah penyebab perdarahan saluran cerna bawah yang ditandai oleh BAB berdarah.
Wasir
Wasir (ambeien) merupakan peradangan atau pembengkakan pada pembuluh darah vena di sekitar anus. Kondisi yang juga disebut hemoroid ini dapat terjadi di dalam rektum, yaitu saluran yang menghubungkan usus besar dengan anus, atau di sekitar anus.
Umumnya, ambeien dapat dikarenakan mengejan terlalu sering dan dalam waktu yang lama saat BAB. Sejumlah obat untuk mengatasi penyebab BAB berdarah ini meliputi:
Fisura ani
Saluran pencernaan bagian bawah lainnya yang mengalami perdarahan dan bisa menyebabkan BAB berdarah yaitu fisura ani. Penyakit pencernaan ini muncul akibat robekan atau luka kecil pada jaringan mukosa pada anus.
Fisura ani biasanya terjadi bila BAB terlalu keras dan besar. Akibatnya, penderitanya mengalami rasa sakit dan perdarahan ketika buang air besar, sehingga darahnya pun terkadang ikut keluar bersama dengan feses.
Beberapa pilihan obat untuk mengatasi fisura ani antara lain:
- nitrogliserin,
- krim anestesi topikal, seperti lidocaine dan hydrochloride, serta
- obat untuk merilekskan otot sfingter, seperti nifedipine dan diltiazem.
Divertikulitis
Divertikulitis merupakan masalah pencernaan akibat kantong pada usus besar mengalami peradangan dan terinfeksi. Bila dibiarkan, peradangan ringan dapat berkembang menjadi infeksi serius dan memicu gejala mengganggu, seperti BAB berdarah.
Guna mengurangi risiko komplikasi divertikulitis, dokter biasanya akan merekomendasikan antibiotik untuk melawan infeksi. Selain itu, Anda juga diminta untuk makan makanan yang mudah dicerna agar buang air besar tidak terganggu.
Inflammatory Bowel Disease (IBD)
Inflammatory bowel disease merupakan kondisi peradangan usus yang dibagi menjadi dua penyakit, yaitu penyakit Crohn dan kolitis ulseratif. Penyakit ini biasanya ditandai dengan peradangan kronis pada saluran pencernaan bagian bawah.
Baik penyakit Crohn maupun ulseratif kolitis sama-sama menimbulkan gejala berupa BAB berdarah hingga berat badan menurun. Itu sebabnya, dokter biasanya akan menganjurkan Anda untuk menjalani terapi obat, berupa:
- obat anti-inflamasi, seperti kortikosteroid,
- obat imunosupresi, yakni azathioprine dan methotrexate,
- antibiotik, yaitu ciprofloxacin dan metronidazole, dan
- obat pereda nyeri, yaitu acetaminophen.
Sebenarnya ada beragam kondisi yang dapat memicu BAB berdarah. Itu sebabnya, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu guna mendapatkan penanganan yang tepat sesuai penyebabnya.
Pengobatan BAB berdarah di rumah
Selain obat untuk mengatasi BAB berdarah dari dokter, Anda juga perlu menjalani gaya hidup yang sehat guna mempercepat proses penyembuhan sebagai berikut.
- Memperbanyak konsumsi sayur, buah, serta biji-bijian untuk mencegah sembelit.
- Membatasi sumber lemak hewani, terutama daging merah.
- Rutin buang air besar dan tidak menundanya.
- Memperbanyak makan makanan tinggi asam folat.
- Lebih sering minum air putih agar BAB lancar.
- Mengikuti aturan dokter ketika menjalani terapi obat, serta
- Menjaga kebersihan tangan dan makanan.
Bila menjumpai darah pada feses Anda, segera periksakan diri ke dokter untuk mendeteksi apa penyebabnya. Hal ini bertujuan agar Anda bisa mengetahui obat apa yang tepat untuk mengatasi BAB berdarah.
[embed-health-tool-bmr]