Sunat atau khitan perempuan selalu dipandang sebagai ritual kuno yang umum dipraktikkan di sejumlah negara di Afrika, Timur Tengah, dan Asia, menurut data World Health Organization (WHO). Survei global dari UNICEF mencatat bahwa kini fenomena ini juga meluas di Indonesia dengan alasan yang beragam.
Padahal, sunat perempuan menurut kacamata kesehatan tidak lagi disarankan karena menyimpan berbagai risiko. Bahkan, prosedur ini juga disebut sebagai mutilasi genital perempuan atau female genital mutilation (FGM) karena risiko tersebut.
Lantas sebenarnya, apa itu khitan perempuan atau FGM? Lalu, apa saja bahaya atau dampaknya? Berikut faktanya.
Apa itu sunat perempuan?
Sunat atau khitan perempuan, disebut juga dengan female genital mutilation (FGM), adalah segala bentuk prosedur yang melibatkan pengangkatan, pemotongan, atau pembuangan sebagian atau seluruh alat kelamin eksternal perempuan.
Prosedur ini dianggap berbahaya karena berisiko menimbulkan cedera pada organ genital perempuan untuk alasan nonmedis.
Berdasarkan jenis prosedurnya, sunat perempuan dibagi menjadi empat tipe berikut.
- Tipe 1. Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar klitoris dan/atau selaput klitoris.
- Tipe 2. Pengangkatan sebagian atau seluruh kelenjar klitoris dan lipatan dalam vulva (labia minora) dengan atau tanpa pengangkatan lipatan luar vulva (labia majora).
- Tipe 3. Disebut juga dengan infibulasi, tipe ini dilakukan untuk mempersempit lubang vagina dengan lapisan penutup buatan dari memotong atau mengubah posisi labia minora atau labia majora, atau menjahit lubang vagina.
- Tipe 4. Meliputi seluruh prosedur pada vagina untuk tujuan nonmedis, seperti menusuk, piercing, memotong, menggores, atau membakar area kemaluan.
Alasan sunat perempuan kerap dilakukan
Seperti proses sunat anak laki-laki, alasan mengapa sunat perempuan dilakukan bisa bervariasi di setiap daerah dari waktu ke waktu.
Ini juga termasuk kombinasi faktor sosial budaya dalam nilai keluarga dan masyarakat.
Berdasarkan United Nation Population Fund (UNFPA), beberapa alasan tersebut adalah sebagai berikut.
- Tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan apa yang orang-orang sekitar telah lakukan secara turun temurun.
- Praktik ini dipandang sebagai bagian dari perayaan pubertas seorang anak perempuan dan penting sebagai warisan budaya masyarakat.
- Meskipun praktik sunat wanita tidak menjadi kewajiban dari ritual keagamaan apa pun, masih ada ajaran agama yang membenarkan dan membolehkan praktik ini untuk dilakukan.
- Sunat perempuan kadang menjadi salah satu prasayarat untuk menikah, memiliki hak reproduksi, dan memiliki anak.
- Praktik ini dinilai dapat meningkatkan kesuburan wanita dan mendorong tingkat keselamatan bayi.
- Sunat perempuan dipandang sebagai penjamin keperawanan perempuan sebelum pernikahan, kesetiaan pada pasangan selama pernikahan, dan bisa meningkatkan gairah seksual pria.
Sunat perempuan umum dipraktikkan pada anak perempuan di bawah usia 11 tahun.
Terlepas dari bahayanya, masih ada masyarakat yang memandang bahwa manfaat sosialnya lebih besar daripada risiko kesehatan pada kemudian hari.
Inilah yang jadi salah satu alasan mengapa praktik sunat bagi wanita masih dilakukan di beberapa daerah.
Tahukah Anda?
Menurut perkiraan UNFPA, sekitar 1 dari 4 anak perempuan menerima perlakuan sunat yang disediakan oleh penyedia layanan kesehatan profesional.
Risiko atau bahaya sunat perempuan
Terlepas dari kepercayaan masyarakat dan alasan menjalaninya, prosedur khitan perempuan dianggap tidak aman, bahkan ketika sunat dilakukan oleh penyedia layanan kesehatan terlatih di lingkungan steril.
Sunat perempuan yang disebut dilakukan secara medis hanya memberikan jaminan keamanan palsu dan tidak ada pembenaran medis untuk melakukan hal ini.
Ini karena mutilasi genital perempuan memberi dampak serius bagi kesehatan seksual dan reproduksi perempuan. Berikut di antaranya.
1. Komplikasi yang mungkin menyebabkan kematian
Komplikasi langsung dari sunat perempuan, termasuk:
- nyeri kronis,
- syok,
- perdarahan,
- infeksi tetanus,
- retensi urine,
- infeksi kandung kemih,
- ulserasi (luka terbuka yang sulit sembuh) pada area kelamin dan kerusakan pada jaringan di sekitarnya,
- demam tinggi,
- infeksi luka, dan
- sepsis.
Perdarahan hebat dan infeksi dari praktik ini bisa menjadi sangat serius hingga menyebabkan kematian.
2. Kesulitan untuk hamil dan komplikasi saat melahirkan
Beberapa wanita yang menjalani prosedur sunat perempuan mungkin akan kesulitan untuk hamil, sedangkan mereka yang bisa hamil dapat mengalami komplikasi saat melahirkan.
Dibanding wanita yang tidak pernah menjalani sunat, mereka yang menerima prosedur ini berisiko lebih besar untuk membutuhkan prosedur khusus.
Ambil contohnya, episiotomi, perdarahan setelah melahirkan, dan masa rawat inap di rumah sakit yang lebih panjang.
3. Konsekuensi jangka panjang
Konsekuensi jangka panjang dari sunat perempuan, di antaranya:
- anemia,
- pembentukan kista dan abses (benjolan bernanah akibat infeksi bakteri),
- pembentukan jaringan parut keloid,
- kerusakan pada uretra yang berakibat pada inkontinesia urine berkepanjangan,
- dyspareunia (hubungan seksual yang menyakitkan),
- disfungsi seks, dan
- peningkatan risiko terhadap penularan HIV.
4. Trauma psikis
Anak yang menerima prosedur khitan perempuan di usia yang sudah cukup besar dapat mengalami trauma yang menyebabkan sejumlah masalah emosional dalam hidupnya, termasuk:
- depresi,
- kecemasan,
- post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), atau bayangan reka ulang terhadap pengalaman tersebut yang berkepanjangan,
- kepercayaan diri yang rendah, serta
- gangguan tidur dan mimpi buruk.
Stres psikologis dari sunat wanita tersebut mungkin memicu gangguan perilaku pada anak-anak yang mengalaminya.