Kecerdasan emosional adalah keterampilan yang mencakup banyak hal, termasuk bahagia, sedih, empati, hingga harapan. Proses pembentukan kecerdasan emosional umumnya berawal dari pola pengasuhan bayi sampai ia berkembang menjadi anak-anak dan akhirnya dewasa.
Oleh karena itu, sebaiknya pahami tahap demi tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi dan cara tepat untuk melatihnya.
Apa itu kecerdasan emosional pada bayi?
Kecerdasan emosional akan membuat seseorang mampu mengidentifikasi dan mengelola emosi diri sendiri dan orang lain.
Jadi bukan hanya pada diri sendiri, kecerdasan emosional yang tertanam di dalam diri juga dapat diterapkan pada orang lain.
Sejak bayi dilahirkan, proses pembentukan kecerdasan emosional bayi sebenarnya telah mulai berjalan sesuai dengan cara mereka dididik dan diperlakukan.
Sejatinya, emotional intelligence adalah kemampuan yang dapat terbentuk dari interaksi berbagai sumber.
Ini mulai dari orangtua, saudara, kerabat, pengasuh, serta orang-orang yang terlibat dan berinteraksi langsung dengan bayi.
Berbekal kecerdasan emosional yang baik akan membentuk standar perilaku yang baik pula untuk perkembangan bayi sampai ia dewasa.
Tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi
Seiring bertambahnya usia dan pertumbuhan bayi, kecerdasan emosional bayi juga akan semakin berkembang.
Sebagai gambaran, berikut tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi berdasarkan grafik pertumbuhan Denver II.
1. Usia 0—3 bulan
Pada tahap perkembangan emosi di masa ini, bayi Anda sedang belajar menunjukkan dua emosi dasar, yaitu kesal dan senang.
Oleh karena gerak fisiknya masih terbatas, ia menunjukkan emosinya tersebut hanya pada saat-saat tertentu.
Misalnya saat si Kecil lapar, ia akan menunjukkan emosinya dengan merengek atau menangis.
Bayi baru lahir sebenarnya telah dianugerahi kecerdasan emosional berupa mampu mengenali wajah orang-orang di sekitarnya.
Menginjak usia bayi 1 bulan 1 minggu, buah hati Anda mulai fasih tersenyum saat ada yang mengajaknya berkomunikasi.
Sekitar seminggu kemudian, yaitu usia bayi 1 bulan 2 minggu, Anda akan melihatnya mampu tersenyum secara tiba-tiba. Hal itu mungkin terlihat saat bayi sedang memperhatikan sesuatu yang menarik baginya.
Memasuki perkembangan usia bayi 2 bulan, bayi mulai lebih sering melihat benda-benda yang ada di sekitarnya. Di sinilah si Kecil akan mulai merespons senyuman yang Anda berikan dengan senyuman pertamanya.
Saat bayi senang, respons yang diberikan nyatanya tidak hanya sekadar senyuman.
Tanda-tanda si Kecil sedang senang juga ditunjukkan dengan gerakan fisik lainnya yaitu membuka tangan lebar-lebar dan menggoyang-goyangkan kakinya.
Anda bisa melatih perkembangan emosi bayi pada usia 3 bulan pertamanya dengan sering-sering mengajaknya bicara.
Lihat respons si Kecil, biasanya ia akan membuka mulut dan matanya lebar-lebar. Anda akan melihat wajahnya yang menggemaskan saat ia mulai mengoceh minta diperhatikan.
2. Usia 4—6 bulan
Mulai usia perkembangan bayi 4 bulan, si Kecil mulai belajar untuk bermain dengan mainannya sendiri. Sistem saraf bayi akan jadi semakin matang.
Si Kecil mulai bisa merespons balik hal-hal yang membuatnya senang atau kesal. Contohnya, bayi mulai bisa tertawa saat digelitik atau menangis kalau sudah merasa tidak nyaman.
Namun, ia baru benar-benar bisa melakukannya dengan baik saat usia bayi 5 bulan 1 minggu.
Lalu genap pada usia perkembangan bayi 6 bulan, Anda dapat membiarkan bayi belajar makan untuk melatih perkembangan motorik sekaligus disiplin duduk di atas kursi makan miliknya.
Di fase ini pula ia mulai tahu kalau orang yang paling dekat dan bisa membuatnya aman adalah kedua orangtuanya.
Begitu ada orang lain yang mulai mendekati bayi Anda, biasanya si Kecil akan merasa tidak nyaman dan langsung mencari perlindungan orangtuanya.
3. Usia 7—11 bulan
Pada fase ini, tahap kecerdasan emosional bayi mulai pesat. Kini ia tak hanya kenal emosi senang, kesal, atau marah, tetapi juga rasa malu dan takut.
Setelah berusia lebih dari 6 bulan, tahap perkembangan emosional bayi yang akan ia pelajari yakni melambaikan tangan. Hal ini biasanya mulai dilakukan pada usia bayi 7 bulan 3 minggu.
Baru kemudian pada usia bayi 9 bulan 1 minggu, si Kecil sudah terlihat mampu melambaikan tangan dengan luwes.
Dikutip dari Pregnancy Birth & Baby, rasa cemas merupakan salah satu pencapaian penting bagi tahap perkembangan emosi bayi Anda.
Jadi, jangan heran kalau si Kecil jadi semakin manja menjelang ulang tahun pertamanya.
Masih pada usia yang sama pula, si Kecil tampak mulai dapat menunjukkan keinginannya terhadap sesuatu meski masih perlu belajar lagi.
Menginjak usia perkembangan bayi 11 bulan, si Kecil sedang dalam prosesnya untuk menirukan aktivitas yang ia lihat.
Akan tetapi, hal ini belum mampu dilakukannya dengan fasih. Berjalan ke usia bayi 11 bulan 1 minggu, Anda akan melihat bayi telah lebih lancar mengutarakan keinginannya.
Entah itu dengan menangis atau mengoceh “ooh”, “aah”, “ba-ba”, dan lain sebagainya.
Pentingnya mengasah kecerdasan emosional bayi
- Mengasah kecerdasan emosional bayi sangat penting karena memberikan dasar yang kuat untuk perkembangan kesejahteraan emosional dan sosial anak ke depannya.
- Kecerdasan emosional melibatkan pemahaman, pengelolaan, dan pengungkapan emosi, serta kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secara emosional.
- Orangtua dan pengasuh memiliki peran penting dalam membantu mengasah kecerdasan emosional bayi melalui perhatian, dukungan, dan interaksi yang positif.
Bagaimana cara mengasah kecerdasan emosional bayi?
Kecerdasan emosional atau emotional intelligence adalah salah satu kemampuan bayi yang bisa dibentuk.
Agar tumbuh kembang bayi senantiasa optimal, Anda dapat membantu melatih kecerdasan emosional dirinya sedari kecil.
Cara melatih kecerdasan emosional atau emotional intelligence pada bayi adalah sebagai berikut.
1. Berikan senyum dan sentuhan lembut
Usia bayi 3 bulan pertama merupakan waktu bagi si Kecil untuk belajar merasa aman, nyaman, dan ingin tahu dengan dunia di sekitarnya.
Ketika memberikan senyuman dan sentuhan yang penuh kasih sayang, ia akan merasa senantiasa nyaman, aman, dan bahagia.
Hal ini dapat menumbuhkan kepercayaan dirinya sekaligus berperan sebagai tahap perkembangan kecerdasan emosi bayi.
2. Rangsang bayi untuk belajar mengekspresikan keinginan
Selama masih belum dapat berbicara, bayi akan selalu mengandalkan kemampuan menangis, mengoceh sendiri, menunjukkan ekspresi wajah, hingga memperlihatkan gerakan tubuh.
Hal tersebut dilakukannya untuk memberi tahu orang-orang di sekitarnya bahwa ia membutuhkan dan menginginkan sesuatu.
Berbeda saat dalam fase bayi baru lahir, kini ia akan menguap saat mengantuk, memalingkan wajah saat merasa tidak ingin bermain, dan lainnya.
Untuk melatih perkembangan kecerdasan emosional bayi sekaligus bentuk perhatian, Anda bisa mengajaknya bicara seperti, “Ngantuk ya, sayang? Yuk, kita bobo saja.”
3. Tunjukkan bahasa tubuh
Selain dengan mengajaknya berbicara, Anda bisa membentuk kecerdasan emosional bayi dengan melakukan bahasa tubuh. Ambil contohnya saat Anda ingin memeluk bayi, coba rentangkan kedua tangan Anda lebar-lebar.
Gerakan ini membuat bayi memahami bahwa merentangkan kedua tangan merupakan pertanda saat Anda ingin menggendong bayi dan kemudian memeluknya dengan lembut.
Hal yang perlu Anda ingat, emotional intelligence adalah kemampuan sejak kecil yang bisa dilatih dengan berbagai cara. Oleh karena itu, Anda juga bisa melontarkan senyum setiap kali bercanda dan mengajaknya bicara.
Saat bayi melihat Anda melakukannya, hal ini akan membantu memicu bayi untuk tersenyum juga.
4. Lakukan kegiatan tertentu secara rutin
Aktivitas yang dilakukan secara rutin dapat membantu melatih tahap perkembangan kecerdasan emosional bayi, karena ia akan memahami hal yang perlu dilakukan pada waktu-waktu tertentu.
Sebagai contoh, biasakan untuk mematikan lampu kamar saat memasuki waktu tidur bayi. Cara ini dapat membuat bayi mengerti bahwa ini merupakan saat yang tepat untuk beristirahat dan tidur.
5. Dukung bayi menjelajah sekitarnya
Sedari kecil, anak-anak sudah senang mengamati serta tertarik pada banyak hal. Ia merasa sangat bersemangat untuk melihat dan mencoba berbagai hal-hal baru.
Jadi, biarkan ia melakukan keinginannya dan tetap awasi pergerakannya.
Jika Anda melihat bayi menyusun mainan balok yang tinggi tiba-tiba rubuh, dukung dia dengan kalimat positif.
Meski kadang merasa kesal, tapi biasanya ia tetap tidak menyerah dan kehilangan semangat untuk mencoba melakukannya lagi dan lagi.
6. Biarkan ia mengulangi suatu hal berkali-kali
Bagi bayi, proses pembelajaran bisa berlangsung kapan saja, termasuk ketika sedang bermain. Hal ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan perkembangan kognitif bayi.
Oleh karena itu, saat bermain atau melakukan sesuatu kemudian Anda melihatnya melakukan hal yang sama berulang kali, biarkan ia terus mengulangi untuk memuaskan rasa penasaran dan ingin tahunya.
Salah satu contoh melatih kecerdasan emosional bayi, ketika ia mencoba menggelindingkan bola saat bermain, tapi ia belum berhasil menggelindingkan bola dengan jarak yang jauh.
Si Kecil mungkin akan terus melakukan hal yang sama hanya untuk melihat seberapa jauh ia berhasil menggelindingkan bola. Setelah berhasil melakukannya dengan baik, baru ia akan merasa puas.
7. Sampaikan pada bayi saat Anda akan melakukan aktivitas bersama
Beberapa kali mungkin Anda akan menemukan si Kecil tampak berguling menjauhi Anda atau bercanda saat hendak mengganti popoknya.
Meski kadang merasa sedikit kesal, sebenarnya ia tidak sedang ingin memancing amarah Anda.
Hal ini adalah cara bayi untuk belajar melatih kemampuan kecerdasan emosional dalam dirinya.
Tertawa dan bercanda saat hendak mengganti popok, memandikan, atau memakaikan bayi baju juga merupakan upaya bayi untuk memberi tahu Anda mengenai perasaannya.
Cobalah untuk menyampaikan pada si Kecil saat Anda hendak mengganti popoknya dengan berkata, “Kita ganti popok kakak ya. Nanti kalau udah selesai, kakak boleh main lagi.”
Walaupun belum benar-benar mengerti, setidaknya komunikasi yang Anda sampaikan seolah memberikan “kode” pada si Kecil.
[embed-health-tool-vaccination-tool]