Bukan hanya orang dewasa, mata juling juga bisa terjadi pada bayi. Jika anak Anda mengalami hal ini, tentu ada rasa khawatir dan bertanya-tanya apakah ini berbahaya untuk kondisinya atau tidak. Agar tahu lebih lanjut, berikut ulasan lengkap mengenai mata juling pada bayi.
Apa itu mata juling pada bayi?
Mata juling pada bayi atau dalam istilah medis disebut dengan strabismus adalah kondisi di mana kedua bola mata melihat ke arah yang berbeda pada satu waktu.
Kondisi ini biasanya sudah terlihat sejak kecil dan bisa berlanjut hingga dewasa jika tidak ditangani dengan benar.
Anda mungkin mendapati salah satu mata si Kecil berputar ke bagian dalam rongga mata, ke atas, atau ke bawah tanpa ia sadari.
Melansir American Optometric Association (AOA), strabismus terdiri dari beberapa jenis menurut arah tatapan mata.
- Esotropia (juling ke dalam): salah satu mata menatap lurus, mata yang lain menatap ke arah hidung.
- Exotropia (juling ke luar): salah satu mata menatap lurus, sedangkan mata lainnya menatap ke arah sisi luar mata.
- Hypertropia (juling ke atas): salah satu mata menatap lurus, sedangkan mata lainnya menatap ke atas.
- Hypotropia (juling ke bawah): salah satu mata menatap lurus, sedangkan mata yang lain menatap ke arah bawah.
Selain itu, strabismus juga dapat dibedakan berdasarkan faktor-faktor berikut:
- terjadi setiap saat atau hanya pada saat tertentu,
- juling pada kedua mata atau salah satunya saja, dan
- juling pada satu mata yang sama atau bergantian.
Tahukah Anda?
Mengutip Mayo Clinic, mata juling pada bayi dan anak termasuk kondisi yang umum terjadi. Sekitar 1 dari 20 anak mengalami kondisi ini. Pada beberapa kasus pun, kondisi mata juling ini tidak langsung terlihat sejak bayi, melainkan saat berusia 3 atau 4 tahun.
Gejala mata juling pada bayi
Bayi yang mengalami strabismus mungkin akan menunjukkan beberapa gejala berikut ini.
- Mata yang terlihat tidak sejajar.
- Mata yang tidak bergerak bersamaan.
- Sering berkedip atau menyipitkan mata, terutama di bawah sinar matahari terik.
- Memiringkan kepala untuk melihat sesuatu.
- Mengalami penglihatan ganda.
Kemungkinan ada tanda-tanda yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran tertentu akan sebuah gejala, konsultasikan dengan dokter.
Penyebab mata juling pada bayi
Ada beberapa hal yang bisa menjadi penyebab kenapa mata bayi juling, antara lain sebagai berikut.
1. Lemahnya otot mata
Melansir American Optometric Association, strabismus biasanya terjadi jika otot bola mata lemah.
Ada enam otot yang mengontrol pergerakan bola mata. Otot-otot inilah yang memungkinkan Anda untuk melihat ke berbagai arah.
Jika salah satu atau lebih otot tersebut lemah, pergerakan mata menjadi terganggu dan menjadi juling.
2. Gangguan pada otak
Selain lemahnya otot, mata juling pada bayi juga dapat terjadi karena adanya gangguan pada otak bayi, misalnya akibat penyakit cerebral palsy atau lumpuh otak.
Ketika anak mengalami gangguan pada otak, ia mungkin kesulitan mengontrol pergerakan kedua bola matanya dengan baik.
3. Gangguan pada saraf mata
Mata juling pada bayi juga mungkin terjadi jika terdapat gangguan saraf pada salah satu bola mata.
Ini membuat mata tersebut sulit melihat dengan jelas. Anak akan lebih suka menggunakan mata yang dapat melihat dengan lebih baik.
Jika ini berlangsung terus menerus, mata yang jarang dipakai akan mengalami mata malas atau amblyopia sehingga akhirnya menjadi juling.
4. Benturan dan guncangan yang terlalu keras
Menurut The Royal Children’s Hospital Melbourne, mata bayi juling dapat terjadi jika kepalanya terbentur dengan keras.
Benturan tersebut berisiko menyebabkan kerusakan pada saraf yang mengontrol pergerakan mata.
Selain itu, shaken baby syndrome, yaitu sindrom akibat mengguncang bayi terlalu keras, juga berpotensi menyebabkan hal ini.
5. Katarak
Katarak tidak hanya terjadi pada lansia, tetapi bisa pula terjadi sejak masih kanak-kanak. Kondisi katarak yang terdapat pada salah satu mata juga dapat menyebabkan mata juling pada bayi.
Mengutip American Academy of Ophthalmology, katarak yang tidak tertangani bahkan dapat menyebabkan kebutaan permanen pada anak.
6. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur kurang dari 31 minggu dan memiliki berat badan di bawah 1,25 kg lebih berisiko mengalami cacat pada mata atau retinopathy of prematurity (ROP).
Selain menyebabkan mata juling, ROP juga dapat menyebabkan rabun jauh, mata malas (amblyopia), ablasi retina, dan glaukoma.
7. Tumor
Benjolan atau tumor yang terdapat di area sekitar mata bisa menekan bola mata sehingga memengaruhi posisinya.
Hal ini menyebabkan mata si Kecil menjadi juling, terutama jika ukuran tumor tersebut besar.
8. Kanker mata
Kanker mata atau retinoblastoma merupakan penyebab mata bayi juling yang perlu Anda waspadai. Selain juling, bayi juga akan menunjukkan gejala leukokoria (pupil berwarna putih).
Pemeriksaan dokter sangat diperlukan untuk memastikan kondisi ini.
Faktor-faktor yang berisiko menyebabkan mata juling pada bayi
Menurut studi yang diterbitkan di jurnal JAMA Ophthalmology, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya mata juling pada bayi, di antaranya sebagai berikut.
- Riwayat keluarga. Bayi yang terlahir dengan anggota keluarga yang mengalami mata juling juga berisiko mengalami hal yang sama.
- Ibu merokok saat hamil. Hal ini terjadi karena merokok selama kehamilan dapat menyebabkan pertumbuhan janin terganggu.
- Gangguan refraksi mata. Ini disebabkan karena anak kesulitan untuk melihat benda dengan jelas pada jarak dekat.
- Penyakit pada saraf. Bayi yang menderita kelainan genetik seperti Down Syndrome maupun karena cedera, berisiko lebih tinggi mengalami strabismus.
Bagaimana cara mendiagnosis penyakit ini?
Sebenarnya mata bayi yang menyilang sesekali selama beberapa bulan pertama sejak ia lahir adalah hal yang normal. Namun, saat bayi berusia 4—6 bulan, seharusnya matanya sudah mulai lurus.
Bila setelah usia tersebut, terlihat mata bayi tidak sejajar atau menyilang, segera periksakan ke dokter. Nantinya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan seperti berikut ini.
- Pemeriksaan fisik. Melibatkan fokus penglihatan objek dan gerakan mata anak.
- Tes pencahayaan. Untuk mengamati refleks cahaya pada mata bayi, apakah mata bergerak bersamaan atau tidak.
- Tes refraksi. Untuk menilai kekuatan lensa mata.
- Pengukuran sudut juling. Bila terdiagnosis mata juling, dokter akan mengukurnya menggunakan alat khusus, yaitu prisme.
Bayi ternyata bisa mengalami mata juling palsu
Tidak semua bayi yang terlihat juling itu berarti strabismus. Sebab, bisa saja ia hanya mengalami mata juling palsu atau pseudoesotropia. Melansir Clinical Ophthalmology Resource for Education, beberapa bayi yang baru lahir memiliki lipatan kulit pada sudut matanya sehingga ia terlihat juling, padahal sebenarnya tidak. Hal ini biasanya terjadi pada bayi baru lahir hingga berusia 6 bulan. Cara mengatasi mata juling pada bayi
Kebanyakan orangtua tidak menyadari anaknya mengalami strabismus. Akibatnya, mereka tidak mengupayakan cara untuk mengatasi mata juling pada bayi.
Ini karena kondisi ini biasanya baru terlihat saat anak berusia 3—4 tahun. Padahal, semakin cepat mendapatkan penananganan, kemungkinan sembuh akan semakin besar.
Jika kondisi ini sudah terlihat sejak masih berusia 3—6 bulan, dokter akan menyarankan operasi untuk mengobatinya.
Potensi keberhasilannya lebih tinggi jika dilakukan operasi pada usia tersebut sehingga anak dapat melihat ke segala arah.
Selain operasi, tindakan-tindakan berikut juga dapat dilakukan sebagai cara mengatasinya.
1. Kacamata
Penggunaan kacamata akan membantu anak untuk melihat dengan kedua bola mata sehingga terhindar dari mata malas yang menjadi salah satu penyebab juling.
Beberapa anak dapat menunjukkan kemajuan dengan menggunakan cara ini.
2. Penutup mata
Jika bayi belum nyaman menggunakan kacamata, dokter mungkin akan memberikan penutup pada mata yang normal. Ini dapat menjadi cara meluruskan mata juling pada bayi.
Cara ini dapat membantu melatih otot mata yang juling agar bisa melihat dan bergerak dengan benar.
3. Lensa kontak khusus
Cara lain yang mungkin dokter lakukan adalah dengan memasang lensa kontak khusus pada mata yang juling.
Lensa ini didesain lebih tebal dan dapat mencegah pergerakan mata yang tidak normal.
4. Obat tetes mata
Terkadang, si Kecil merasa tidak nyaman terhadap sesuatu yang menempel pada tubuhnya seperti kacamata, penutup mata, dan lensa kontak.
Jadi untuk mengobati mata juling pada bayi ini, dokter dapat memberikan obat tetes mata bernama atropine drops.
Tetes mata akan diberikan pada mata yang normal untuk memberikan efek kabur sementara. Ini bertujuan untuk memancing mata yang juling untuk bekerja.
Perlu diingat, kemungkinan untuk sembuh lebih tinggi jika Anda segera mengobati mata juling sejak bayi. Upaya pengobatan sebaiknya tidak Anda tunda hingga ia semakin besar.
Melansir Mayo Clinic, strabismus yang tidak diobati hingga usia 8 atau 9 tahun sangat berisiko menyebabkan kebutaan secara permanen.
Untuk mengantisipasi mata juling sejak dini, sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan menyeluruh pada si Kecil saat berusia 4 bulan.
[embed-health-tool-vaccination-tool]