Ketika anak mengalami muntah, sering kali orangtua merasa panik dan cemas. Padahal, bila dialami sesekali, muntah bukan tanda yang serius. Namun, muntah juga sebenarnya dapat menjadi gejala dari berbagai kondisi pada si Kecil. Kira-kira apa penyebab muntah pada anak? Berikut penjelasannya.
Apa gejala muntah pada anak?
Muntah terjadi ketika lambung berkontraksi dengan sangat kuat, sehingga memaksa sebagian besar isi lambung ke saluran esofagus atau saluran menelan dan keluar melalui mulut hingga hidung.
Muntah berbeda dengan gumoh. Gumoh adalah kondisi ketika isi perut (biasanya susu) keluar dengan sendirinya. Sementara muntah adalah mengeluarkan isi perut secara paksa melalui mulut.
Gejala muntah pada anak sebenarnya bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya.
Namun melansir Health Direct, ada beberapa gejala yang dapat terjadi bersamaan dengan muntah, di antaranya:
- mual,
- nyeri perut,
- demam,
- sakit kepala, hingga
- batuk.
Selain itu, ada beberapa tanda bahwa muntah pada anak ini masih tergolong normal, misalnya berikut ini.
- Muntah tidak disertai demam tinggi.
- Anak masih mau makan dan minum.
- Si Kecil masih bisa bermain, tidak rewel berlebihan.
- Anak masih responsif.
- Gejala dan efek muntah mereda setelah 6—24 jam.
- Tidak ada darah dan cairan empedu (biasanya berwarna kehijauan) pada muntahan anak.
Meski demikian, ada beberapa gejala muntah pada anak yang perlu diwaspadai. Perhatikan apakah anak Anda memiliki tanda di bawah ini saat mengalami muntah.
- Anak lemas dan tidak responsif.
- Kulit menjadi pucat dan dingin.
- Anak kehilangan nafsu makan dan menolak makan.
- Timbul gejala dehidrasi, seperti mulut kering, menangis tidak mengeluarkan air mata, dan buang air kecil tidak sesering biasanya.
- Anak muntah terus, lebih dari tiga kali dalam 24 jam atau berlangsung selama lebih dari tiga hari.
- Sakit pada perut yang tidak tertahankan serta muncul pembengkakan pada perut.
- Muntah disertai demam.
- Muntah dan diare secara bersamaan.
- Ada substansi darah atau cairan empedu pada muntahannya.
- Sesak napas.
Jika keadaan seperti di atas muncul, Anda harus mempertimbangkan memeriksakan anak ke dokter.
Muntah dengan tanda di atas bisa menjadi gejala kondisi medis tertentu, seperti infeksi, masalah pencernaan, hingga alergi.
Muntah ini bisa sangat menjadi sangat serius bila si Kecil kehilangan terlalu banyak cairan dan mengalami dehidrasi.
Apa penyebab muntah pada anak?
Penyebab muntah pada anak bisa bervariasi, dari yang tidak berbahaya hingga yang memerlukan perhatian medis segera.
Berikut adalah beberapa penyebab muntah yang tidak berbahaya serta yang perlu diwaspadai.
1. Penyebab muntah yang tidak berbahaya
Melansir Kids Health, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan anak mengalami muntah yang tidak berbahaya.
- Overfeeding (pemberian makan berlebihan). Memberikan terlalu banyak makanan atau susu bisa menyebabkan muntah.
- Mabuk perjalanan. Bepergian dengan kendaraan bisa menyebabkan mual dan muntah pada beberapa anak (mabuk perjalanan anak).
- Refluks gastroesofageal (GERD). Kondisi ini umum pada anak dan biasanya akan membaik seiring bertambahnya usia.
- Infeksi virus ringan. Gastroenteritis ringan yang disebabkan oleh virus seperti rotavirus atau norovirus dapat menyebabkan muntah, tetapi biasanya tidak serius dan akan sembuh dalam beberapa hari.
- Reaksi terhadap makanan tertentu. Makanan tertentu yang tidak cocok dengan sistem pencernaan anak bisa menyebabkan muntah.
2. Penyebab muntah yang perlu diwaspadai
Selain itu, ada beberapa kondisi yang dapat menjadi penyebab anak muntah terus dan merupakan tanda masalah serius, termasuk berikut ini.
- Infeksi bakteri serius. Infeksi seperti salmonella atau E. coli bisa menyebabkan muntah yang disertai dengan diare berdarah atau demam tinggi.
- Obstruksi usus. Kondisi serius di mana usus terhalang bisa menyebabkan muntah yang sering, perut kembung, dan nyeri perut hebat.
- Meningitis. Infeksi serius pada selaput otak dan sumsum tulang belakang bisa menyebabkan muntah yang disertai dengan demam tinggi, leher kaku, dan kejang.
- Apendisitis. Peradangan pada usus buntu yang bisa menyebabkan muntah yang disertai dengan nyeri perut hebat, terutama di sisi kanan bawah perut.
- Ketoasidosis diabetik. Ini terjadi ketika tubuh tidak memiliki cukup insulin untuk menggunakan glukosa. Salah satu gejalanya adalah muntah.
- Keracunan. Mengonsumsi zat beracun atau obat-obatan tertentu bisa menyebabkan muntah yang perlu penanganan medis segera.
- Anafilaksis. Reaksi alergi pada anak yang parah juga dapat menjadi penyebab muntah yang perlu diwaspadai.
Apa komplikasi akibat muntah pada anak?
Pada dasarnya, apa pun penyebab muntah pada anak, Anda perlu memastikan bahwa si Kecil tidak mengalami dehidrasi.
Pasalnya, dehidrasi adalah salah satu kondisi yang kerap terjadi saat si Kecil mengalami muntah.
Dehidrasi pada anak dapat berakibat fatal. Berikut ini adalah beberapa tanda si Kecil mengalami dehidrasi parah.
- Tidak buang air kecil.
- Mulut, lidah, dan bibir kering.
- Mata cekung.
- Lesu dan mudah tersinggung.
- Mengeluarkan sedikit air mata saat menangis.
Bila anak menunjukkan gejala dehidrasi seperti di atas, jangan ragu untuk membawanya ke rumah sakit guna mendapatkan perawatan yang tepat.
Bagaimana cara mengobati muntah pada anak?
Sebelum menentukan cara mengatasi muntah pada anak, sebenarnya orangtua perlu mengetahui terlebih dahulu penyebab yang mendasarinya.
Namun, berikut adalah beberapa cara yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi anak muntah terus.
1. Mengistirahatkan perut
Saat anak Anda muntah, hindari untuk langsung memberikannya makan dan minum. Beri jeda sekitar 30—60 menit setelah muntah, baru berikan air dan makanan lagi.
Ini penting untuk membuat perut istirahat dari kondisi kaget ketika semua makanan yang sudah dikonsumsi keluar lagi lewat mulut
2. Mengganti cairan tubuh
Muntah bisa membuat si Kecil mengalami dehidrasi, sehingga penting untuk mengganti cairan tubuh yang hilang.
Berikan anak air putih dalam jumlah sedikit tetapi sering, sekitar 15 menit sekali. Selain itu, Anda dapat memberikan larutan rehidrasi oral bila si Kecil mengalami muntah yang disertai dengan diare.
3. Ubah pola makan anak
Selama 24 jam pertama setelah muntah, sebaiknya hindari memberikan si Kecil makanan padat.
Sebaiknya berikan makanan ringan yang mudah dicerna, seperti roti tawar, biskuit, atau bubur, setelah muntah berhenti.
4. Obat-obatan
Bila muntah pada si Kecil disebabkan oleh mabuk perjalanan, Anda dapat menggunakan obat-obatan yang dijual bebas di apotek.
Namun bila muntah disebabkan oleh infeksi bakteri, dokter nantinya akan memberikan antibiotik untuk mengatasinya.
5. Pantau gejala
Amati apakah muntah disertai dengan gejala lain, seperti demam tinggi, dehidrasi, atau ketidakmampuan untuk minum cairan.
Bila gejalanya parah atau si Kecil mengalami muntah berkepanjangan, jangan ragu untuk membawanya ke dokter.
Oleh karena itu, bila muntah tidak juga membaik dalam beberapa jam hingga anak muntah saat tidur atau Anda memiliki kekhawatiran tertentu, segera konsultasikan kepada dokter untuk diagnosis dan perawatan lebih lanjut.
Bagaimana cara mencegah muntah pada anak?
Gastroenteritis adalah penyebab anak muntah yang paling umum. Penyakit ini sangat menular dan dapat dengan mudah menyebar di antara anak-anak.
Nah, untuk membantu menghentikan penyebaran gastroenteritis, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua, di antaranya berikut ini.
- Mencuci tangan secara teratur, terutama sebelum dan sesudah makan atau setelah dari toilet.
- Perhatikan kebersihan makanan.
- Menjauhkan si Kecil dari daycare atau sekolah sampai ia tidak muntah lagi selama 24 jam.
Selain itu, ada beberapa cara sederhana lain yang dapat menjadi langkah pencegahan muntah pada si Kecil, di antaranya berikut ini.
- Makan dengan porsi kecil tetapi sering.
- Hindari makanan yang berlemak, berminyak, dan terlalu pedas.
- Hindari aktivitas fisik yang berat setelah makan.
- Pastikan anak tidur yang cukup.
- Pastikan anak tetap terhidrasi.
Jika si Kecil sering muntah tanpa alasan yang jelas, sebaiknya konsultasikan kepada dokter untuk mengetahui penyebab dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Kesimpulan
- Muntah pada anak sebenarnya normal bila sesekali terjadi. Namun, muntah juga dapat menjadi gejala dari kondisi medis tertentu.
- Anak muntah bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, dari yang ringan seperti overfeeding atau refluks hingga yang serius seperti infeksi bakteri atau obstruksi usus.
- Penting bagi orangtua untuk memperhatikan gejala tambahan seperti demam, dehidrasi, atau gejala lain yang tidak biasa pada si Kecil yang muntah.
- Perawatan kondisi ini termasuk memberi anak istirahat makanan, mengganti cairan tubuh yang hilang, dan memantau gejala untuk menentukan apakah perlu konsultasi medis lebih lanjut.
[embed-health-tool-vaccination-tool]