Jika kondisi ini tidak kunjung membaik, bahkan masih terus ada hingga trimester ketiga, dokter umumnya menyarankan Anda untuk menjalani operasi caesar.
2. Solusio plasenta
Solusio plasenta atau abrupsi plasenta terjadi ketika plasenta lepas (luruh) dari dinding rahim sebelum persalinan.
Gangguan plasenta pada ibu hamil ini berisiko menyebabkan janin tidak mendapatkan aliran nutrisi dan oksigen yang seharusnya karena sudah terputus.
Pendarahan vagina, kontraksi, sakit perut, serta kelainan detak jantung janin adalah tanda-tanda dari solusio plasenta.
Kondisi ini perlu diwaspadai di trimester ketiga kehamilan. Namun, solusio plasenta bisa terjadi kapan saja, khususnya setelah usia kehamilan 20 minggu.
Jika ibu hamil mengalami solusio plasenta, kemungkinan besar akan terjadi persalinan prematur.
3. Plasenta akreta
Kebalikan dari solusio plasenta, plasenta akreta adalah kondisi saat plasenta melekat terlalu erat di dinding rahim.
Kelainan plasenta ini terjadi karena pembuluh darah dan bagian lain dari plasenta berkembang atau tumbuh terlalu dalam pada rahim.
Dokter spesialis kebidanan dan kandungan (Obgyn) dapat mendiagnosis kondisi ini melalui pemeriksaan USG.
Seperti jenis gangguan plasenta lainnya, plasenta akreta juga berisiko membahayakan ibu hamil dan janinnya.
Kondisi ini dapat menyebabkan persalinan prematur, perdarahan hebat, bahkan berakibat fatal bila tidak segera ditangani.
4. Retensi plasenta
Saat proses persalinan, idealnya plasenta sudah harus keluar dari rahim tidak lama setelah bayi lahir.
Akan tetapi, pada kondisi tertentu, plasenta mungkin saja tertahan di dalam rahim sehingga tidak bisa keluar. Ini disebut dengan retensi atau retensio plasenta.
Penyebab retensio plasenta bisa disebabkan beberapa hal, entah karena masih menempel di dinding rahim atau terjebak di belakang rahim yang sudah tertutup sebagian.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar