Belakangan, kasus anak kecil yang menjalani cuci darah atau dialisis di rumah sakit ramai diperbincangkan. Ditemukan bahwa ada banyak anak kecil yang menjalani prosedur ini, sehingga menjadi perhatian banyak pihak, terutama orangtua. Sebenarnya apa yang menyebabkan anak menjalani cuci darah? Ketahui jawabannya melalui ulasan berikut.
Berbagai penyebab anak kecil cuci darah
Tugas utama ginjal adalah membersihkan darah dari zat atau limbah yang tidak dibutuhkan tubuh dan dikeluarkan melalui urine.
Ketika ginjal berhenti membuang limbah dari darah (disebut gagal ginjal), limbah tersebut akan menumpuk dalam tubuh, sehingga diperlukan prosedur medis untuk menyaring darah.
Dalam istilah medis, prosedur ini dinamakan dialisis atau cuci darah. Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anak cuci darah, di antaranya sebagai berikut.
1. Penyakit ginjal bawaan
Beberapa anak dapat dilahirkan dengan kelainan ginjal bawaan, seperti penyakit ginjal polikistik (PKD) atau agenesis renal unilateral (URA).
Kelainan ginjal tersebut dapat mengganggu fungsi ginjal sejak lahir sehingga ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik.
2. Infeksi ginjal
Melansir Nationwide Children’s, penyebab paling umum pielonefritis atau infeksi ginjal pada anak adalah infeksi saluran kemih (ISK).
Bakteri penyebab ISK dapat menyebar dari kandung kemih ke ginjal. Kondisi ini membuat ginjal memproduksi lebih banyak urine yang bisa menyebabkan dehidrasi.
Peradangan dan dehidrasi akibat infeksi ini dapat menghasilkan jaringan parut yang menyebabkan penurunan fungsi ginjal, sehingga bisa menjadi penyebab anak kecil cuci darah.
3. Diabetes
Diabetes dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah kecil di ginjal (nefropati diabetik).
Ketik pembuluh darah ini rusak, ginjal tidak dapat menyaring darah dengan efektif, yang mengarah pada gagal ginjal. Akibatnya, produk limbah dan cairan dapat menumpuk dalam tubuh.
Itulah mengapa anak yang mengalami diabetes dengan komplikasi ini perlu melakukan cuci darah untuk membuang produk limbah tersebut dari darah.
4. Penyakit autoimun
Penyakit autoimun, seperti lupus, juga bisa menyebabkan anak menjalani cuci darah. Pasalnya, penyakit lupus dapat menyerang berbagai anggota tubuh, termasuk organ vital seperti ginjal.
Menurut studi dari American Journal of Kidney Diseases, anak-anak dengan lupus nefritis (LN) berisiko tinggi mengalami gagal ginjal yang memerlukan terapi pengganti ginjal, seperti dialisis.
5. Sindrom hemolitik uremik
Sindrom hemolitik uremik adalah kondisi langka yang dapat menyebabkan gagal ginjal akibat kerusakan pada struktur dan pembuluh darah kecil di ginjal.
Penyebab anak cuci darah ini dapat berkembang akibat mengonsumsi obat-obatan tertentu atau setelah anak terinfeksi bakteri E.coli.
6. Hipertensi
Tekanan darah tinggi atau hipertensi diketahui merupakan penyebab utama terjadinya penyakit ginjal pada anak.
Hal ini karena tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di ginjal yang bertanggung jawab untuk menyaring limbah dari darah.
Kerusakan ini mengurangi kemampuan ginjal untuk menyaring darah secara efisien, sehingga beberapa penderitanya memerlukan prosedur dialisis.
7. Obesitas
Obesitas pada anak dapat menyebabkan berbagai komplikasi, salah satunya adalah masalah pada ginjal.
Beberapa kondisi yang dapat terjadi akibat obesitas, seperti diabetes tipe 2 dan tekanan darah tinggi, bisa berkontribusi pada kerusakan ginjal.
Ketika fungsi ginjal menurun secara signifikan, anak mungkin memerlukan cuci darah sebagai salah satu cara untuk menyaring dan membuang zat-zat beracun dari tubuh.
Tahukah Anda?
Berdasarkan data UNICEF, obesitas atau kelebihan berat badan di Indonesia mengalami peningkatan. Diketahui 1 dari 5 anak usia sekolah dan 1 dari 7 remaja mengalami kondisi ini. 8. Nefritis interstisial
Nefritis interstisial adalah peradangan pada jaringan interstisial ginjal, yaitu jaringan yang mengelilingi nefron (unit penyaring dalam ginjal).
Kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal dan mengganggu fungsinya. Kerusakan dan penurunan fungsi ginjal ini dapat menyebabkan anak mengalami gagal ginjal.
Ia akhirnya perlu menjalani cuci darah untuk membantu menghilangkan limbah dan cairan berlebih di tubuh.
9. Sindrom Alport
Sindrom Alport adalah kondisi yang dapat memengaruhi ginjal yang mengakibatkan darah dan protein berlebih dalam urine.
Kondisi ini sering kali menyebabkan penurunan fungsi ginjal seiring berjalannya waktu.
Penurunan fungsi ginjal ini pun dapat cukup parah hingga akhirnya membuat anak memerlukan cuci darah atau transplantasi ginjal.
10. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis adalah kondisi peradangan pada glomerulus, yaitu bagian kecil dari ginjal yang berfungsi untuk menyaring darah.
Glomerulus yang meradang tidak dapat menyaring darah dengan efektif. Ini menyebabkan penumpukan zat beracun dalam tubuh yang seharusnya dikeluarkan melalui urine.
Akhirnya, anak kecil yang mengalaminya harus menjalani cuci darah guna menggantikan fungsi ginjal yang rusak.
Adakah cara untuk mencegah anak menjalani cuci darah?
Pencegahan agar anak tidak perlu menjalani cuci darah melibatkan berbagai cara yang berfokus pada menjaga kesehatan ginjal sejak dini dan mencegah kondisi yang dapat merusak ginjal.
Berikut beberapa cara untuk mencegah anak kecil menjalani cuci darah.
- Pemeriksaan kesehatan rutin. Ini dapat membantu mendeteksi masalah ginjal lebih awal. Dokter dapat melakukan tes darah dan urine untuk memantau fungsi ginjal.
- Hidrasi yang cukup. Memastikan anak mendapatkan cukup cairan setiap hari sangat penting untuk kesehatan ginjal. Dehidrasi pada anak dapat membebani ginjal dan menyebabkan kerusakan.
- Hindari obat berbahaya. Hindari memberikan obat-obatan yang dapat merusak ginjal tanpa resep dokter. Beberapa obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) dan antibiotik tertentu dapat membahayakan ginjal jika digunakan secara tidak tepat.
- Pengelolaan diabetes. Jika anak menderita diabetes, penting untuk mengelola kondisi ini dengan baik untuk mencegah komplikasi pada ginjal. Pemantauan gula darah yang ketat dan pola makan yang sehat adalah kunci utamanya.
- Jaga berat badan ideal. Untuk menjaga kesehatan ginjal, penting untuk menjaga berat badan si Kecil tetap ideal.
- Vaksinasi yang tepat. Vaksinasi dapat mencegah infeksi yang bisa memengaruhi ginjal, seperti vaksin pneumokokus dan hepatitis B.
- Olahraga secara rutin. Sebaiknya lakukan olahraga sebanyak 4–5 kali per minggu dengan durasi minimal 30 menit per hari.
- Pantauan medis berkala. Anak-anak dengan kondisi medis yang dapat memengaruhi ginjal, seperti sindrom nefrotik atau penyakit autoimun, harus dipantau secara berkala oleh ahli nefrologi anak.
- Diet seimbang dan sehat. Memberikan makanan sehat dan seimbang yang kaya akan buah-buahan, sayuran, dan protein berkualitas baik dapat mendukung fungsi ginjal. Hindari memberikan makanan yang tinggi garam dan gula kepada anak.
Dengan langkah-langkah pencegahan yang tepat, orangtua dapat membantu menjaga kesehatan ginjal anak dan mengurangi risiko mereka menjalani cuci darah di masa depan.
Kesimpulan
- Anak kecil dapat menjalani cuci darah karena berbagai kondisi yang memengaruhi fungsi ginjal mereka.
- Beberapa penyebabnya termasuk kelainan ginjal bawaan, infeksi ginjal, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, sindrom hemolitik uremik, hipertensi, obesitas, nefritis interstisial, sindrom Alport, dan glomerulonefritis.
- Untuk mencegah anak menjalani cuci darah, penting untuk menjaga kesehatan ginjal dengan pemeriksaan rutin, hidrasi yang cukup, menghindari konsumsi obat-obatan sembarangan tanpa resep dokter, mengelola diabetes, vaksinasi yang tepat, pantauan medis berkala untuk kondisi medis tertentu, dan diet sehat yang seimbang.
[embed-health-tool-vaccination-tool]