Labetalol umumnya digunakan untuk mengatasi hipertensi akut yang bersifat parah selama masa menyusui. Selain itu, obat ini dinilai bekerja lebih efektif apabila dibandingkan dengan methyldopa.
Adapun obat beta blocker lain, yaitu atenolol, tidak dianjurkan untuk ibu menyusui. Menurut Drugs.com, atenolol berpotensi memengaruhi kesehatan bayi, seperti mengalami bradikardia (penurunan detak jantung) atau hipotermia (penurunan suhu tubuh secara drastis).
3. Calcium channel blocker
Obat calcium channel blocker, seperti nifedipine dan verapamil sering pula diresepkan untuk membantu mengatasi tekanan darah tinggi pada ibu menyusui. Obat ini bekerja dengan cara merilekskan otot pada pembuluh darah, sehingga aliran darah pun jauh lebih lancar.
Efek samping yang mungkin dapat timbul dari konsumsi calcium channel blocker meliputi detak jantung tidak beraturan (takikardi atau palpitasi), edema perifer, sakit kepala, dan wajah memerah.
4. ACE inhibitor
Obat yang termasuk dalam ACE inhibitor dan digunakan untuk hipertensi pada ibu menyusui adalah captopril, enalapril, dan benazepril.
ACE inhibitor membantu meringankan gejala hipertensi dengan cara menghambat produksi senyawa angiotensin II. Senyawa tersebut dapat memicu penyempitan pembuluh darah pada penderita hipertensi.
Efek samping yang berpotensi muncul akibat obat ini adalah sakit kepala, mulut kering, kelelahan, penglihatan buram, tekanan darah rendah, serta berkeringat berlebih.
5. Diuretik
Penggunaan diuretik sebagai obat darah tinggi untuk ibu menyusui dinilai aman. Jenis obat diuretik yang umum diberikan pada ibu menyusui adalah hydrochlorothiazide.
Namun, hydrochlorothiazide diperkirakan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan diuresis, atau produksi air kencing pada ibu menyusui. Apabila ibu menyusui semakin sering buang air kecil, produksi air susu pun kemungkinan dapat berkurang.
Akan tetapi, sejauh ini hydrochlorothiazide tidak menyebabkan terjadinya kelainan atau masalah pada bayi yang meminum ASI. Selain hydrochlorothiazide, obat hipertensi diuretik spironolactone juga aman untuk dikonsumsi ibu menyusui.
Untuk tahu apakah memang aman minum obat darah tinggi saat menyusui, maka sebaiknya bicarakan hal ini pada dokter. Tanyakan juga waktu yang tepat untuk minum obat hipertensi tersebut, apakah ada ketentuan minum sebelum memberikan ASI atau sebaliknya.
Bagaimana jika bayi mengalami reaksi atau suatu gejala tertentu?

Meski obat dikonsumsi ibu menyusui cederung aman, tetapi Anda perlu mewaspadai reaksi yang mungkin terjadi pada bayi Anda. Beberapa reaksi tersebut, yaitu:
- Perubahan pola makan.
- Perubahan pola tidur.
- Rewel
- Masalah kulit tertentu, seperti ruam.
Bila ini terjadi pada bayi Anda, Anda tidak perlu panik. Gejala atau reaksi yang muncul pada bayi belum tentu berasal dari obat hipertensi yang Anda konsumsi. Namun, jika hal tersebut benar terjadi pada bayi Anda, Anda perlu segera periksakan si kecil ke dokter untuk ditangani lebih lanjut.
Selain minum obat hipertensi, ini yang juga perlu dilakukan ibu menyusui
Meski hipertensi bisa dikontrol melalui obat, ibu menyusui juga perlu menerapkan gaya hidup sehat. Hal ini dapat membantu menurunkan tekanan darah sekaligus melancarkan produksi ASI. Berikut beberapa hal yang perlu ibu menyusui lakukan:
- Konsumsi makanan yang sehat dan gizi seimbang, dengan tetap mengurangi asupan garam. Perbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian utuh untuk menjaga energi Anda selama menyusui.
- Minum air yang cukup, termasuk air putih, jus, dan susu agar tetap terhidrasi selama menyusui. Pilihlah susu tanpa lemak agar dapat membantu mengontrol tekanan darah.
- Kurangi minum alkohol dan kafein yang bisa meningkatkan tekanan darah sekaligus memberikan efek pada bayi Anda.
- Tidak merokok.
- Istirahat yang cukup.
- Mengurangi stres.
- Rutin olahraga yang ringan.