backup og meta

Mengenal Vaksin Influenza dari Manfaat hingga Efek Samping

Mengenal Vaksin Influenza dari Manfaat hingga Efek Samping

Ada berbagai jenis imunisasi yang harus anak dapatkan sejak usia baru lahir. Salah satu vaksinnya adalah influenza atau flu. Apa manfaat vaksin influenza dan kapan perlu mendapatkan vaksin ini? Berikut penjelasan seputar vaksin flu pada anak dan orang dewasa.

Apa manfaat vaksin influenza?

Vaksin influenza adalah vaksin yang diberikan untuk menekan risiko dan tingkat keparahan seseorang yang terkena flu.

Pasalnya, meski terkesan sepele, flu bisa membuat kondisi seseorang sangat parah dan memburuk.

Ini terutama pada lansia berusia 65 tahun ke atas, wanita hamil, anak-anak, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah.

Vaksin influenza berfungsi untuk melindungi masyarakat dari dampak buruk penyakit influenza.

Menurut World Health Organization (WHO), vaksinasi influenza sangat dianjurkan bagi tenaga kesehatan, orang dewasa lanjut usia, dan wanita hamil untuk mengurangi risiko komplikasi serius akibat influenza.

Selain itu, vaksin flu dapat diberikan bersamaan dengan vaksin lain, seperti vaksin COVID-19, tanpa meningkatkan risiko efek samping, sehingga memudahkan pelaksanaan program imunisasi.

Dengan demikian, vaksin flu berperan penting dalam menjaga kesehatan masyarakat dan mencegah beban penyakit yang dapat dicegah melalui imunisasi.

Jadi, memberi anak vaksin sangat penting karena anak yang tidak menerima imunisasi atau anak terlambat imunisasi justru lebih rentan terkena penyakit.

Apa saja jenis vaksin influenza?

jenis vaksin influenza

WHO mencatat bahwa vaksin influenza tersedia dalam berbagai formulasi untuk menargetkan galur virus yang berbeda.

Ini termasuk vaksin trivalen yang melindungi terhadap tiga galur virus (dua galur influenza A dan satu galur influenza B) dan vaksin kuadrivalen yang melindungi terhadap empat galur virus (dua galur influenza A dan dua galur influenza B).

Untuk itu, terdapat beberapa jenis vaksin influenza yang tersedia, yang umumnya dikategorikan berdasarkan metode produksi dan komposisi antigeniknya, yang meliputi berikut ini.

1. Vaksin influenza inaktivasi (IIV)

Vaksin ini mengandung virus influenza yang telah dimatikan (inaktivasi) dan diberikan melalui suntikan intramuskular.

IIV adalah jenis vaksin influenza yang paling umum digunakan dan direkomendasikan untuk berbagai kelompok usia, termasuk anak, orang dewasa, dan lansia.

2. Vaksin influenza hidup yang dilemahkan (LAIV)

Vaksin ini mengandung virus influenza hidup yang telah dilemahkan sehingga tidak menyebabkan penyakit pada individu dengan sistem kekebalan yang sehat.

LAIV biasanya diberikan melalui semprotan hidung dan direkomendasikan untuk individu berusia 2 hingga 49 tahun yang sehat dan tidak hamil.

3. Vaksin influenza rekombinan (RIV)

Vaksin ini diproduksi menggunakan teknik rekayasa genetika tanpa memerlukan virus influenza hidup atau telur ayam dalam proses produksinya.

RIV dapat menjadi alternatif bagi individu yang memiliki alergi terhadap telur atau mereka yang mencari opsi vaksin non-tradisional.

Siapa yang perlu mendapat vaksin influenza?

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian vaksin influenza harus sesuai usia bayi dan anak. Berikut rinciannya.

  • Bayi usia 6—35 bulan: 0,25 ml.
  • Anak usia di atas 3 tahun: 0,5 ml.

IDAI merekomendasikan jadwal imunisasi influenza mulai sejak bayi berusia 6 bulan dan pengulangan setiap tahun. 

Untuk anak usia 6 bulan sampai 8 tahun yang baru melakukan vaksin flu pertama kali, perlu melakukan dua kali imunisasi dengan jarak minimal 4 minggu. 

Sementara bila anak di atas usia 8 tahun, hanya satu kali dan lakukan pengulangan setiap tahun. Tidak seperti imunisasi hepatitis B yang hanya mengulang sampai usia bayi kurang dari 1 tahun.

Selain anak-anak, beberapa kelompok juga perlu menerima vaksin flu, yang meliputi berikut ini.

  • Berusia 50 tahun ke atas.
  • Pengidap penyakit paru kronis (termasuk asma), kardiovaskular (kecuali hipertensi), ginjal, hati, neurologis, hematologis, atau kelainan metabolisme (termasuk diabetes mellitus).
  • Orang-orang dengan imunosupresi (termasuk imunosupresi yang disebabkan oleh pengobatan atau HIV).
  • Wanita yang sedang atau akan hamil selama musim influenza dan wanita hingga 2 minggu setelah persalinan.
  • Berusia 6 bulan hingga 18 tahun dan menerima terapi aspirin jangka panjang dan yang dapat berisiko mengalami sindrom Reye setelah infeksi virus influenza.
  • Tinggal di panti jompo atau fasilitas layanan medis kronis lain.
  • Pengidap obesitas ekstrim (indeks massa tubuh 40 atau lebih).
  • Petugas pelayanan medis.

Untuk memudahkan, beri tahu petugas kesehatan mengenai kondisi tubuh yang sedang dan pernah Anda alami agar lebih mudah dokter tangani.

Siapa saja yang perlu menunda vaksin influenza?

perbedaan influenza dan alergi

Meski termasuk jenis vaksin yang dianjurkan, ada juga beberapa orang yang perlu menunda vaksin influenza karena memiliki kondisi tertentu.

Daftar orang-orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin flu menurut CDC, yaitu sebagai berikut. 

  • Bayi usia kurang dari 6 bulan. Sebelum memasuki usia 6 bulan, respons imun pada tubuh bayi masih belum memenuhi syarat untuk diberikan vaksin flu. Pemberian vaksin flu untuk bayi di bawah usia 6 bulan justru bisa menimbulkan masalah kesehatan tertentu.
  • Orang yang sedang sakit. Ketika sakit, sistem kekebalan tubuh menjadi lebih lemah. Bila pada kondisi tersebut Anda atau anak menerima vaksin, sistem imun harus bekerja lebih berat melawan virus di tubuh sekaligus virus dari vaksin. Ini bisa menyebabkan gejala yang timbul setelah vaksinasi menjadi lebih parah.

Selain kelompok orang di atas, ada juga orang dengan kondisi lainnya yang harus melakukan konsultasi terlebih dahulu kepada dokter mengenai manfaat dan risiko sebelum menerima vaksin flu.

Beberapa kondisi yang butuh pertimbangan dari dokter sebelum melakukan vaksinasi flu, meliputi berikut ini. 

  • Orang yang memiliki alergi terhadap komponen vaksin. Pemberian vaksin influenza pada anak atau orang dengan alergi telur sebaiknya dilakukan di rumah sakit sebagai upaya perawatan tindak lanjut jika ada reaksi alergi parah yang terjadi. Ini karena vaksin melalui suntikan mengandung sedikit protein telur, yaitu ovalbumin.
  • Orang dengan kondisi Guillain Barre Syndrome (GBS). Pada kebanyakan orang yang memiliki riwayat sindrom Guilain-Barré, komplikasi berat berisiko tinggi terjadi setelah vaksinasi. Maka dari itu, pemberian vaksin perlu pengawasan dokter.

Adakah efek samping vaksin influenza?

Pada umumnya, efek samping dari imunisasi yang timbul setelah penyuntikan vaksin flu tidak terlalu berbahaya. Hal ini bisa terjadi kepada anak-anak hingga orang dewasa.

Agar tidak panik, berikut kemungkinan efek samping ringan dari vaksin flu yang bisa terjadi. 

  • Kulit memerah pada area suntikan dan juga bisa disertai nyeri.
  • Sakit kepala dan nyeri otot.
  • Demam.
  • Badan terasa lesu hingga pingsan.

Kapan harus ke dokter?

mencegah influenza pada anak

Selain efek samping yang umum terjadi, ada juga beberapa efek samping vaksin flu yang jarang terjadi tapi cukup serius. Di antaranya sebagai berikut. 

  • Demam tinggi.
  • Anafilaktik.
  • Gatal-gatal.
  • Pembengkakan.
  • Sulit bernapas.
  • Detak jantung lebih cepat
  • Pusing.
  • Badan terasa lesu.

Gejala ini masuk kelompok efek samping yang cukup berbahaya. Apabila Anda mengalami kondisi tersebut, segera datangi IGD rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Kesimpulan

  • Dengan mengikuti jadwal imunisasi yang dianjurkan, pemberian vaksin influenza dapat membantu mencegah penyebaran virus dan melindungi kesehatan masyarakat.
  • Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan pemberian vaksin ini mulai sejak bayi berusia 6 bulan, dengan pengulangan setiap tahun.
  • Vaksin ini efektif dalam menekan risiko dan tingkat keparahan seseorang yang terkena flu.
  • Efek samping yang mungkin terjadi umumnya ringan, seperti nyeri di tempat suntikan atau demam ringan.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Jadwal Imunisasi IDAI 2020. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/jadwal-imunisasi-idai-2020

Vaksin Influenza (Flu) Dinonaktifkan atau Rekombinan: Yang perlu anda ketahui. (N.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.immunize.org/wp-content/uploads/vis/indonesian_flu_inactive.pdf

Melengkapi/ Mengejar Imunisasi (Bagian III). (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/melengkapi-mengejar-imunisasi-bagian-iii

Vaccine Science and Safety. (2023). Retrieved 3 February 2025, from https://www.nfid.org/immunization/vaccine-science-safety/

Department of Health & Human Services. (2002). Flu (influenza) – immunisation. Retrieved 3 February 2025, from https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/healthyliving/flu-influenza-immunisation

Fainting and Vaccines. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccine-safety/about/fainting.html

Vaccine Safety. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccine-safety/index.html

Who Should not Get Vaccinated. (2020). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/should-not-vacc.html

Syncope After Vaccination — United States, January 2005–July 2007. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/mmwr/preview/mmwrhtml/mm5717a2.htm

Child and Adolescent Immunization Schedule by Age. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/imz-schedules/child-adolescent-age.html

About Common Vaccine Safety Questions and Concerns. (n.d.). Retrieved 3 February 2025, from https://www.cdc.gov/vaccine-safety/about/index.html

Versi Terbaru

10/02/2025

Ditulis oleh Riska Herliafifah

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Diperbarui oleh: Ihda Fadila


Artikel Terkait

Aturan Imunisasi untuk Bayi Prematur Ini Penting Diketahui

4 Tips Mengatasi Telinga Sakit dan Tersumbat karena Flu


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro, Sp.A

Kesehatan anak · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 20 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan