backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kenali 7 Penyebab Gastritis, dari Infeksi Bakteri Hingga Stres

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Kenali 7 Penyebab Gastritis, dari Infeksi Bakteri Hingga Stres

    Gastritis adalah penyakit sistem pencernaan yang diakibatkan oleh peradangan pada lambung. Banyak orang selama ini mengira bahwa satu-satunya penyebab gastritis adalah kebiasaan makan makanan pedas. Padahal, penyebabnya bukan cuma itu.

    Infeksi bakteri, kondisi medis tertentu, hingga gaya hidup yang tidak sehat juga bisa membuat lapisan lambung meradang. Berikut adalah sejumlah faktor penyebab radang lambung yang harus Anda ketahui.

    Kondisi medis dan masalah kesehatan penyebab gastritis

    komplikasi gastritis

    Peradangan pada lambung bisa berawal dari berbagai faktor. Sering kali, penyebabnya adalah kondisi medis atau gangguan kesehatan sebagai berikut.

    1. Infeksi bakteri H. pylori

    Helicobacter pylori adalah bakteri yang secara alamiah hidup dalam saluran cerna. Bakteri ini biasanya tidak berbahaya. Akan tetapi jika jumlahnya berlebihan, H. pylori bisa menyerang dan menginfeksi lapisan perut.

    Bila semakin parah, infeksi bisa menyebabkan luka di dalam lambung dan usus kecil yang kemudian menjadi penyebab gastritis. Infeksi H. pylori juga membuat pH cairan lambung semakin asam dan memicu pembentukan lubang pada lambung dan usus.

    Lapisan perut seharusnya dilindungi oleh lendir dan sel imun. Namun, bakteri H. pylori mengganggu respons imun di area tersebut sehingga menyebabkan radang lambung. Inilah yang kemudian menimbulkan luka menganga pada dinding organ pencernaan.

    Gejala gastritis akibat infeksi bakteri H. pylori umumnya berupa sakit perut dan perut kembung. Pada kasus yang parah, bisa terjadi perubahan warna feses menjadi hitam karena feses bercampur dengan darah dalam saluran cerna bagian atas.

    Infeksi H. pylori bisa didiagnosis dengan tes darah dan tes napas sederhana. Namun, penderita gastritis dengan riwayat kanker lambung atau memiliki faktor risiko kanker lainnya harus menjalani skrining untuk menghindari risiko kanker di kemudian hari.

    2. Gangguan autoimun

    Penyakit autoimun merupakan kondisi ketika sistem kekebalan tubuh justru berbalik menyerang organ dan jaringan tubuh yang sehat. Padahal, sistem imun seharusnya menyerang zat asing yang masuk seperti parasit, bakteri, atau virus.

    Beberapa contoh penyakit autoimun adalah diabetes tipe 1, rematik, dan psoriasis. Dengan mekanisme yang sama, sistem kekebalan tubuh mereka mungkin juga dapat menjadi penyebab gastritis.

    Pada orang dengan gangguan autoimun, sistem kekebalan tubuhnya keliru menyerang sel-sel sehat dalam lambung. Lama-kelamaan, hal ini dapat mengubah struktur dan mengurangi jumlah lendir pelindung dinding lambung sehingga memicu peradangan.

    3. Kebocoran cairan empedu

    Empedu adalah cairan yang diproduksi oleh hati untuk mencerna lemak, memecah kolesterol dan sel darah merah tua, serta membuang racun dari tubuh Anda. Empedu akan disimpan dulu di kantong empedu setelah diproduksi.

    Saat ada makanan berlemak, lambung akan memberi sinyal pada kantong empedu untuk melepaskan empedu. Cairan ini akan mengalir melalui dua tabung kecil (saluran kistik dan saluran empedu biasa) ke bagian teratas usus kecil Anda (duodenum).

    Empedu dan campuran makanan dalam duodenum akan masuk ke usus kecil melalui katup pilorus. Katup pilorus biasanya hanya terbuka sedikit untuk menyalurkan cairan empedu.

    Bila katup pilorus tidak bisa menutup dengan rapat, cairan empedu bisa bocor dan mengalir menuju lambung sehingga menyebabkan peradangan. Hal ini terjadi karena cairan empedu memang tidak dirancang untuk bisa “diterima’ di dalam organ lambung.

    4. Stres berkepanjangan

    Penelitian yang ditulis dalam buku berjudul Stress-Induced Gastritis pada 2019, stres berat bisa menjadi penyebab radang lambung. Ini karena saat Anda stres, otak akan meningkatkan produksi sejumlah enzim seperti histamin dan gastrin.

    Peningkatan jumlah enzim-enzim ini lalu mengubah kadar pH lapisan lendir lambung. Kondisi lambung yang jadi “kurang asam” lantas memicu lebih banyak produksi asam lambung. Mekanisme ini bertujuan untuk mengembalikan pH lambung seperti semula.

    Sayangnya, produksi asam lambung yang berlebihan bisa mengikis dinding lambung. Hal ini diperparah dengan stres yang berkepanjangan, sebab stres juga mempercepat pengikisan lambung.

    Menurut salah satu penelitian dalam buku tersebut, stres membuat kekebalan lapisan lambung terhadap racun menurun. Begitu racun masuk ke dalam sistem pencernaan manusia, lambung menjadi rentan terhadap infeksi bakteri serta gangguan lainnya.

    Gaya hidup buruk yang menjadi penyebab gastritis

    cara mengatasi stres penderita penyakit crohn

    Selain infeksi dan masalah kesehatan, gaya hidup dan tindakan yang kurang tepat juga bisa menjadi penyebab radang lambung. Berikut beberapa contohnya.

    1. Minum alkohol terlalu sering atau banyak

    Alkohol bukanlah cairan yang bisa dicerna dengan sempurna oleh sistem pencernaan manusia. Maka dari itu, konsumsi alkohol yang terlalu sering atau dalam jumlah yang berlebihan dapat menjadi penyebab gastritis bagi sebagian orang.

    Menurut sebuah penelitian dalam jurnal American Academy of Pediatrics, alkohol berefek pada terkikisnya lapisan lambung dengan cepat. Lapisan lambung yang menipis ini akan lebih sensitif terhadap cairan asam yang biasanya diproduksi untuk mencerna makanan.

    Alkohol juga meningkatkan produksi gastrin dan mengurangi produksi hormon pepsin. Dalam jumlah yang tidak wajar, hormon-hormon tertentu dapat mendukung terjadinya iritasi pada dinding lambung.

    Gejala radang lambung akibat konsumsi alkohol secara berlebihan di antaranya nyeri pada perut bagian atas, mual, dan muntah. Jika kebiasaan ini tidak diubah, penderita berisiko mengalami komplikasi parah berupa perdarahan berat dalam saluran cerna.

    2. Konsumsi obat pereda nyeri dalam jangka panjang

    Konsumsi obat pereda nyeri nonsteroid (NSAID) seperti ibuprofen, asam mefenamat, dan aspirin bisa menjadi penyebab gastritis. Dampak ini biasanya muncul karena obat digunakan terlalu sering atau secara berkelanjutan dalam jangka panjang.

    Obat NSAID sejatinya bekerja mengurangi rasa sakit dengan menghambat produksi prostaglandin. Namun, di dalam lambung, obat ini juga memperlambat produksi lendir pelindung lapisan lambung dan mengubah strukturnya.

    Jika lapisan lendir lambung terus menipis dan produksi prostaglandin kian menurun, risiko terbentuknya luka pada lambung semakin besar. Luka ini akan membuat dinding lambung meradang karena tidak ada lagi yang melindunginya dari cairan asam.

    3. Kebiasaan merokok

    Merokok diketahui dapat menjadi penyebab gastritis. Dikutip dari National Institute of Diabetes, Digestive, and Kidney Disease, merokok terbukti meningkatkan produksi zat yang merusak struktur pepsin, yakni enzim lambung yang berfungsi memecah protein.

    Tak hanya itu, kebiasaan merokok juga bisa mengurangi aliran darah kaya oksigen ke lapisan lambung. Akibatnya, terjadi gangguan pada produksi lendir pelindung lambung dan natrium bikarbonat yang menetralkan asam lambung.

    Merokok juga meningkatkan risiko peradangan pada dinding lambung yang akhirnya membentuk luka alias borok (tukak lambung). Gejala gastritis yang disebabkan oleh rokok di antaranya mulas dan rasa nyeri seperti terbakar pada bagian dada.

    Penyebab yang bermacam-macam tentu membuat cara mengatasi gastritis menjadi beragam. Oleh sebab itu, segeralah berkonsultasi kepada dokter bila Anda merasa mengalami gejala gastritis dan memiliki faktor-faktor yang meningkatkan risikonya.

    Di luar pengobatan utama, dokter biasanya juga akan merekomendasikan perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat. Anda wajib menghindari makanan pemicu gejala maag, seperti makanan pedas, berhenti merokok, dan minum alkohol.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan