Ada banyak jenis imunisasi yang harus si kecil terima, salah satunya adalah tifoid. Vaksin ini untuk mencegah penyakit demam tifoid (tipes) yang sering menyerang anak-anak dan orang dewasa. Apakah imunisasi anak untuk cegah penyakit tipes benar-benar efektif? Kapan waktu pemberian vaksin tifoid? Berikut penjelasan lengkapnya.
Apa itu vaksin tifoid?
Imunisasi tifoid adalah jenis vaksin yang bermanfaat untuk mencegah penyakit demam tifoid atau tipes pada anak dan orang dewasa.
Mengutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), ada dua jenis vaksin tifoid sebagai langkah mencegah demam tifoid, yaitu:
Vaksin oral
Ini merupakan vaksin tifoid secara oral atau lewat mulut dan bisa anak dapatkan saat berusia lebih dari 6 tahun.
Satu minggu sbelum melakukan perjalan ke daerah endemik, ada 4 kapsul yang harus anak minum setiap hari
Kapsul vaksin tifoid berisikan bakteri tifoid yang masih hidup, tetapi sudah sangat lemah.
Penyimpanan vaksin ini harus dalam keadaan dingin dalam kulkas (suhu 2-8 derajat celcius) tapi tidak beku.
Vaksin suntikan
Imunisasi tifoid jenis ini bernama polisakarida yang terbuat dari gula yang melapisi permukaan bakteri.
Vaksin tifoid ini bisa anak terima mulai usia 2 tahun dan sebaiknya lakukan pengulangan setiap tiga tahun sekali.
Penyakit tipes terjadi akibat bakteri S. typhi masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Orang yang terinfeksi dan merasakan gejala ringan, bisa mendapatkan pengobatan di rumah (rawat jalan).
Sementara, bila gejalanya cukup parah, pasien harus mendapatkan perawatan di rumah sakit. Bila tidak, infeksi bisa menyebar ke sendi, kandung kemih, ginjal, hingga ke otak.
Mengutip dari CDC, penyakit ini tercatat menyerang sekitar 21 juta orang per tahun di seluruh dunia dan menyebabkan kematian 200.000 jiwa. Anda bia mencegah penyakit ini dengan suntik vaksin tifoid.
Pada dasarnya, gejala tipes pada anak-anak tidak jauh berbeda dengan yang biasanya dialami orang dewasa. Tanda paling umum dari penyakit tifoid pada anak yang harus Anda waspadai, yaitu:
- Anak mengalami demam tinggi (lebih dari 39 derajat celcius) selama dua sampai tiga minggu
- Sakit kepala
- Kelelahan berlebih
- Tubuh menggigil
- Diare atau gangguan pencernaaan lainnya
Bila tifoid masih terjadi hingga memasuki minggu ke tiga, biasanya anak akan mulai menunjukkan tanda-tanda mengigau dan sulit berkonsentrasi.
Jika telah memasuki tahap ini, tandanya tipes pada anak sudah memasuki tahap kritis dan harus segera mendapat penanganan.
Penanganan yang terlambat dapat menyebabkan gejala tifoid makin parah atau bahkan komplikasi.
Bagaimana cara kerja vaksin tifoid?
Menurut Pedoman Pengendalian Tifoid Kemenkes RI, vaksin oral memiliki efektivitas sebesar 36-66 persen untuk mencegah demam tifoid.
Sementara itu, imunisasi tifoid jenis suntik mampu memberikan perlindungan sebesar 60-70 persen pada anak usia lebih dari 5 tahun dan orang dewasa.
Meski bertujuan untuk mencegah penularan tipes, tetap ada faktor lain yang harus Anda pastikan, salah satunya kebersihan.
Untuk itu, pastikan Anda dan keluarga menjaga kebersihan tubuh dan makanan walau telah menerima vaksin.
Meski begitu, saat anak sudah mendapatkan vaksin tifoid dan terserang demam tifoid, maka gejalanya akan lebih ringan daripada anak lain yang belum mendapatkan vaksin tifoid.
Siapa yang membutuhkan imunisasi tifoid?
Mengingat penyakit tifoid bisa memicu terjadinya komplikasi yang cukup serius, maka perlu pencegahan yang tepat. Salah satunya bisa dengan cara melakukan vaksin tifoid.
Mengacu pada jadwal imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 24 bulan (2 tahun) perlu mendapat vaksin tifoid, kemudian ulang setiap 3 tahun.
Jadwal ini berbeda dengan vaksin MMR atau vaksin hepatitis B yang bayi terima sejak baru lahir.
Penting untuk Anda ingat bahwa meskipun vaksin bekerja dalam mencegah infeksi penyakit, tapi kerja vaksin tidak selalu efektif 100 persen, termasuk vaksin tifoid.
Maka itu, tetap saja Anda harus memastikan bahwa kebersihan si kecil dan makanannya tetap terjaga supaya tak terkena bakteri penyebab demam tifoid.
Selain anak-anak, beberapa orang yang sangat wajib mendapatkan vaksin ini, seperti:
- Orang yang bekerja di laboratorium dan menangani bakteri S. typhi
- Bekerja atau bepergian ke daerah endemik (penularannya penyakitnya cukup tinggi)
- Memiliki kontak dekat dengan pasien demam tifoid
- Tinggal di lingkungan yang air atau tanahnya berisiko terkontaminasi bakteri
Orang dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun sudah bisa menerima vaksin suntik tifoid jenis polisakarida.
Selain itu, orang yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemik perlu menerima vaksin ini setidaknya 2 minggu sebelum perjalanan.
Pemberian dosis berikutnya perlu Anda terima bila memiliki risiko terinfeksi lagi di kemudian hari.
Jangka waktu pemberiannya adalah 3 tahun setelah suntikan pertama. Sementara vaksin tifoid oral bisa anak dapatkan saat usia 6 tahun.
Apa kondisi yang membuat anak waspada terhadap vaksin tifoid?
Meski imunisasi tifoid mampu mencegah penyakit demam tifoid atau tipes, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang harus menunda pemberian vaksin.
- Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya mengidap HIV/AIDS)
- Alergi terhadap bahan dalam vaksin
- Sedang mengonsumsi antibiotik atau obat antimalaria
- Ibu hamil dan menyusui
Pada beberapa kasus, petugas kesehatan akan menyarankan untuk menunda pemberian vaksin sampai kondisi tubuh membaik.
Untuk anak yang sedang sakit ringan, seperti demam ringan, batuk, atau pilek, masih menerima imunisasi tifoid.
Konsultasikan kondisi yang Anda rasakan, sehingga dokter bisa mengambil tindakan yang tepat.
Apa efek samping vaksin tifoid?
Sama seperti obat lainnya, vaksin juga bisa menyebabkan efek samping. Umumnya, efek sampingnya cukup ringan sehingga sebagian besar orang tidak bermasalah untuk menerima imunisasi tifoid suntik ataupun oral ini.
Beberapa efek samping yang mungkin terjadi, meliputi:
- Demam
- Sakit kepala
- Ruam dan bengkak pada area penyuntikan (sekitar 1 dari 15 orang mengalaminya)
Untuk menghindari efek samping imunisasi yang berbahaya, pastikan bahwa si kecil dalam keadaan sehat saat menerima vaksin.
Anda bisa menunda pemberian imunisasi tifoid bila sedang demam atau mengalami infeksi.
Orang yang memiliki kemungkinan mengalami efek samping parah tidak akan menerima imunisasi tifoid bentuk suntik atau oral, seperti:
- Memiliki alergi vaksin ini sebelumnya.
- Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan kanker.
- Menjalani pengobatan tertentu, seperti kemoterapi, radiasi, atau minum obat steroid.
- Anak-anak yang belum mencukupi usia.
Sebelum merencanakan suntik vaksin tifoid pada anak, konsultasikan lebih dahulu pada dokter. N
amun efek samping anak yang tidak menerima imunisasi lebih berbahaya karena ia menjadi rentan terhadap banyak penyakit.
Kapan harus konsultasi ke dokter?
Kondisi alergi parah sangat jarang terjadi setelah pemberian vaksin. Namun ada kondisi yang membuat anak perlu konsultasi ke dokter, seperti:
- Kesulitan bernapas
- Ruam seluruh tubuh
- Jantung berdegup cepat
- Kelelahan parah
- Pembengkakan pada tenggorokan dan wajah
Saat melakukan pemeriksaan, beritahu petugas medis bahwa si kecil baru saja mendapatkan imunisasi tifoid. Ini membuat dokter lebih mudah untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai kondisi.
[embed-health-tool-vaccination-tool]