Pada dasarnya, gejala ROP pada bayi prematur terbagi menjadi lima tahapan, berikut penjelasannya.
- Stadium I: pertumbuhan pembuluh darah agak abnormal, bisa sembuh dengan sendirinya.
- Stadium II: pertumbuhan pembuluh darah cukup abnormal, masih bisa sembuh sendiri.
- Stadium III: pertumbuhan pembuluh darah sangat abnormal ke arah pusat mata.
- Stadium IV: retina terlepas sebagian, pembuluh darah abnormal menarik retina jauh dari dinding mata.
- Stadium V: retina benar-benar terlepas.
Sebagian besar bayi dengan retinopati prematuritas berada di stadium I dan II. Namun, pada kasus yang jarang, ROP bisa memburuk sampai ke stadium V.
Bayi dengan ROP bisa memiliki gejala yang parah meliputi:
Diagnosis dan pengobatan dini dapat mencegah memburuknya retinopati prematuritas dan mencegah keadaan darurat medis lainnya.
Jika bayi mengalami salah satu tanda atau gejala, segera konsultasikan ke dokter.
Penyebab retinopati prematuritas
Mengutip dari Kids Health, saat usia kehamilan 16 minggu, pembuluh darah tumbuh dari pusat retina bayi yang sedang berkembang.
Selanjutnya, pembuluh darah bercabang ke luar dan mencapai tepi retina saat bayi cukup bulan saat usia 34 minggu (hamil8 bulan).
Pada bayi yang lahir lebih awal, kurang dari 31 minggu, pertumbuhan pembuluh darah retina normal bisa terganggu.
Kemudian berkembang pembuluh darah abnormal, inilah yang menyebabkan kebocoran dan perdarahan mata.
ROP tidak memiliki tanda atau gejala saat bayi baru lahir. Satu-satunya cara untuk mendeteksi retinopati prematuritas adalah dengan melakukan pemeriksaan mata oleh dokter spesialis.
Faktor yang meningkatkan risiko bayi mengalami retinopati prematuritas

Ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko ROP pada bayi prematur, selain berat badan si kecil, yaitu:
- anemia,
- transfusi darah,
- gangguan pernapasan,
- kesulitan bernapas, dan
- kesehatan bayi secara keseluruhan.
Epidemi ROP terjadi pada tahun 1940-an dan awal 1950-an.
Pada saat itu, rumah sakit mulai menggunakan banyak oksigen dalam inkubator untuk menyelamatkan nyawa.
Selama waktu tersebut, ROP adalah penyebab utama kebutaan pada anak-anak Amerika Serikat.
Pada tahun 1954, para ilmuwan menentukan bahwa tingginya kadar oksigen yang dokter berikan pada bayi prematur adalah faktor yang meningkatkan risiko ROP.
Pengurangan kadar oksigen yang bayi prematur terima, mengurangi kejadian retinopati prematuritas.
Dengan teknis dan metode yang lebih baru untuk memonitor kadar oksigen bayi, penggunaan oksigen sebagai faktor risiko ROP sudah mulai berkurang.
Cara mendiagnosis retinopati prematuritas
Dokter mata akan melakukan skrining dan mendiagnosis ROP pada bayi prematur. Akan tetapi, sebelum itu, kondisi bayi prematur yang masuk dalam protokol skrining yaitu:
Bayi dengan dua penilaian tersebut mendapatkan pemeriksaan rutin untuk ROP.
Dokter mata akan menggunakan tetes mata untuk melebarkan pupil, yang membuatnya dapat melihat bagian dalam mata dengan lebih jelas.
Dokter akan menilai kondisi bayi dan memeriksa lebih lanjut setiap satu hingga dua minggu. Hal ini tergantung pada jumlah perkembangan pembuluh darah abnormal.
Faktor ini termasuk tingkat keparahan dan lokasi ROP pada mata, dan tingkat kemajuan pembentukan pembuluh darah (vaskularisasi).
Dalam sebagian besar kasus, ketika pembuluh darah berkembang, ROP akan sembuh secara spontan dengan dampak minimal pada penglihatan.
Pengobatan retinopati prematuritas

Ada pengobatan ROP pada bayi prematur yang sangat sering dokter lakukan, tergantung pada kondisi mata bayi. Berikut penjelasannya.
1. Operasi laser
Tindakan yang satu ini sangat umum untuk mengobati retinopati prematuritas. Nantinya, sinar laser kecil akan menyorot retina perifer dan berlangsung 30-45 menit setiap mata.
Terapi laser ini bekerja dengan cara “membakar” pinggiran retina yang tidak memiliki pembuluh darah normal.
Prosedur ini bisa menyelamatkan penglihatan bagian depan mata, tetapi mengorbankan penglihatan samping (perifer).
Terapi laser memerlukan anestesi umum yang mungkin berisiko untuk bayi prematur.
2. Krioterapi
Krioterapi menggunakan alat untuk membekukan bagian mata yang melampaui tepi retina.
Prosedur yang satu ini jarang dokter gunakan karena biasanya hasil terapi laser sudah cukup baik.
Seperti terapi laser, perawatan ini berisiko merusak penglihatan tepi dan harus melalui prosedur anestesi atau pembiusan.
Dokter hanya melakukan pengobatan laser pada bayi dengan ROP tingkat lanjut, terutama stadium III.
3. Injeksi ke mata
Pengobatan retinopati prematuritas berikutnya adalah penyuntikan obat ke area mata. Prosedur ini bisa menjadi alternatif atau juga bersamaan dengan operasi laser.
Langkah ini termasuk lebih baru daripada laser dan memungkinkan pembuluh darah tumbuh normal.
4. Scleral buckling
Prosedur yang satu ini biasanya dokter pilih untuk bayi yang mengalami ROP stadium IV dan V.
Scleral buckling adalah prosedur penempatan karet silikon pada sekitar mata dan mengencangkannya.
Ini mencegah gel vitreous menarik pada jaringan parut dan membuat retina dapat meratakan diri kembali pada dinding mata.
Bayi yang pernah memiliki scleral buckling harus menjalani pengangkatan karet beberapa bulan atau tahun berikutnya karena mata terus tumbuh.
Sebab jika tidak, bayi yang pernah menjalani scleral buckling berisiko mengalami rabun jauh.
5. Vitrektomi
Vitrektomi melibatkan pengangkatan vitreous dan menggantinya dengan larutan garam.
Setelah mengangkat vitreous, dokter akan mengelupaskan atau memotong jaringan parut pada retina sehingga retina dapat rileks dan terbaring kembali pada dinding mata.
Dokter hanya menyarankan vitrektomi pada ROP stadium V.
Langkah terbaik untuk mencegah ROP adalah dengan menghindari kelahiran prematur.
Perawatan prenatal dan konseling dapat membantu mencegah kelahiran prematur.
Selain itu, konsultasi rutin juga bisa memberi gambaran pada ibu mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kesehatan bayinya dalam kandungan.
Pemeriksaan mata secara teratur harus ibu konsultasikan dengan dokter, terlepas dari tahapan ROP yang dialami.
Jika ibu memiliki pertanyaan, konsultasikan pada dokter untuk mendapatkan penanganan sesuai dengan kondisi si kecil.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar