backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

15

Tanya Dokter
Simpan

Bayi dan Anak Muntah: Mana yang Normal dan Berbahaya?

Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Bayi dan Anak Muntah: Mana yang Normal dan Berbahaya?

    Sangat normal bagi anak-anak dan bayi mengalami muntah sesekali. Umumnya bayi dan anak akan muntah dalam satu atau dua hari dan itu bukan tanda sesuatu yang serius. Untuk mengetahui penyebab, perbedaan muntah yang bahaya dan tidak pada bayi juga anak, berikut penjelasan lengkapnya.

    Penyebab muntah pada bayi dan anak-anak

    penyebab bayi muntah

    Mengutip dari NHS, penyebab umum si kecil mengalami muntah adalah gastroenteritis yang disebabkan oleh virus atau bakteri.

    Pada dasarnya penyebab muntah pada bayi dan anak sama, berikut penjelasan selengkapnya:

    1. Gastroenteritis

    Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, gastroenteritis adalah salah satu penyebab muntah paling umum pada si kecil. Kondisi ini disebabkan oleh virus dan bakteri yang sama dengan penyebab diare. 

    Infeksi ini menyebar lewat makanan atau air yang terkontaminasi dari orang yang terinfeksi. Keluhan paling sering dari kondisi ini adalah dehidrasi karena cairan tubuh terbuang lewat muntah dan diare.

    2. Alergi makanan

    Muntah pada bayi dan anak juga bisa disebabkan oleh alergi makanan. Selain muntah, alergi makanan bisa menimbulkan ruam kemerahan pada kulit, rasa gatal, pembengkakan di wajah, mata, bibir, atau langit-langit mulut. 

    Orangtua perlu mewaspadai makanan yang bisa menyebabkan muntah pada si kecil. Konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui dan mendiagnosis alergi makanan pada anak dan bayi.

    3. Infeksi lain

    Muntah juga bisa menjadi tanda adanya infeksi lain pada tubuh bayi dan anak. Sebagai contoh, infeksi saluran kemih (ISK), infeksi telinga, pneumonia, atau meningitis. 

    Muntah akibat infeksi mungkin juga disertai oleh demam, diare, serta kadang-kadang mual dan sakit perut. Infeksi biasanya menular; jika anak mengalaminya, beberapa teman bermainnya berpeluang tertular.

    Rotavirus adalah penyebab utama muntah pada bayi dan anak kecil, dengan gejala sering berkembang hingga diare dan demam. Virus ini sangat menular, tapi sudah ada vaksin yang mampu mencegah penyebarannya.

    Segera hubungi dokter bila anak muntah disertai gejala lain, seperti demam tinggi, rewel, dan mudah marah.

    4. Apendisitis (usus buntu)

    Ini adalah kondisi pembengkakan usus buntu yang sering membuat penderitanya merasa kesakitan. Umumnya, radang usus buntu ini dialami oleh anak-anak dengan gejala lain seperti sakit perut yang sangat parah. 

    Kebanyakan kasus usus buntu perlu menjalani prosedur operasi untuk mengatasinya.

    5. Keracunan

    Penyebab muntah pada bayi dan anak berikutnya adalah tidak sengaja menelan sesuatu yang berbahaya memakan makanan dengan kualitas yang buruk.

    Ini adalah kondisi keracunan makanan yang gejalanya bisa tidak hanya muntah, tetap juga demam tinggi sampai diare.

    6. Rasa cemas

    Ini lebih sering dialami oleh anak-anak yang masuk usia sekolah. Pasalnya, muntah tidak hanya dapat dipicu oleh faktor fisik saja melainkan juga oleh faktor psikologis. 

    Kecemasan yang berlebihan saat anak menghadapi hari pertama sekolah, atau ketakutan berlebihan pada sesuatu juga dapat memicu muntah pada anak.

    7. Refluks asam lambung

    Gumoh kadang malah memburuk di beberapa minggu atau bulan pertama kehidupan bayi. Hal ini terjadi ketika otot perut menjadi terlalu rileks dan memungkinkan isi perut kembali naik ke atas.

    Kondisi ini disebut penyakit refluks asam lambung, atau GERD dan biasanya dikendalikan dengan cara berikut:

    • Mengentalkan susu dengan sejumlah kecil sereal bayi sesuai arahan dokter anak
    • Hindari memberi makan terlalu banyak atau berikan makanan dalam porsi lebih kecil lebih sering
    • Buat bayi sering bersendawa
    • Tinggalkan bayi dalam posisi aman, tenang, tegap selama setidaknya 30 menit setelah pemberian makan

    Jika langkah ini tidak berhasil, segera konsultasikan ke dokter anak.

    Kondisi muntah pada bayi dan anak yang masih normal

    gumoh setelah minum ASI

    Meski menimbulkan kepanikan, sebenarnya sebagian besar penyebab muntah pada anak cenderung tidak berbahaya.

    Sebagai contoh, bayi yang baru lahir akan sering muntah di minggu-minggu pertama karena ia masih membiasakan diri dengan makanan yang masuk. 

    Selain itu muntah juga bisa dipicu menangis dan batuk berlebihan, juga membiasakan diri dengan porsi makannya yang baru, sehingga bisa kemudian muntah karena terlalu kenyang.

    Lalu keadaan seperti apa yang menandakan bahwa sebenarnya keadaan anak Anda tergolong normal?

    • Muntah tidak disertai demam tinggi
    • Anak masih mau makan dan minum
    • Anak masih bisa bermain, tidak rewel berlebihan
    • Anak masih responsif
    • Gejala dan efek muntah mereda setelah 6-24 jam
    • Tidak ada darah dan cairan empedu (biasanya berwarna kehijauan) pada muntahan anak 

    Kondisi muntah pada bayi anak yang perlu diwaspadai

    penyebab gumoh pada bayi

    Meski umumnya muntah pada bayi dan anak adalah hal normal, tapi orangtua tetap perlu waspada. Hal-hal di bawah ini bisa menjadi tanda ada masalah lain yang lebih serius, yaitu berikut.

    • Anak lemas dan tidak responsif.
    • Kulit menjadi pucat dan dingin.
    • Anak kehilangan nafsu makan dan menolak makan.
    • Timbul gejala dehidrasi seperti mulut kering, menangis tidak mengeluarkan air mata, dan buang air kecil tidak sesering biasanya.
    • Muntah lebih dari tiga kali dalam 24 jam atau berlangsung selama lebih dari tiga hari.
    • Muntah disertai demam.
    • Muntah dan diare secara bersamaan.
    • Sakit pada perut yang tidak tertahankan serta muncul pembengkakan pada perut.
    • Ada substansi darah atau cairan empedu pada muntahannya.
    • Nafas menjadi pendek-pendek.

    Jika keadaan seperti di atas muncul, Anda harus mempertimbangkan memeriksakan anak ke dokter.

    Apa bedanya muntah dan gumoh yang sering dialami bayi?

    bedanya gumoh dan muntah bayi

    Ada perbedaan antara muntah dan gumoh. Muntah adalah mengeluarkan isi perut secara paksa melalui mulut. 

    Muntah terjadi ketika otot perut dan diafragma dada berkontraksi kuat tapi perut rileks. Aksi refleks ini dipicu oleh “pusat muntah” di dalam otak setelah terangsang oleh hal berikut.

    • Saraf dari perut dan usus ketika saluran gastrointestinal mengalami iritasi atau pembengkakan karena infeksi atau penyumbatan.
    • Zat kimia di dalam darah, misalnya obat-obatan.
    • Rangsangan psikologis dari penglihatan atau penciuman yang mengerikan.
    • Rangsangan dari telinga bagian tengah, seperti muntah yang disebabkan oleh mabuk kendaraan.

    Di sisi lain, regurgitasi (gumoh) adalah melepehkan isi perut yang seringkali terjadi saat bayi bersendawa. Gumoh paling sering terlihat pada bayi usia 4-6 bulan karena sistem pencernaannya belum sempurna.

    Gumoh mengalir keluar dari mulut seperti rembesan bocor tanpa kontraksi perut. Sementara cairan muntah keluar menyembur, diiringi kontraksi otot perut.

    Selain itu, gumoh bersifat pasif. Artinya, gumoh tidak membutuhkan usaha dan paksaan dari anak. Ini berbeda dengan muntah yang terjadi secara aktif dimana terjadi paksaan untuk mengosongkan isi lambung.

    Regurgitasi dapat terjadi karena anak terlalu kenyang, posisi anak yang kurang tepat saat menyusui, udara yang ikut masuk saat menyusu, serta terburu-buru saat menghisap susu.

    Gumoh adalah reaksi alami dan wajar karena tubuh anak berusaha mengeluarkan udara yang tertelan bayi saat menyusui. Muntah merupakan tanda adanya gangguan pencernaan pada bayi.

    Cara mengatasi muntah pada bayi dan anak

    Pertolongan pertama

    Saat bayi atau anak muntah, orangtua perlu mengetahui penyebabnya. Bila karena gangguan perut seperti kembung, bisa dilakukan pijat bayi untuk membuatnya lebih nyaman. 

    Namun bila si kecil terlihat lemas, tidak bersemangat, dan mengalami muntah berulang kali, ia rentan terkena dehidrasi akibat banyaknya cairan yang dikeluarkan. 

    Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi muntah pada si kecil.

    1. Mengistirahatkan perut

    Saat bayi atau anak Anda muntah, hindari untuk langsung memberikannya makan dan minum. Beri jeda sekitar 30-60 menit setelah muntah, baru berikan air dan makanan lagi.

    Ini penting untuk membuat perut istirahat dari kondisi kaget ketika semua makanan yang sudah dikonsumsi keluar lagi lewat mulut.

    2. Mengganti cairan tubuh

    Muntah bisa membuat anak bayi dehidrasi, sehingga penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang. 

    Cara mengganti cairan tubuh ini dibedakan sesuai usia bayi dan anak, berikut penjelasan lengkapnya, dilansir dari Kids Health.

    Untuk bayi usia 0-12 bulan yang mengonsumsi ASI eksklusif

    Kalau bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif dan mengalami muntah (semua ASI yang diminum keluar semua) lebih dari 1 kali, kurangi intensitas menyusuinya. 

    Ibu bisa menyusui sekitar 5-10 menit sekali setiap 2 jam. Anda bisa menambahkan waktu menyusu ketika si kecil sudah bisa menerimanya. 

    Bagaimana kalau bayi masih muntah? Konsultasikan ke dokter. Bila setelah 8 jam bayi tidak muntah, Anda bisa kembali ke jadwal menyusui.

    Untuk bayi 0-12 bulan yang mengonsumsi susu formula

    Bagi bayi usia 0-12 bulan yang minum susu formula, penanganannya berbeda, yaitu diberikan larutan elektrolit oral yang bisa dibeli di apotek terdekat. 

    Berikan 10 ml (2 sendok teh) larutan elektrolit setiap 15-20 menit sekali. Anda bisa konsultasikan dengan dokter untuk jenis atau takaran elektrolit yang sesuai untuk si kecil. 

    Bagi bayi berusia di atas 6 bulan yang sudah mulai MPASI, bisa berikan jus sebanyak setengah sendok teh ke dalam larutan elektrolit, agar memiliki rasa. 

    Bila bayi tidak muntah setelah 8 jam, Anda bisa mulai menyusui si kecil secara perlahan, sekitar 20-30 ml. Lakukan secara bertahap agar perutnya tidak kaget.

    Untuk anak usia 1 tahun ke atas

    Bagi anak usia 1 tahun ke atas mengalami muntah, orangtua bisa memberikan air putih sebanyak satu sendok teh setiap 15 menit. Anda juga bisa memberikan larutan elektrolit yang ditambahkan jus buah untuk memberikan rasa. 

    Hindari memberikan produk olahan susu dan soda saat anak baru selesai muntah. Bila anak sudah tidak muntah selama 8 jam, bisa mulai berikan makanan padat secara perlahan. Sebagai contoh, biskuit, roti, atau sup.

    Jika tidak ada muntah selama 24 jam, bisa mengembalikan pola makan seperti semula. Namun tetap hindari produk susu karena bisa memicu mual dan muntah kembali.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A

    Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon


    Ditulis oleh Riska Herliafifah · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan