backup og meta

Mengenal Vaksin Tifoid dari Manfaat hingga Efek Samping

Mengenal Vaksin Tifoid dari Manfaat hingga Efek Samping

Ada banyak jenis imunisasi yang harus si Kecil terima, salah satunya adalah tifoid. Imunisasi atau vaksin ini untuk mencegah penyakit demam tifoid (tipes) yang sering menyerang anak anak dan orang dewasa. Apakah imunisasi anak untuk cegah penyakit tipes benar-benar efektif? Kapan waktu pemberian vaksin tifoid? Berikut penjelasan lengkapnya. 

Apa manfaat vaksin tifoid?

Vaksin tifoid, disebut juga vaksin tipes, tifus, atau thypoid, adalah jenis vaksin yang bermanfaat untuk mencegah penyakit demam tifoid atau tipes pada anak dan orang dewasa. 

Vaksin ini bekerja dengan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi yang dapat melawan bakteri Salmonella typhi penyebab tifoid jika terjadi paparan di masa mendatang.

Dengan demikian, manfaat vaksin tifoid, yaitu membantu mengurangi risiko infeksi dan keparahan penyakit demam tifoid atau tipes.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menekankan bahwa vaksin ini tidak memberikan perlindungan 100%, sehingga penting untuk tetap menjaga kebersihan makanan dan minuman serta praktik sanitasi yang baik.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan bahwa vaksinasi tifoid adalah alat penting dalam pengendalian demam tifoid, terutama di daerah endemik.

WHO merekomendasikan penggunaan vaksin tifus konjugat karena efektivitasnya yang lebih tinggi dan durasi perlindungan yang lebih lama dibandingkan dengan vaksin sebelumnya.

Apa saja jenis vaksin tifoid?

vaksin pcv

Mengutip dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada dua jenis vaksin tifoid sebagai langkah mencegah demam tifoid, yaitu sebagai berikut.

1. Vaksin oral

Ini merupakan vaksin tifoid secara oral atau lewat mulut dan bisa diberikan saat anak berusia lebih dari 6 tahun. 

Satu minggu sebelum melakukan perjalanan ke daerah endemik, ada 4 kapsul yang harus anak minum setiap hari.

Kapsul vaksin tifoid berisikan bakteri tifoid yang masih hidup, tetapi sudah sangat lemah. Penyimpanan vaksin ini harus dalam keadaan dingin dalam kulkas (suhu 2—8 derajat celcius) tapi tidak beku.

2. Vaksin suntikan

Imunisasi tifoid jenis ini bernama polisakarida yang terbuat dari gula yang melapisi permukaan bakteri.

Vaksin tifoid ini bisa anak terima mulai usia 2 tahun dan sebaiknya dilakukan pengulangan setiap tiga tahun sekali.

Perlu diketahui!

Melansir dari Science Direct, efektivitas jenis vaksin tifus oral dan suntik sama-sama bisa mencapai 50 sampai 70%.

Siapa saja yang perlu mendapatkan vaksin tifoid?

Mengingat penyakit tifoid bisa memicu komplikasi yang cukup serius, maka perlu pencegahan yang tepat. Salah satunya bisa dengan cara melakukan vaksin tifoid.

Mengacu pada jadwal imunisasi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), anak usia 24 bulan (2 tahun) perlu mendapat vaksin tifoid, kemudian diulang setiap 3 tahun.

Jadwal ini berbeda dengan vaksin hepatitis B yang bayi terima sejak baru lahir.

Penting untuk Anda ingat bahwa meskipun vaksin bekerja dalam mencegah infeksi penyakit, tapi kerja vaksin tidak selalu efektif 100%, termasuk vaksin tipes. 

Maka dari itu, tetap saja Anda harus memastikan bahwa kebersihan si Kecil dan makanannya tetap terjaga supaya tak terkena bakteri penyebab demam tifoid.

Selain anak-anak, beberapa orang yang sangat wajib mendapatkan vaksin ini, yaitu sebagai berikut.

  • Orang yang bekerja di laboratorium dan menangani bakteri S. typhi.
  • Bekerja atau bepergian ke daerah endemik (penularannya penyakitnya cukup tinggi).
  • Memiliki kontak dekat dengan pasien demam tifoid.
  • Tinggal di lingkungan yang air atau tanahnya berisiko terkontaminasi bakteri.

Orang dewasa dan anak usia lebih dari 2 tahun sudah bisa menerima vaksin suntik tifoid jenis polisakarida.

Selain itu, orang yang akan melakukan perjalanan ke daerah endemik perlu menerima vaksin ini setidaknya 2 minggu sebelum perjalanan.

Pemberian dosis berikutnya perlu Anda terima bila memiliki risiko terinfeksi lagi di kemudian hari.

Jangka waktu pemberiannya adalah 3 tahun setelah suntikan pertama. Sementara vaksin tifoid oral bisa anak dapatkan saat usia 6 tahun.

Siapa yang perlu menunda vaksin tifoid?

anak autisme susah tidur

Meski imunisasi tifoid mampu mencegah penyakit demam tifoid atau tipes, ada beberapa kondisi yang membuat seseorang harus menunda pemberian vaksin ini, yaitu sebagai berikut.

  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah (misalnya mengidap HIV/AIDS).
  • Alergi terhadap bahan dalam vaksin.
  • Sedang mengonsumsi antibiotik atau obat antimalaria.
  • Ibu hamil dan menyusui.

Pada beberapa kasus, petugas kesehatan akan menyarankan untuk menunda pemberian vaksin sampai kondisi tubuh membaik. 

Untuk anak yang sedang sakit ringan, seperti demam ringan, batuk, atau pilek, masih menerima imunisasi tifoid.

Konsultasikan kondisi yang Anda rasakan, sehingga dokter bisa mengambil tindakan yang tepat.

Adakah efek samping vaksin tifoid?

Sama seperti obat lainnya, vaksin juga bisa menyebabkan efek samping.

Umumnya, efek sampingnya cukup ringan sehingga sebagian besar orang tidak bermasalah untuk menerima imunisasi tifoid suntik ataupun oral.

Beberapa efek samping yang mungkin terjadi, meliputi berikut ini. 

  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Ruam dan bengkak pada area penyuntikan (sekitar 1 dari 15 orang mengalaminya).

Untuk menghindari efek samping imunisasi yang berbahaya, pastikan bahwa si Kecil dalam keadaan sehat saat menerima vaksin.

Anda bisa menunda pemberian imunisasi tifoid bila sedang demam atau mengalami infeksi.

Orang yang memiliki kemungkinan mengalami efek samping parah tidak akan menerima imunisasi tifoid bentuk suntik atau oral, di antaranya sebagai berikut. 

  • Memiliki alergi vaksin ini sebelumnya.
  • Sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita HIV/AIDS dan kanker.
  • Menjalani pengobatan tertentu, seperti kemoterapi, radiasi, atau minum obat steroid.
  • Anak-anak yang belum mencukupi usia.

Sebelum merencanakan suntik vaksin tipes pada anak, konsultasikan lebih dahulu pada dokter.

Namun efek samping anak yang tidak menerima imunisasi lebih berbahaya karena ia menjadi rentan terhadap banyak penyakit.

Kapan harus ke dokter?

imunisasi vaksin rotavirus

Kondisi alergi parah sangat jarang terjadi setelah pemberian vaksin. Namun ada kondisi yang membuat anak perlu konsultasi ke dokter, seperti berikut ini.

  • Kesulitan bernapas.
  • Ruam seluruh tubuh.
  • Jantung berdegup cepat.
  • Kelelahan parah.
  • Pembengkakan pada tenggorokan dan wajah.

Saat melakukan pemeriksaan, beri tahu petugas medis bahwa si Kecil baru saja mendapatkan imunisasi tifoid.

Ini membuat dokter lebih mudah untuk melakukan tindakan yang tepat sesuai kondisi.

Kesimpulan

  • Vaksin tifoid adalah imunisasi yang bertujuan mencegah penyakit demam tifoid (tipes) yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi.
  • Pemberian vaksin ini direkomendasikan untuk anak-anak mulai usia 2 tahun dan perlu diulang setiap 3 tahun untuk memastikan perlindungan yang optimal.
  • Meskipun umumnya aman, beberapa efek samping ringan seperti demam, sakit kepala, serta ruam dan pembengkakan di area suntikan dapat terjadi.
  • Namun, vaksin ini sebaiknya ditunda pada individu dengan sistem kekebalan tubuh lemah, alergi terhadap komponen vaksin, atau mereka yang sedang mengonsumsi antibiotik atau obat antimalaria.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Jadwal Imunisasi 2017. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/jadwal-imunisasi-2017

Typhoid Vaccine VIS. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/current-vis/typhoid.html

typhoid vaccine (inactivated), injection. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.uofmhealth.org/health-library/d01156a1

Typhoid fever. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/typhoid-fever/symptoms-causes/syc-20378661

Typhoid. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.who.int/teams/immunization-vaccines-and-biologicals/diseases/typhoid

Typhoid Vaccine VIS. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/current-vis/typhoid.html

Typhoid Vaccine. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.sciencedirect.com/topics/neuroscience/typhoid-vaccine

Date, K. A., Bentsi-Enchill, A., Marks, F., & Fox, K. (2015). Typhoid fever vaccination strategies. Vaccine33 Suppl 3(Suppl 3), C55–C61. https://doi.org/10.1016/j.vaccine.2015.04.028

Typhoid – Malaysian Society of Infectious Diseases & Chemotherapy. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://adultimmunisation.msidc.my/typhoid/

Typhoid Vaccine. (n.d.). Retrieved 4 February 2025, from https://www.sciencedirect.com/topics/pharmacology-toxicology-and-pharmaceutical-science/typhoid-vaccine

Targonski, P. V., Ovsyannikova, I. G., Tosh, P. K., Jacobson, R. M., & Poland, G. A. (2009). VACCINES. Elsevier EBooks, 1247–1268. https://doi.org/10.1016/b978-1-4160-3291-5.50095-0

Versi Terbaru

11/02/2025

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Waspadai 3 Ciri Tipes yang Sudah Parah Agar Tidak Berakibat Fatal

Mengapa Ada Orang yang Kena Demam Berdarah dan Tipes Sekaligus?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 20 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan