Jika bayi Anda terlihat kesulitan menggerakan atau mengendalikan lidahnya, maka Anda perlu waspada karena bisa jadi anak Anda mengalami tongue tie atau ankyloglossia. Pasalnya, kondisi ini bisa menimbulkan gangguan kesehatan lainnya pada bayi Anda. Untuk berhati-hati, simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Apa itu tongue tie (ankyloglossia)?
Tongue tie atau ankyloglossia adalah kondisi cacat lahir yang membuat gerakan lidah anak menjadi terbatas.
Dikutip dari Stanford Children’s Health, semua orang lahir dengan lipatan kecil jaringan atau selaput pendek dari dasar mulut hingga bagian bawah lidah.
Akan tetapi, beberapa bayi baru lahir memiliki selaput pendek (frenulum) yang tidak biasa, ketat, dan menempel, sehingga ia tidak dapat menggerakkan lidahnya dengan benar.
Dengan kondisi ini, pita jaringan yang pendek, tebal, atau kencang bisa mengganggu proses menyusui.
Kondisi ini juga dapat menyebabkan masalah kesehatan serius karena dapat memengaruhi cara makan, menelan, hingga berbicara anak nantinya.
Seberapa umumkah tongue tie (ankyloglossia)?
Ankyloglossia adalah cacat lahir yang memengaruhi 4—11% dari bayi yang baru lahir. Tongue tie lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Kondisi ini juga bisa terjadi pada balita dan anak-anak yang lebih tua. Silakan diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut.
Bayi juga bisa mengalami lip tie
- Tidak hanya pada bagian lidah, jaringan atau selaput (frenulum) tersebut juga berada di dalam bibir bagian atas. Apabila selaput terlalu tebal dan kaku, maka akan menjadi penyebab terjadinya lip tie.
- Kondisi lip tie pada bayi tergolong jarang terjadi. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan hal ini bisa terjadi bersamaan dengan tongue tie. Kedua hal ini juga bisa membuat bayi semakin sulit menyusu yang mengakibatkan berat badan tidak bertambah.
Jenis-jenis tongue tie (ankyloglossia)
Dikutip dari Breastfeeding USA, ada beberapa jenis tongue tie pada bayi. Berikut adalah beberapa jenis dari kelainan dasar lidah yang disesuaikan dengan kondisinya.
- Kelas 1, yaitu ketika ikatan berada di ujung lidah. Kondisi ini merupakan yang paling umum terjadi.
- Kelas 2, yaitu ikatan sedikit lebih jauh di belakang ujung lidah.
- Kelas 3, yaitu ikatan berada lebih dekat ke pangkal lidah.
- Kelas 4, saat lidah hampir tidak bisa bergerak sama sekali.
Jenis ankyloglossia kelas 1, 2, dan 3 juga dikenal sebagai ikatan anterior.
Sementara itu, tongue tie kelas 4 dikenal sebagai ikatan posterior (PTT) karena berada di bawah penutup selaput lendir.
Perlu diketahui bahwa dalam ikatan kelas 4, bayi sering salah didiagnosis yaitu memiliki lidah pendek.
Tanda dan gejala tongue tie (ankyloglossia)
Supaya bisa menyusu dengan benar, mulut bayi perlu menempel pada jaringan payudara dan puting.
Lidah bayi yang normal juga perlu menutupi gusi yang lebih rendah agar puting terlindung dari kerusakan.
Namun, perlu diketahui bahwa beberapa bayi dengan tongue tie tidak mampu membuka mulut cukup besar untuk menempel pada payudara dengan benar. Berikut beberapa gejalanya.
1. Gejala pada bayi
Berikut beberapa ciri atau tanda dari bayi yang mengalami tongue tie.
- Bentuk V atau bentuk hati di ujung lidah.
- Tidak mampu untuk menjulurkan lidahnya melewati gusi atas.
- Lidahnya tidak mampu untuk menyentuh langit-langit mulut.
- Kesulitan menggerakkan lidah dari sisi ke sisi atau mengangkat lidah ke gigi atas.
Dari gejala di atas, biasanya bayi akan mengalami gejala seperti berikut ini.
- Kesulitan menempel pada payudara atau tetap menempelkan mulutnya pada payudara selama menyusu.
- Menyusu dalam waktu yang lama, istirahat sebentar, kemudian menyusu lagi.
- Gelisah dan tampak lapar sepanjang waktu.
- Berat badan bayi naik lebih lambat dari seharusnya.
- Membuat suara tertentu saat sedang menyusu.
2. Gejala pada ibu
Tongue tie dan lip tie juga dapat menyebabkan masalah pada ibu menyusui. Masalah tersebut mungkin termasuk sebagai berikut.
- Puting sakit atau retak.
- Pasokan susu menjadi lebih sedikit
- Mastitis (radang payudara) yang mungkin terus berulang.
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah kepada dokter.
Kapan harus periksa ke dokter?
Anda harus menghubungi dokter jika bayi mengalami satu atau lebih kondisi berikut.
- Kesulitan menyusu, misalnya tidak dapat membuka mulut cukup lebar pada payudara untuk menyusu dengan benar.
- Kesulitan berbicara atau mengucapkan kata tertentu, misalnya sulit mengucapkan beberapa huruf konsonan seperti t, d, z, s, r dan lain-lain.
- Mengalami kesulitan makan.
Penyebab tongue tie (ankyloglossia)
Frenulum lingual adalah sebuah jaringan ikat yang menghubungkan lidah dan bagian bawah mulut. Pada anak dengan ankyloglossia, ikatan ini terlalu pendek dan tebal yang membatasi gerak lidah.
Sampai saat ini, para peneliti masih belum menemukan penyebab pasti tongue tie dan lip tie.
Namun, beberapa kasus ankyloglossia telah dikaitkan dengan faktor genetik tertentu atau yang diturunkan dalam keluarga.
Dibandingkan bayi perempuan, kondisi tongue tie lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Meski begitu, kelainan bagian atas bibir atau dasar lidah ini dapat terjadi pada siapa saja.
Diagnosis tongue tie (ankyloglossia)
Pada bayi, ankyloglossia serta lip tie hanya didiagnosis jika mengalami kondisi berikut.
- Bayi mengalami kesulitan menyusu atau makan.
- Mengalami kesulitan dalam mengucapkan konsonan seperti “t”, “d”, “z”, “s”, “th” dan “l”. Akan lebih sulit saat mengucapkan huruf “r”.
- Ibu sudah mengunjungi konsultan laktasi sebanyak 2—3 kali karena masalah menyusui.
Kondisi ini baru bisa didiagnosis setelah melakukan pemeriksaan fisik.
Selama pemeriksaan fisik, dokter mungkin akan bertanya soal proses menyusui. Dokter juga akan memeriksa lidah, mulut, dan gigi anak Anda.
Ketika dokter mendiagnosis ankyloglossia pada bayi, mereka mungkin melihat:
- ujung lidah ketika bayi menangis, serta
- jika ada masalah makan, dokter mungkin memantau pada saat sesi makan.
Pada anak yang lebih tua, profesional medis akan memeriksa lidah saat anak mengangkatnya ke atas untuk mencari panjang frenulum.