Perdarahan postpartum atau postpartum hemoragik adalah perdarahan berlebihan yang terjadi pascapersalinan.
Selain menandakan ada yang tidak normal pada tubuh, perdarahan setelah melahirkan ini juga berisiko fatal hingga mengancam nyawa ibu.
Ya, perdarahan bukan hanya bisa terjadi saat melahirkan, tetapi juga setelah melahirkan.
Begini, sesaat setelah Anda melahirkan sang bayi tubuh akan mengeluarkan plasenta, baik itu setelah melahirkan normal dalam posisi persalinan apa saja maupun operasi caesar.
Ketika itu terjadi, rahim Anda harus melakukan kontraksi kuat guna melepaskan plasenta yang menempel pada dinding rahim.
Proses inilah yang membuat Anda mengalami perdarahan postpartum alias perdarahan setelah melahirkan.
Pasalnya saat plasenta terlepas, pembuluh darah dalam rahim akan terbuka.
Pembuluh darah yang terbuka tersebut tidak bisa langsung tertutup begitu saja.
Rahim butuh waktu dan proses untuk menutup pembuluh darah tersebut agar perdarahan berhenti, caranya dengan memicu munculnya kontraksi.
Selain dengan kontraksi rahim, proses menyusui juga dapat membantu meningkatkan produksi hormon oksitosin.
Banyaknya jumlah hormon oksitosin di dalam tubuh Anda berguna untuk menghentikan perdarahan.
Sayangnya, beberapa ibu kerap mengalami perdarahan berat setelah melahirkan atau disebut sebagai perdarahan postpartum alias postpartum hemorrhage atau postpartum hemoragik (PPH).
Meski begitu, perdarahan dalam jumlah banyak bisa terjadi ketika Anda baru saja selesai melahirkan.
Jumlah perdarahan yang banyak tersebut bisa karena terlalu banyak bergerak atau ketika tiba-tiba berdiri dari posisi duduk.
Namun, perdarahan setelah melahirkan atau pascapersalinan bisa terjadi terus-menerus dalam jumlah yang terlampu banyak.
Perdarahan setelah melahirkan atau pascamelahirkan biasanya muncul dalam kurun waktu 24 jam, atau sekitar 12 minggu setelah melahirkan.
Perdarahan berat sesaat setelah melahirkan atau dikenal dengan nama perdarahan postpartum atau postpartum hemoragik terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
PPH primer adalah kondisi ketika perdarahan postpartum membuat Anda kehilangan lebih dari 500 mililiter (ml) darah dalam kurun waktu 24 jam pertama.
Perdarahan postpartum primer ini bisa terjadi pada sekitar 5 dari 100 wanita.
Perdarahan hemoragik postpartum atau PPH sekunder adalah kondisi ketika Anda mengalami perdarahan vagina yang hebat atau abnormal mulai dari 24 jam pertama sampai 12 minggu pascapersalinan.
Hal ini bisa dialami oleh kurang lebih 2 dari 100 wanita atau di bawah 1 persen kelahiran.
Jika Anda kehilangan darah sebesar 500-1000 ml setelah melahirkan (PPH minor), tubuh Anda mungkin masih mampu untuk mengatasinya.
Namun, jika Anda mengalami kehilangan darah lebih dari 1000 ml setelah melahirkan (PPH mayor), Anda akan membutuhkan penanganan segera dari dokter.
Perdarahan postpartum ini sangat umum ditemui dan biasanya dapat terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun.
Perdarahan setelah melahirkan dapat ditangani dengan mengurangi faktor-faktor risiko.
Diskusikan dengan dokter untuk informasi lebih lanjut mengenai perdarahan pascapersalinan ini.
Gejala dari perdarahan postpartum kadang tidak selalu terlihat dengan mudah. Beberapa ibu mungkin bisa dengan mudah didiagnosis memiliki kondisi ini.
Sementara itu, beberapa ibu lainnya mungkin memerlukan pemeriksaan tambahan untuk memastikan perdarahan setelah melahirkan.
Berikut adalah gejala yang menandakan adanya perdarahan postpartum atau perdarahan berat setelah melahirkan:
Segera konsultasikan ke dokter jika mengalami satu atau beberapa gejala di atas maupun ketika Anda mengalami gejala yang dirasa tidak normal.
Dokter dapat menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.
Perdarahan setelah melahirkan atau perdarahan postpartum adalah suatu keadaan gawat darurat.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, segera ke instalasi gawat darurat terdekat dan konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Tubuh masing-masing orang berbeda. Selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
Perdarahan pascamelahirkan biasanya hal ini disebabkan oleh rahim yang tidak berkontraksi dengan baik (atonia uteri).
Berdasarkan Stanford Children’s Health, setelah bayi berhasil lahir, rahim seharusnya akan berkontraksi untuk mendorong keluarnya plasenta.
Tepat setelah plasenta keluar dari dalam rahim, kontraksi masih terus berlangsung dengan tujuan untuk menekan pembuluh darah di area tempat plasenta menempel.
Semakin kuat kontraksi rahim, semakin kecil pula kemungkinan pembuluh darah untuk berdarah banyak.
Sebaliknya, kontraksi yang bermasalah setelah keluarnya plasenta justru memicu perdarahan setelah melahirkan alias postpartum.
Untuk mencegah perdarahan berat karena hal ini, dokter dapat memberikan suntikan untuk membantu kontraksi pada rahim agar plasenta lebih mudah dikeluarkan.
Secara umumnya, ada banyak penyebab perdarahan setelah melahirkan baik normal maupun caesar.
Penyebab perdarahan postpartum atau setelah melahirkan ini dapat dibagi ke dalam lima kelompok utama, sebagai berikut:
Atonia uteri merupakan penyebab paling umum dari perdarahan setelah melahirkan.
Atonia uteri adalah kondisi di mana rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk mengeluarkan plasenta.
Akhirnya, kondisi ini dapat menjadi penyebab perdarahan hebat saat maupun setelah ibu melahirkan entah normal maupun caesar.
Berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan atonia uteri adalah kehamilan kembar, makrosomia (bayi besar), cairan ketuban terlalu banyak (polihidramnion), kelainan janin, kelainan struktur rahim, dan sebagainya.
Ibu juga lebih berisiko mengalami perdarahan hebat jika melahirkan dalam waktu terlampau lama maupun sangat cepat.
Retensio plasenta terjadi saat plasenta masih tertahan di dalam rahim setelah Anda melahirkan.
Hal ini membuat pembuluh darah di rahim belum tertutup dengan benar sehingga menjadi penyebab ibu bisa mengalami perdarahan postpartum atau setelah melahirkan.
Retensio plasenta lebih mungkin terjadi saat Anda melahirkan di usia kehamilan yang sangat dini, terutama kurang dari 24 minggu (kelahiran sangat prematur).
Plasenta akreta terjadi saat pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta berada terlalu dalam di dinding rahim.
Pada kondisi ini, plasenta bisa menempel sebagian atau seluruhnya di dinding rahim saat Anda sudah melahirkan.
Akibatnya, saat plasenta hendak dilahirkan, terdapat sebagian sisa plasenta yang masih menempel di dinding rahim.
Adanya kelainan pada dinding rahim dapat menyebabkan plasenta akreta.
Hal inilah yang nantinya dapat menyebabkan perdarahan hebat setelah melahirkan, melansir dari Mayo Clinic.
Trauma jalan lahir merupakan kasus yang cukup sering (sekitar 20%) menjadi penyebab perdarahan postpartum atau setelah melahirkan.
Kondisi ini biasanya terjadi karena robekan perineum (kulit antara vagina dan anus) yang terjadi saat proses kelahiran melalui vagina.
Gangguan pembekuan darah juga dapat menjadi penyebab ibu mengalami perdarahan saat dan setelah melahirkan.
Beberapa kondisi yang berhubungan dengan pembekuan darah adalah penyakit hemofilia dan idiopatik trombositopenia purpura.
Selain itu, komplikasi kehamilan, seperti preeklampsia dan hipertensi dalam kehamilan, juga dapat memengaruhi kemampuan pembekuan darah.
Jika Anda mempunyai faktor risiko di bawah ini, Anda lebih mungkin untuk mengalami perdarahan postpartum atau setelah melahirkan:
Perdarahan postpartum atau perdarahan setelah melahirkan berisiko membuat Anda mengalami komplikasi seperti:
Selain itu, perdarahan postpartum dalam kondisi yang parah bisa menyebabkan komplikasi serius berupa iskemia miokardium, hingga berakibat fatal.
Atas dasar itulah, ada baiknya untuk mengetahui kondisi kesehatan Anda sebaik-baiknya selama kehamilan guna memutuskan tempat bersalin yang tepat.
Pilihan ibu hamil melahirkan di rumah sakit dinilai lebih tepat ketimbang melahirkan di rumah bila kehamilannya berisiko mengalami komplikasi persalinan.
Jadi, saat ibu mengalami berbagai tanda-tanda melahirkan seperti air ketuban pecah, kontraksi persalinan, pembukaan lahiran, dan lainnya, segera pergi ke rumah sakit.
Oleh karena itu, pastikan ibu sudah menyusun berbagai persiapan persalinan hingga perlengkapan melahirkan yang perlu dibawa saat hari-H tiba.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Seperti yang dijelaskan di awal, perdarahan sebenarnya normal terjadi setelah melahirkan.
Akan tetapi, jika jumlahnya terlalu banyak dan tidak kunjung mereda dari hari ke hari, kemungkinan perdarahan Anda termasuk berat atau parah.
Maka itu, dokter dapat melakukan pemeriksaan guna memastikan perdarahan yang Anda alami.
Biasanya, Anda akan diminta untuk menggunakan pembalut berukuran besar yang akan menampung semua darah akibat perdarahan pascamelahirkan.
Dokter akan mengamati seberapa banyak jumlah darah yang Anda keluarkan sehingga bisa memperkirakan apakah perdarahan termasuk normal atau tidak.
Sampel darah Anda juga mungkin diambil dokter guna memeriksa kadar sel darah merah (hemoglobin) dan hematokrit.
Di samping itu, dokter juga akan mengukur denyut nadi, tekanan darah, serta laju pernapasan Anda.
Pengobatan yang diberikan dokter untuk membantu mengatasi perdarahan berat setelah melahirkan biasanya berbeda-beda.
Hal ini ditentukan oleh penyebab awal perdarahan yang ibu alami.
Berikut penanganan untuk mengatasi perdarahan post partum atau setelah melahirkan:
Pijatan rahim biasanya dilakukan untuk kasus atonia uteri alias rahim tidak dapat berkontrasi.
Pijatan setidaknya dapat membuat rahim menjadi agak mengencang sehingga membantu menghentikan perdarahan berat setelah melahirkan.
Selain pijatan, pemberian beberapa jenis obat-obatan juga dapat membantu memicu rahim berkontraksi.
Obat bisa diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah maupun otot, atau memasukkannya melalui rektum.
Jika Anda mengalami retensio plasenta, dokter dapat menempuh tindakan kuret saat hamil untuk mengambil plasenta dari dalam rahim.
Prosedur ini bertujuan untuk menghilangkan sisa-sia jaringan yang masih ada di dalam rahim ibu dan menghentikan perdarahan hebat setelah melahirkan.
Selain dari tindakan di atas, beberapa cara lain yang bisa dilakukan dokter untuk mengatasi perdarahan postpartum adalah sebagai berikut:
Dalam kasus yang jarang terjadi, dokter juga dapat melakukan operasi pengangkatan rahim atau histerektomi.
Prosedur medis ini bertujuan untuk membantu menghentikan perdarahan postpartum atau setelah melahirkan.
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi perdarahan postpartum:
Minum suplemen zat besi dapat mengurangi kemungkinan perlunya tranfusi darah jika Anda memiliki perdarahan postpartum atau setelah melahirkan.
Beberapa wanita juga dapat diberikan suplemen zat besi jika berisiko terhadap anemia.
Apabila Anda pernah melakukan operasi caesar pada kehamilan sebelumnya, penting untuk memeriksa bahwa plasenta tidak menempel pada area luka sebelumnya.
Salah satu cara mencegah terjadinya perdarahan postpartum atau setelah melahirkan yakni dengan rutin melakukan pemeriksaan kehamilan.
Dengan melakukan pemeriksaan secara teratur, dokter akan selalu memerhatikan perkembangan dan kesehatan Anda serta bayi di dalam kandungan.
Dokter juga dapat mengetahui adanya faktor risiko selama kehamilan dengan memeriksa golongan darah, gangguan pada perdarahan, serta riwayat medis Anda.
Jadi, jika ditemukan ada risiko masalah selama kehamilan, dokter bisa segera melakukan tindakan terbaik untuk meminimalisir risiko terburuk saat persalinan nantinya.
Bahkan setelah persalinan selesai, dokter masih akan terus memantau kondisi Anda dan bayi. Termasuk memastikan perdarahan berat setelah melahirkan tidak terjadi.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar