backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Berbagai Penyebab ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 17/02/2023

Berbagai Penyebab ASI Tidak Keluar Setelah Melahirkan

Setelah melahirkan, tugas ibu selanjutnya adalah menyusui si Kecil. Namun terkadang, masalah muncul saat menyusui. Meski tidak sering terjadi, tapi ada ibu yang mengeluhkan ASI tidak kunjung keluar selama beberapa hari setelah melahirkan. Sebenarnya, apa penyebab kondisi ini?

Kenapa ASI tidak keluar setelah melahirkan?

rhinitis pada bayi

Setiap ibu tentu ingin memberikan ASI eksklusif pada bayi dengan maksimal. ASI yang tidak dapat diproduksi setelah melahirkan sebenarnya terbilang normal dan bukan masalah.

Ada ibu yang bisa langsung menyusui bayinya sesaat usai melahirkan atau tepatnya ketika melakukan inisiasi menyusui dini (IMD).

Namun, ada juga ibu yang baru bisa menyusui bayinya setelah hari kedua sampai ketiga setelah melahirkan. Tak perlu khawatir, karena ini merupakan hal yang normal terjadi.

Hanya saja, yang menjadi masalah yakni jika ASI ibu tak kunjung tersedia sampai hari keempat atau lebih.

Bahkan, mungkin ASI ibu ada tetapi dalam jumlah yang sangat sedikit sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan bayinya.

Kelancaran produksi ASI dapat dipengaruhi oleh isapan bayi. Semakin sering bayi mengisap payudara ibu untuk mendapatkan ASI, akan semakin lancar juga ASI yang keluar.

Akan tetapi, jika ASI yang keluar sedikit sejak awal dan akhirnya ibu jarang memberikan ASI pada bayi, lama-kelamaan produksi ASI pun berhenti. Alhasil, ASI tak kunjung keluar dengan lancar.

ASI tidak keluar karena faktor kelahiran

Bebebrapa kondisi yang terjadi setelah melahirkan bisa menjadi penyebab ASI tidak kunjung keluar, di antaranya sebagai berikut.

1. Ibu stres

Stres atau mengalami persalinan traumatik bisa menyebabkan ASI akhirnya susah atau tak keluar sama sekali.

Secara tidak langsung, hal tersebut dapat memengaruhi hormon stres yang berdampak pada ASI pascamelahirkan.

Penyebabnya biasanya terjadi karena proses persalinan yang sangat lama atau dilakukan dengan operasi caesar.

2. Pemberian cairan infus selama persalinan

Penggunaan cairan intravena atau cairan infus selama proses persalinan bisa menjadi salah satu penyebab produksi ASI terganggu setelah melahirkan.

Cairan infus dapat memengaruhi payudara sehingga menyebabkan bengkak dan ASI tidak keluar sampai payudara kembali normal.

3. Kehilangan banyak darah setelah melahirkan

Kehilangan banyak darah, misalnya lebih dari 500 mililiter (ml) setelah melahirkan bisa membuat produksi ASI jadi terhambat.

Biasanya, kondisi ini terjadi karena ibu mengalami perdarahan setelah melahirkan. Hal ini bisa mengganggu kerja kelenjar hipofisis di otak yang mengontrol hormon laktasi untuk memproduksi ASI.

4. Masalah pada plasenta

Plasenta yang sulit keluar dari rahim (retensio plasenta) atau masalah apa saja pada plasenta setelah melahirkan dapat menunda produksi ASI.

Akibatnya ASI jadi lebih sulit keluar.

5. Obat selama melahirkan

Obat penghilang rasa sakit yang diberikan saat proses persalinan berisiko membuat ASI tidak keluar setelah melahirkan.

6. Kelahiran prematur

Melahirkan bayi prematur bisa menyebabkan terhentinya pertumbuhan jaringan payudara yang memproduksi ASI pada akhir kehamilan.

Kondisi ini mengakibatkan jaringan yang memproduksi ASI hanya sedikit saat kelahiran.

ASI tidak keluar karena faktor kesehatan ibu

Ibu yang mengalami masalah kesehatan tertentu dapat memengaruhi hormon yang berhubungan dengan produksi ASI. Ini yang kemudian menjadi penyebab ASI tidak keluar setelah melahirkan.

Beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi hormon dan membuat ASI terhambat setelah melahirkan adalah sebagai berikut.

1. Diabetes saat kehamilan atau diabetes gestasional

Kondisi ini dapat terjadi pada ibu saat hamil meski tidak memiliki penyakit diabetes sebelumnya.

2. Gestational ovarian theca lutein cysts

Kista ini berkembang saat kehamilan dan menyebabkan kadar hormon testosteron meningkat sehingga menekan produksi ASI setelah melahirkan.

3. Kelebihan berat badan atau obesitas

Ibu yang sudah memiliki kelebihan berat badan sebelum hamil berisiko untuk mengalami penurunan produksi ASI sehingga ASI yang tersedia hanya sedikit. Ini berhubungan dengan produksi prolaktin yang rendah.

4. Memiliki PCOS (polycystic ovarium syndrome)

PCOS pada ibu dapat memengaruhi kadar hormon di dalam tubuh yang kemudian menghambat pengeluaran ASI.

5. Obat-obatan yang diminum ibu

Beberapa obat dapat menyebabkan produksi ASI sedikit, seperti kontrasepsi hormonal.

Pasalnya, kontrasepsi hormonal mengandung hormon estrogen yang dapat berpengaruh terhadap produksi ASI.

ASI tidak keluar karena faktor payudara ibu

Masalah pada payudara ibu dapat membuat produksi ASI sedikit maupun ASI tidak bisa keluar dengan lancar setelah melahirkan.

Beberapa masalah payudara ibu yang mempengaruhi produksi ASI tidak lancar setelah melahirkan yakni sebagai berikut.

1. Payudara belum berkembang sempurna

Ini bisa disebabkan karena hipoplasia atau jaringan kelenjar susu yang tidak cukup.

2. Pernah menjalani operasi atau mengalami cedera pada payudara

Riwayat menjalani operasi atau pernah ada cedera pada payudara bisa membuat jaringan serta saraf payudara mengalami kerusakan sehingga berpengaruh pada produksi ASI.

3. Bentuk puting payudara yang tidak biasa

Tidak semua wanita memiliki kondisi puting yang normal atau menonjol keluar. Ada beberapa wanita yang memiliki bentuk puting tidak biasa seperti puting payudara datar atau masuk ke dalam.

ASI tidak keluar karena faktor tidak ada inisiasi menyusui dini

inisiasi menyusui dini imd adalah, asi tidak keluar

Inisiasi menyusui dini atau IMD idealnya dilakukan sesaat setelah bayi dilahirkan.

Sayangnya, terkadang ada kondisi medis tertentu saat melahirkan yang tidak memungkinan bagi ibu dan bayi untuk melakukan inisiasi menyusui dini.

Memisahkan ibu dan bayi setelah kelahiran alias tidak melakukan IMD ternyata dapat berpengaruh pada produksi ASI. Akibatnya, ASI ibu tidak bisa diproduksi setelah melahirkan.

Secara tidak langsung, ini berkaitan dengan cadangan ASI pada payudara yang lebih banyak dan melimpah. Jika ibu jarang menyusui atau memompa ASI di masa awal menyusui, kemungkinan besar produksi ASI akan terhambat.

Perlu diingat, semakin sering ASI dikeluarkan akan semakin lancar juga produksinya.

Apakah ASI tidak keluar setelah melahirkan sering terjadi?

Menurut Breastfeeding Support, kondisi ASI tidak keluar sama sekali setelah melahirkan termasuk jarang terjadi.

Ini karena kolostrum atau cairan ASI pertama biasanya akan otomatis muncul saat bayi Anda lahir.

Hanya karena ASI Anda tampak tidak keluar setelah melahirkan, bukan berarti pada akhirnya Anda tidak akan memiliki persediaan ASI sama sekali atau suplai susu Anda rendah.

Akan tetapi, ini bisa menjadi salah satu faktor risiko tinggi sampai akhirnya ASI tidak tampak keluar setelah melahirkan.

Jika ASI tidak kunjung keluar di hari ketiga atau lebih, berat badan bayi Anda bisa mulai menurun.

Produksi ASI yang tidak keluar dapat menyebabkan terhambatnya perkembangan fisik dan mental bayi.

Bayi Anda juga dapat mengalami dehidrasi atau penyakit kuning karena ASI tidak keluar. Anda mungkin memerhatikan bahwa mekonium (feses pertama) bayi tidak berubah warna.

Apa yang harus dilakukan jika ASI tidak kunjung keluar?

afirmasi positif ibu hamil dan melahirkan

Sebenarnya, selama kolostrum atau cairan ASI pertama yang berwarna kekuningan sudah keluar, Anda tidak perlu cemas.

Pasalnya, meski jumlah kolostrum ini tidak begitu banyak, tapi biasanya kolostrum masih cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi selama beberapa hari pasca kelahiran.

Beberapa minuman dan makanan untuk ibu menyusui juga dipercaya dapat membantu meningkatkan produksi ASI. Anda bisa rutin mengonsumsi makanan dan minuman tersebut untuk memancing produksi ASI.

Ada beberapa cara jitu untuk melancarkan produksinya jika ASI dari payudara tidak kunjung keluar, yaitu sebagai berikut.

1. Kontak kulit ibu dan bayi

Kontak antar kulit dengan ibu dan anak sebenarnya sangat membantu untuk merangsang oksitosin dan prolaktin, yakni hormon yang terlibat dalam produksi ASI.

Anda dapat mendekap bayi Anda agar langsung bersentuhan kulit dan menawarkan payudara Anda mengikuti seberapa sering keinginan bayi Anda untuk makan di hari-hari awal.

Teknik ini memudahkan bayi Anda untuk mendapatkan banyak kolostrum sekaligus juga menghindari Anda dari mastitis dan puting lecet.

Dengan begitu, kontak kulit antara Anda dan bayi dapat membantu merangsang ASI.

2. Pijat payudara

Pijat payudara bisa membantu memperlancar peredaran darah dan produksi ASI pada ibu menyusui.

Salah satu alasan kenapa ASI tak kunjung keluar setelah melahirkan mungkin disebabkan oleh saluran susu yang kurang berfungsi baik.

Lewat pijat payudara atau pijat laktasi, kelenjar susu yang mungkin tersumbat atau menggumpal akan pelan-pelan terurai. ASI pun bisa mengalir dengan lancar.

Jika produksi ASI pertama Anda lancar, payudara akan “termotivasi” untuk menghasilkan lebih banyak lagi. Memijat payudara juga membantu Anda supaya merasa lebih rileks dan nyaman.

Selain itu, pijatan pada payudara dapat membuat pikiran lebih tenang dan Anda bisa beristirahat dengan baik. Anda pun dapat terhindar dari masalah karena stres atau kurang tidur.

3. Rutin menyusui dan memompa ASI

Melansir dari La Leche League USA, usahakan untuk selalu rutin menyusui bayi setiap 2—3 jam sekali atau setidaknya memerah menggunakan pompa ASI.

Dengan begitu, payudara tetap mendapat rangsangan untuk terus berusaha memproduksi ASI. Menyusui dengan posisi yang tepat tentu akan semakin mempermudah proses keluarnya ASI.

Kesimpulan

Semakin sering bayi menyusu, akan semakin banyak juga produksi ASI pada payudara. Jika berbagai cara sudah dilakukan tapi belum kunjung membuahkan hasil yang optimal, coba konsultasikan dengan dokter Anda.

Dokter dapat mencari tahu penyebab ASI tak keluar setelah melahirkan dan membantu menemukan solusi yang tepat sesuai dengan kondisi Anda.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 17/02/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan