Sebagai orangtua, ada banyak yang harus diperhatikan tentang kesehatan bayi, termasuk kondisi tali pusat. Salah satu kondisi yang cukup sering terjadi pada bayi baru lahir adalah omphalitis. Kondisi yang disebut sebagai infeksi tali pusat ini perlu segera ditangani karena bisa menimbulkan komplikasi. Cari tahu apa saja gejala hingga pengobatannya di bawah ini!
Apa itu omphalitis?
Omphalitis (omfalitis) adalah infeksi bakteri yang terjadi pada tali pusat bayi baru lahir.
Infeksi ini biasanya muncul ketika tali pusat yang seharusnya mengering dan lepas justru mengalami infeksi yang disebabkan oleh bakteri.
Umumnya, kondisi ini cukup jarang terjadi di negara maju.
Namun, di beberapa negara berkembang, angka kejadian omfalitis lebih tinggi karena masalah kebersihan atau perawatan bayi baru lahir yang tidak optimal pada tali pusat.
Data WHO menunjukkan bahwa omfalitis menyumbang sekitar 10—20% dari kasus infeksi neonatal di negara-negara berkembang.
Di Indonesia sendiri, meskipun tidak ada angka resmi, kondisi ini cukup sering dijumpai di fasilitas kesehatan.
Apa gejala dan tanda omphalitis?
Mengenali tanda-tanda omphalitis pada bayi sejak dini sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.
Umumnya, omfalitis ditandai dengan perubahan fisik pada area tali pusat, tetapi juga bisa disertai dengan gejala lain yang lebih sistemik.
Berikut adalah beberapa tanda yang perlu diwaspadai.
1. Kemerahan dan pembengkakan di sekitar tali pusat
Tanda pertama yang sering muncul adalah kemerahan di area sekitar tali pusat bayi. Jika kemerahan ini meluas atau disertai dengan pembengkakan, hal ini bisa menjadi tanda tali pusat infeksi.
Kondisi yang disebut granuloma umbilikalis ini perlu segera diperiksa untuk mencegah penyebaran infeksi ke jaringan lain.
2. Keluarnya cairan atau nanah
Jika tali pusat mengeluarkan cairan atau nanah, terutama jika disertai bau yang tidak sedap, ini adalah tanda pasti bahwa omphalitis sedang terjadi.
Seharusnya, tali pusat bayi mengering dengan sendirinya dalam 1—2 minggu, sehingga munculnya cairan bisa menunjukkan adanya infeksi bakteri.
2. Gejala lainnya
Selain gejala fisik di atas, bayi yang mengalami omphalitis bisa menunjukkan gejala tambahan yang perlu diperhatikan. Salah satunya, yaitu demam pada bayi sebagai respons tubuh terhadap infeksi bakteri.
Selain itu, bayi yang terkena infeksi biasanya akan tampak lebih rewel daripada biasanya. Bahkan, sebaliknya, beberapa bayi terlihat lemas dan tidak seaktif biasanya.
Apa penyebab omphalitis?
Omphalitis biasanya disebabkan oleh bakteri yang masuk ke luka bekas tali pusat yang belum sembuh sempurna.
Bakteri yang paling sering menjadi penyebab omphalitis adalah Staphylococcus aureus, jenis bakteri yang umum ditemukan di kulit manusia.
Namun, beberapa jenis bakteri lain seperti Escherichia coli dan Streptococcus juga bisa menyebabkan kondisi ini.
Adapun infeksi ini terjadi pada bayi baru lahir. Kondisi ini terutama terjadi ketika bayi tidak mendapatkan perawatan tali pusat bayi yang baik atau memiliki kondisi tertentu yang meningkatkan risiko terkena infeksi.
Apa faktor yang meningkatkan risiko omphalitis?
Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko bayi terkena omphalitis. Faktor-faktor ini bisa berasal dari kondisi saat lahir hingga kurangnya perawatan yang tepat pada tali pusat.
Berikut beberapa faktor risiko yang harus diperhatikan, dilansir dari Cleveland Clinic.
1. Pecah ketuban sebelum waktunya
Ketuban yang pecah terlalu dini sebelum persalinan dimulai membuat bayi lebih lama terpapar lingkungan luar rahim yang tidak steril.
Bakteri bisa lebih mudah masuk ke dalam rahim dan menyebabkan infeksi, termasuk di tali pusat.
Risiko infeksi meningkat karena cairan ketuban tidak lagi melindungi bayi. Oleh karena itu, ibu hamil dengan ketuban pecah dini perlu mendapatkan perawatan medis secepatnya.
2. Persalinan yang lama
Proses persalinan yang memakan waktu lebih lama dari biasanya meningkatkan risiko infeksi.
Selama persalinan yang panjang, bayi berada di lingkungan yang berpotensi terpapar bakteri lebih lama.
Kondisi ini bisa menyebabkan bakteri lebih mudah masuk melalui tali pusat yang masih terbuka.
3. Penggunaan kateter umbilikalis
Kateter umbilikalis adalah selang panjang yang dimasukkan ke dalam tali pusat bayi untuk tujuan medis, terutama pada bayi yang sakit.
Walaupun penting untuk perawatan medis, penggunaan kateter ini dapat membuka jalan bagi bakteri untuk masuk.
Area tali pusat yang sensitif dan terbuka berisiko tinggi terkena infeksi. Semakin lama kateter digunakan, semakin besar risiko infeksinya.
4. Infeksi pada ibu melahirkan
Jika ibu yang melahirkan mengalami infeksi, bayi yang lahir juga bisa terkena dampaknya.
Infeksi pada ibu, seperti infeksi saluran kemih atau infeksi ketuban, dapat menular ke bayi selama proses persalinan.
Hal ini membuat bayi lebih rentan terhadap infeksi seperti omphalitis.
5. Persalinan di rumah
Persalinan di rumah, meskipun menjadi pilihan bagi sebagian orang, dapat meningkatkan risiko infeksi jika peralatan medis dan kondisi lingkungan tidak steril.
Tali pusat bayi harus dipotong menggunakan peralatan steril untuk mencegah masuknya bakteri.
Jika prosedur kebersihan tidak dilakukan dengan baik, bakteri bisa berkembang biak di area tali pusat.
6. Kurangnya kebersihan tali pusat
Perawatan tali pusat yang kurang baik merupakan salah satu faktor utama penyebab infeksi tali pusat.
Tali pusat yang tidak dibersihkan dengan benar bisa menjadi tempat berkembang biaknya bakteri.
Tali pusat yang basah atau lembap memperbesar peluang infeksi. Penting bagi orangtua untuk selalu menjaga area ini tetap kering dan bersih.
7. Lotus birth
Lotus birth adalah praktik di mana tali pusat dibiarkan terhubung dengan plasenta hingga lepas secara alami.
Meskipun metode ini dianggap alami oleh sebagian orang, ada risiko infeksi yang lebih tinggi karena tali pusat tetap terbuka lebih lama.
Tali pusat yang tidak dipotong langsung setelah lahir bisa menjadi pintu masuk bagi bakteri. Selain itu, proses pengeringan yang lama membuat area tali pusat lebih rentan terhadap kontaminasi.
Apakah omfalitis berbahaya?
Meski tergolong sebagai infeksi yang bisa diatasi, jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat, omfalitis bisa menyebabkan komplikasi serius yang membahayakan si Kecil.
Di beberapa negara seperti Amerika Serikat, komplikasi omphalitis mungkin jarang terjadi. Namun, di negara berkembang, risiko komplikasi lebih tinggi.
Berikut adalah beberapa bahaya yang bisa muncul jika omphalitis tidak segera diobati.
1. Infeksi aliran darah (bakteremia)
Salah satu komplikasi omphalitis adalah bakteremia, yaitu kondisi di mana bakteri menyebar ke aliran darah.
Jika ini terjadi, tubuh bayi akan kesulitan melawan infeksi yang menyebar, sehingga kondisinya bisa memburuk dengan cepat.
2. Sepsis
Sepsis adalah peradangan berat yang memengaruhi seluruh tubuh. Kondisi ini muncul ketika infeksi menyebar dengan cepat dan sistem kekebalan tubuh tidak bisa mengendalikannya.
Sepsis pada bayi akibat omfalitis bisa menjadi keadaan darurat medis karena dapat menyebabkan kegagalan organ jika tidak segera ditangani.
2. Necrotizing fasciitis
Komplikasi lain yang lebih jarang tetapi sangat berbahaya adalah necrotizing fasciitis, yaitu infeksi bakteri yang menyebar dengan cepat dan merusak jaringan tubuh.
Ini adalah kondisi serius yang memerlukan tindakan medis darurat.
4. Peritonitis
Peritonitis adalah peradangan pada membran yang melapisi bagian dalam perut, yang bisa terjadi jika infeksi menyebar dari tali pusat ke rongga perut.
Kondisi ini sangat serius dan dapat menyebabkan komplikasi lebih lanjut jika tidak segera ditangani.
Bagaimana cara mengobati omphalitis?
Jika bayi Anda mengalami omphalitis, penanganan medis harus dilakukan dengan cepat. Infeksi pada tali pusat ini membutuhkan perawatan intensif agar tidak berkembang menjadi lebih serius.
Umumnya, bayi yang terkena infeksi tali pusat harus dirawat di rumah sakit selama beberapa hari untuk mendapatkan pengobatan melalui infus. Berikut penjelasan seputar pengobatannya.
1. Antibiotik
Pengobatan utama omphalitis adalah pemberian antibiotik spektrum luas (broad -spectrum antibiotic).
Antibiotik ini digunakan untuk melawan bakteri gram-positif dan gram-negatif yang menyebabkan infeksi.
Biasanya, dokter akan memberikan kombinasi antibiotik seperti antistaphylococcal penicillin dan aminoglikosida untuk mengatasi infeksi bakteri.
Jika infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus yang kebal methicillin (MRSA), vancomycin mungkin akan diberikan sampai hasil kultur bakteri keluar.
Untuk kasus di mana terdapat cairan atau nanah dengan bau tidak sedap, dokter mungkin juga akan menambahkan clindamycin atau metronidazole. Ini bertujuan untuk melawan bakteri anaerob.
2. Lama pengobatan
Durasi pengobatan penyakit bayi baru lahir ini tergantung pada seberapa cepat bayi merespons terapi antibiotik.
Untuk kasus omfalitis yang tidak disertai komplikasi, pengobatan antibiotik parenteral (infus) biasanya dilakukan selama 10 hari.
Setelah itu, dokter bisa meresepkan antibiotik oral sesuai hasil kultur bakteri untuk melanjutkan pengobatan di rumah.
3. Operasi untuk komplikasi
Meski jarang, beberapa bayi yang mengalami omphalitis dengan komplikasi mungkin membutuhkan prosedur bedah.
Operasi kecil dilakukan untuk membersihkan jaringan yang terinfeksi atau rusak di sekitar tali pusat. Namun, hal ini biasanya dilakukan hanya jika antibiotik tidak cukup untuk mengatasi infeksi.
Jika infeksi pada si Kecil ditangani dengan cepat, bayi Anda bisa sembuh tanpa masalah serius. Jadi, jika merasa ada tanda-tanda omfalitis pada bayi, segera konsultasikan kepada dokter anak untuk mendapatkan penangan yang lebih tepat.
Kesimpulan
[embed-health-tool-vaccination-tool]