backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

8

Tanya Dokter
Simpan

Congek Lebih Rentan pada Anak, Apa Penyebab dan Pengobatannya?

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 14/06/2022

    Congek Lebih Rentan pada Anak, Apa Penyebab dan Pengobatannya?

    Salah satu gejala sakit telinga yang sering anak keluhkan adalah keluarnya cairan dari telinga atau disebut juga congek. Mengapa anak rentan sakit telinga? Lalu, apa penyebab terjadinya congek pada anak? Ini penjelasan medisnya.

    Apa itu congek pada anak?

    Congek adalah cairan bercampur nanah yang keluar dari telinga akibat mengalami infeksi telinga atau disebut dengan otitis media.

    Otitis media yaitu infeksi atau peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah dan rongga tulang mastoid.

    Congek dapat timbul jika seseorang sering mengalami peradangan pada telinga bagian tengah, tepatnya di belakang gendang telinga. Peradangan dapat terjadi secara akut, kronis, atau disertai cairan.

    Umumya, peradangan tersebut berasal dari infeksi saluran pernapasan (ISPA), infeksi hidung dan tenggorokan yang berulang, atau adanya riwayat alergi (rinitis alergi).

    Congek akibat infeksi telinga bisa terjadi pada siapa saja, baik orang dewasa maupun anak-anak.

    Namun, melansir dari National Institute of Health, infeksi telinga menjadi salah satu jenis penyakit infeksi pada anak yang umum dan sering kali menjadi penyebab anak berobat ke dokter.

    Apa penyebab congek pada anak?

    penyebab congek pada anak

    Seperti penjelasan di atas, congek pada anak terjadi karena adanya infeksi telinga. Di sisi lain, bayi dan anak-anak memiliki organ tubuh yang belum sepenuhnya matang, termasuk telinga.

    Maka dari itu, ada beberapa faktor yang menjadi penyebab bayi dan anak-anak lebih rentan terkena infeksi telinga dan mengalami congek. Berikut adalah beberapa faktor tersebut. 

    1. Ukuran tuba eustachius lebih pendek

    Tuba eustachius adalah saluran kecil yang menghubungkan antara bagian atas tenggorokan dengan telinga bagian tengah. 

    Pada anak, tuba eustachius belum berkembang sempurna. Ini berarti diameter tuba pada anak lebih pendek, sehingga menyebabkan sumbatan pada tuba lebih mudah terjadi. 

    Ukuran tuba eustachius pada anak dan bayi lebih pendek daripada orang dewasa. Panjang tuba orang dewasa, yaitu 37,5 mm, sedangkan anak di bawah umur 9 bulan hanya sekitar 17,5 mm. 

    Hal ini meningkatkan peluang terjadinya hubungan dari hidung bagian belakang (nasofaring) yang akan mengganggu keluarnya cairan (drainase) melalui tuba eustachius.

    Terganggunya drainase saluran ini bisa membuat penumpukan cairan kotoran telinga sehingga rentan memicu infeksi telinga pada anak.

    2. Bentuk tuba eustachius yang berbeda

    Bentuk tuba eustachius pada bayi dan anak terbilang unik. Bentuknya lebih lebar dan posisinya lebih mendatar daripada yang dimiliki orang dewasa. 

    Kondisi ini membuat peradangan pada tuba eustachius menjadi lebih mudah terjadi pada anak-anak. 

    Peradangan tersebut akan memicu gangguan pada tuba eustachius dalam melindungi telinga tengah. Hal ini bisa membuat anak lebih rentan terkena sakit telinga. 

    3. Ukuran adenoid yang berbeda

    Adenoid adalah salah satu organ di tenggorokan bagian atas, tepatnya di belakang hidung. Organ ini berperan dalam fungsi kekebalan tubuh karena sebagian besar terdiri dari sel sistem imun. 

    Pada anak-anak, adenoid relatif berukuran lebih besar daripada orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara tuba eustachius.

    Akibatnya, adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya tuba eustachius dan menyebabkan penumpukan cairan yang bisa menjadi penyebab congek pada anak.

    4. Sistem pertahanan tubuh anak masih rendah

    Imunitas yang belum berkembang pada tubuh bayi dan anak menyebabkan mereka lebih rentan mengalami sakit telinga.

    Salah satu yang sering dialami oleh anak-anak adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).

    Infeksi yang berulang pada anak menyebabkan infeksi menyebar ke telinga bagian tengah dan berpotensi menimbulkan congek. 

    Selain itu, adenoid juga dapat terinfeksi akibat ISPA yang kemudian menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius

    Rendahnya antibodi pada anak bisa meningkatkan risiko terjadinya infeksi telinga pada anak.

    Ini berbeda dengan orang dewasa yang memiliki sistem imun lebih kuat, sehingga serangan mikroorganisme dapat diantisipasi dengan lebih baik.

    Cara mengobati congek pada anak

    penyebab congek pada anak

    Pengobatan atau obat yang digunakan untuk mengatasi congek pada anak akan disesuaikan dengan kondisi kesehatan masing-masing anak.

    Oleh karena itu, lakukan pemeriksaan ke dokter jika anak mengalami gejala infeksi telinga.

    Beberapa cara pengobatan tersebut dapat meliputi:

    Jika cairan tetap timbul di dalam telinga selama lebih dari tiga bulan dan infeksi terus kambuh meski telah menggunakan antibiotik, maka dokter akan menyarankan operasi kecil.

    Operasi ini disebut juga dengan miringotomi. Ini dilakukan dengan membuat sayatan kecil pada gendang telinga untuk mengeluarkan cairan atau congek di dalamnya.

    Operasi ini juga bertujuan untuk meredakan tekanan pada telinga bagian tengah anak Anda.

    Nantinya, congek akan dikeluarkan dengan menggunakan selang kecil yang dimasukan melalui sayatan yang telah dibuat sehingga cairan bisa mengalir keluar.

    Umumnya, pendengaran anak yang terganggu akan membaik setelah congek berhasil dikeluarkan.

    Selang tersebut biasanya akan keluar dengan sendirinya dari dalam telinga setelah 6-12 bulan.

    Bila diperlukan, dokter mungkin juga akan menyarankan untuk mengangkat organ adenoid jika telah terinfeksi. Cara ini juga telah terbukti bisa mengatasi otitis media pada anak.

    Kesimpulan

    Penyebab terjadinya congek pada anak bisa berupa infeksi saluran pernapasan (ISPA), infeksi hidung dan tenggorokan yang berulang, atau adanya riwayat alergi (rinitis alergi). Oleh karena itu, sebaiknya segera ajak anak untuk berobat ke dokter jika mengalami kondisi-kondisi tersebut.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 14/06/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan