Perkembangan kognitif sangat penting dalam tumbuh kembang anak. Pasalnya, keterampilan kognitif berpengaruh pada kemampuan anak untuk berpikir secara logis. Jika gangguan kognitif terjadi, kualitas hidup anak bisa menurun, bahkan hingga ia dewasa nanti. Agar lebih jelas, ketahui selengkapnya tentang gangguan kognitif pada anak di bawah ini.
Apa itu gangguan kognitif pada anak?
Gangguan kognitif anak adalah kondisi gangguan tumbuh kembang pada anak yang memengaruhi kemampuan berpikir, belajar, dan memproses informasi
Perkembangan kognitif sendiri melibatkan berbagai aspek, termasuk perhatian, ingatan, bahasa, pemecahan masalah, dan pemikiran logis.
Ini mencakup berbagai keterampilan yang memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya, berkomunikasi secara efektif, dan berfungsi secara mandiri dalam kehidupan sehari-hari.
Masalah kognitif pada anak di usia dini dapat berdampak pada berbagai aspek perkembangan anak, termasuk kemampuan akademis, bahasa, ingatan, perhatian, serta perencanaan dan pengambilan keputusan.
Penyebab gangguan kognitif pada anak bisa bervariasi, termasuk faktor genetik, komplikasi selama kehamilan atau kelahiran, paparan lingkungan, infeksi, trauma otak, atau kekurangan nutrisi.
Jenis gangguan kognitif pada anak
Beberapa contoh gangguan kognitif pada anak meliputi berikut ini.
1. Disleksia
Ini merupakan gangguan yang memengaruhi kemampuan anak untuk membaca, menulis, dan mengeja.
Anak dengan disleksia mungkin mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kata-kata yang dikenal atau mengenali huruf.
2. Disleksia matematis (diskalkulia)
Gangguan ini memengaruhi kemampuan anak dalam memahami konsep matematika dan mengerjakan soal matematika.
Anak mungkin kesulitan mengenali angka, menghitung, atau memahami simbol matematika.
3. Dispraksia
Ini merupakan gangguan perkembangan yang memengaruhi koordinasi motorik anak.
Dispraksia bisa memengaruhi kemampuan anak dalam melakukan tugas sehari-hari, seperti mengancingkan baju, menulis, atau menggunakan alat makan.
4. Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
Ini merupakan gangguan yang ditandai dengan kesulitan dalam memusatkan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.
Anak dengan ADHD mungkin mengalami kesulitan dalam mengikuti instruksi, duduk diam, atau menyelesaikan tugas.
5. Autisme
Kondisi spektrum ini memengaruhi kemampuan anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Anak dengan autisme mungkin memiliki kesulitan dalam memahami bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan norma sosial.
6. Gangguan belajar nonverbal
Ini merupakan kondisi yang memengaruhi kemampuan anak untuk memahami informasi nonverbal, seperti isyarat sosial atau kemampuan motorik kasar dan halus.
Anak mungkin mengalami kesulitan dalam memahami konteks sosial atau mengoordinasikan gerakan.
Gejala gangguan kognitif pada anak
Gejala gangguan kognitif pada anak dapat bervariasi tergantung pada jenis gangguan, tingkat keparahannya, dan usia anak.
Melansir dari laman cerebralpalsy.org, anak dapat dikatakan mengalami gangguan kognitif jika memiliki IQ kurang dari 70.
Namun, jika gangguan hanya terjadi pada fungsi otak tertentu, anak mungkin saja memiliki IQ di atas 70.
Selain dideteksi dari jumlah IQ, anak-anak dengan gangguan kognitif mungkin menunjukkan kesulitan dalam hal-hal berikut.
- Memahami dan menggunakan bahasa. Kesulitan dalam memahami kata-kata, kalimat, atau instruksi, serta dalam berbicara dan mengekspresikan diri.
- Mengingat informasi. Kesulitan dalam mengingat fakta, urutan kejadian, atau instruksi yang diberikan.
- Berpikir logis dan memecahkan masalah. Kesulitan dalam memahami hubungan sebab-akibat, membuat keputusan, atau menyelesaikan masalah sederhana.
- Perhatian dan konsentrasi. Kesulitan dalam memusatkan perhatian pada satu tugas atau tetap fokus untuk waktu yang lama.
- Pemahaman sosial. Kesulitan dalam memahami isyarat sosial, seperti bahasa tubuh, nada suara, atau aturan sosial yang tidak tertulis.
Penyebab gangguan kognitif pada anak
Penyebab gangguan kognitif pada anak bisa sangat beragam dan melibatkan berbagai faktor yang memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf.
Berikut adalah beberapa penyebab utama gangguan kognitif pada anak.
- Mutasi atau kelainan genetik, seperti sindrom Down, Fragile X syndrome, dan gangguan spektrum autisme.
- Riwayat keluarga yang memiliki gangguan kognitif.
- Kekurangan nutrisi penting pada ibu hamil, seperti asam folat.
- Infeksi selama kehamilan, seperti rubella, toksoplasmosis, atau Zika.
- Paparan zat berbahaya pada ibu saat hamil, seperti alkohol, obat-obatan terlarang, atau bahan kimia berbahaya.
- Bayi lahir prematur.
- Asfiksia neonatal (kurangnya suplai oksigen ke otak saat kelahiran).
- Cedera fisik pada kepala atau otak selama proses kelahiran.
- Paparan toksin pada anak-anak, seperti timbal atau merkuri.
- Kekurangan nutrisi penting pada masa kanak-kanak, seperti protein, vitamin, dan mineral.
- Infeksi otak, seperti meningitis atau ensefalitis.
- Penyakit kronis, seperti epilepsi, kelainan metabolik, atau penyakit genetik.
- Trauma kepala akibat kecelakaan atau kekerasan.
- Penganiayaan atau kekerasan pada anak-anak.
- Stres atau trauma emosional berkepanjangan pada masa kanak-kanak, seperti kehilangan orangtua, perceraian, atau pengabaian.
- Kurangnya stimulasi lingkungan, seperti kekurangan interaksi sosial atau permainan edukatif.
Pengobatan gangguan kognitif pada anak
Pengobatan gangguan kognitif pada anak tergantung pada jenis gangguan, tingkat keparahan, dan kebutuhan setiap anak tersebut.
Penanganan sering kali melibatkan beberapa jenis pengobatan yang mencakup terapi, intervensi pendidikan, dan dukungan keluarga.
Berikut adalah beberapa jenis terapi yang umum digunakan.
- Terapi wicara dan bahasa. Jenis terapi ini mencakup latihan untuk meningkatkan kemampuan berbicara, memahami instruksi, dan berkomunikasi dengan orang lain.
- Terapi okupasi. Jenis terapi okupasi melibatkan latihan koordinasi tangan dan mata, keterampilan motorik, dan tugas-tugas fungsional seperti menulis, mengancingkan baju, dan menggunakan peralatan makan untuk membantu anak menjalani aktivitas sehari-hari secara mandiri.
- Terapi perilaku dan kognitif (CBT) . Untuk mengubah pola pikir atau perilaku yang tidak efektif atau merusak menjadi lebih adaptif dan positif. Terapi ini dapat membantu anak mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, mengelola stres, dan mengubah pola pikir yang negatif.
- Terapi fisik. Untuk meningkatkan kekuatan, koordinasi, dan keterampilan motorik kasar, terutama bagi anak-anak dengan gangguan perkembangan motorik. Terapi ini berupa latihan dan aktivitas yang dirancang untuk memperbaiki keseimbangan, koordinasi, dan mobilitas fisik.
- Terapi sosial dan emosional. Terdapat beberapa jenis terapi, seperti terapi bermain, terapi kelompok, atau konseling individu untuk membantu anak memahami dan mengelola emosi serta berinteraksi dengan orang lain.
Selain dengan melakukan terapi, penanganan medis juga dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan di bawah pengawasan dokter untuk mengelola gejala yang terkait dengan gangguan kognitif, seperti ADHD, depresi, atau kecemasan.
Untuk mendukung pengobatan, metode pendidikan khusus dapat diterapkan dalam proses belajar anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Metode pendidikan ini bisa melibatkan program pendidikan individual (IEP), kelas pendidikan khusus, atau modifikasi kurikulum untuk memenuhi kebutuhan belajar anak.
Penanganan sedini mungkin sangat penting untuk membantu anak mencapai potensi maksimalnya dan mengurangi dampak gangguan pada kehidupan sehari-hari.
Penting untuk berkonsultasi kepada dokter atau spesialis perkembangan anak dalam menentukan rencana perawatan yang paling sesuai untuk kondisi anak.
Pencegahan gangguan kognitif pada anak
Pencegahan gangguan kognitif pada anak melibatkan langkah-langkah yang dapat diambil sebelum dan selama kehamilan serta selama masa perkembangan anak untuk meminimalkan risiko.
Berikut adalah beberapa strategi pencegahan yang penting selama masa kehamilan.
- Melakukan perawatan prenatal yang baik dengan mengonsumsi nutrisi seimbang, menghindari zat berbahaya, dan melakukan konsultasi rutin dengan dokter.
- Mencegah infeksi selama kehamilan dengan melakukan vaksinasi dan menjaga kebersihan yang baik.
- Melakukan perawatan selama kelahiran dengan memilih fasilitas medis yang tepercaya dan memantau proses persalinan.
Setelah kelahiran, pencegahan gangguan kognitif pada anak dapat dilakukan dengan langkah berikut ini.
- Memberikan nutrisi yang tepat dengan memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan dan diet seimbang yang kaya akan vitamin, mineral, dan asam lemak omega-3 yang penting untuk perkembangan otak.
- Memberikan stimulasi dini dan pendidikan awal dengan melibatkan anak dalam aktivitas yang merangsang perkembangan kognitif, seperti membaca, bermain, dan berinteraksi sosial.
- Mencegah cedera otak dengan menggunakan helm saat bersepeda atau bermain olahraga yang berisiko dan menggunakan sabuk pengaman dalam mobil.
- Mengelola stres dan trauma dengan menciptakan lingkungan keluarga yang aman, stabil, dan penuh kasih sayang.
- Mencegah paparan zat beracun dengan menjauhkan anak dari paparan zat-zat berbahaya seperti timbal, merkuri, dan pestisida.
- Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan memberikan imunisasi yang lengkap untuk membantu mencegah penyakit.
Selain itu, jika ada riwayat keluarga dengan gangguan kognitif atau ada tanda-tanda perkembangan yang tidak biasa, konsultasikan kepada dokter anak atau dokter anak subspesialis tumbuh kembang untuk mendapatkan saran dan penanganan lebih lanjut.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, risiko gangguan kognitif pada anak dapat diminimalkan, dan perkembangan optimal anak dapat didukung.
Kesimpulan
- Gangguan kognitif pada anak termasuk gangguan tumbuh kembang yang memengaruhi kemampuan dalam berpikir, belajar, dan memproses informasi.
- Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor yang memengaruhi perkembangan otak dan sistem saraf, seperti kelainan genetik, riwayat keluarga, kekurangan nutrisi, hingga gangguan kehamilan.
- Untuk mengatasi gangguan kognitif pada anak, beberapa jenis pengobatan mungkin perlu dilakukan, yang mencakup terapi, intervensi pendidikan, dan dukungan keluarga.
[embed-health-tool-vaccination-tool]