Saat anak susah fokus dalam belajar, mungkin Anda menganggapnya malas. Padahal, bisa saja anak memang sedang tidak ingin belajar, bosan, atau mengalami kondisi seperti gangguan belajar. Ada baiknya, redam kekesalan Anda saat melihat anak susah fokus dan pahami penyebab serta cara mengatasinya.
Penyebab anak tidak fokus saat belajar
Kurang konsentrasi atau susah fokus merupakan kondisi yang kerap dialami oleh anak, apalagi saat sedang di kelas atau belajar di rumah secara daring (online).
Ada teman yang tertawa, mengetuk-ngetuk meja pakai pensil, atau sesederhana embusan angin yang lewat dari jendela kamar.
Hal-hal tersebut cukup untuk memicu anak kehilangan konsentrasi jika ia pada dasarnya sedang sulit untuk fokus.
Anda perlu memahami, berikut beberapa faktor yang menjadi penyebab anak kurang fokus saat sedang belajar.
1. Merasa cemas
Mengutip dari Child Mind Institute, rasa cemas yang anak rasakan bisa menjadi penyebab mereka sulit berkonsentrasi saat belajar.
Rasa cemas pada anak ini meliputi takut membuat kesalahan atau mempermalukan diri sendiri saat guru memanggilnya.
Terkadang rasa cemas itu menyebabkan anak membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan tugas demi mendapat hasil maksimal dengan cara yang menurutnya benar.
Sama halnya ketika anak hanya mengerjakan sebagian tugas sekolah, ia cemas kalau hasilnya tidak cukup baik. Selanjutnya, ia mungkin memilih untuk meninggalkan tugas tersebut.
Tahukah Anda?
2. Masih adaptasi dengan lingkungan
Masa-masa adaptasi dengan lingkungan baru juga bisa membuat si Kecil susah fokus saat belajar.
Bukan hanya untuk anak yang baru pindah sekolah, kondisi ini juga bisa terjadi setelah libur panjang.
Anak akan lebih sulit konsentrasi terhadap materi pelajaran karena terbayang-bayang aktivitas menyenangkan selama sekolah.
3. Tidak mengerti materi
Tantangan belajar online saat pandemi adalah anak tidak leluasa bertanya pada guru saat ada materi yang tidak ia mengerti.
Jika saat belajar langsung di sekolah si Kecil bisa tinggal menghampiri ke meja guru, ketika belajar daring ia harus melalui perantara gadget yang kadang terasa lebih menyulitkan.
Saat anak tidak mengerti materi, ia akan lebih susah fokus dan cenderung tidak bersemangat saat belajar.
4. Gangguan obsesif kompulsif (OCD)
Obsessive compulsive disorder (OCD) adalah jenis gangguan kecemasan yang membuat penderitanya memiliki pikiran tidak terkendali.
Kondisi ini bisa mulai terlihat saat anak usia sekolah dasar. Saat pikiran obsesif tidak terkendali, anak merasa perlu melakukan ritual yang berulang.
Ambil contoh, anak yang memiliki OCD akan susah fokus saat belajar karena memiliki obsesi untuk memperbaiki sesuatu seperti menarik meja agar sejajar.
Terkadang, anak dengan kondisi OCD merasa malu dengan kebiasaannya tersebut.
5. Merasa stres atau ada trauma
Anak-anak yang kurang perhatian atau memiliki pengalaman buruk saat belajar juga bisa mengalami stres sampai trauma.
Khususnya untuk anak-anak yang melihat atau mendapatkan kekerasan fisik dan verbal bisa membuatnya sangat susah fokus saat belajar.
Pada kondisi yang parah, anak bisa mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma.
Gejala PTSD adalah sulit konsentrasi, terkejut, dan waspada berlebihan. Kondisi tersebut membuat anak lebih mudah gelisah dengan lingkungan sekitar.
6. Gangguan belajar
Bila anak susah fokus saat membaca dan mata melihat kemana-mana, ini bisa menjadi tanda gangguan belajar.
Misalnya, anak-anak dengan kondisi disleksia yang tidak terdeteksi mungkin merasa malu, gelisah, sampai stres karena tidak bisa melakukan hal yang sama seperti teman-temannya.
Anak yang memiliki masalah dengan penyerapan dan pemrosesan pelajaran terkadang sulit terdeteksi kalau tidak ada skrining atau pemeriksaan terlebih dahulu.
Mungkin sebenarnya anak mendengarkan dan menyimak, tetapi sikapnya terlihat seperti yang tidak fokus dan malas saat belajar.
7. Kurang tidur
Kurang tidur juga bisa menjadi penyebab anak kurang fokus. Saat anak kurang tidur, ia akan lebih kesulitan untuk fokus, termasuk saat belajar.
Berdasarkan Australian Government Guidelines, anak usia 5—13 tahun idealnya harus tidur selama 9—11 jam tanpa diganggu.
Selain sulit konsentrasi, anak yang kurang tidur juga akan lebih mudah marah dan merasa terganggu.
Akibatnya, anak bisa mengalami penurunan kemampuan saat belajar.
Cara mencari tahu penyebab anak susah fokus
Jika anak Anda menunjukkan tanda-tanda kesulitan fokus, sebaiknya konsultasikan kepada dokter anak, psikolog, atau psikiater.
Hal ini diperlukan agar si Kecil mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut guna menentukan diagnosis yang tepat.
Diagnosis anak yang mengalami susah fokus biasanya melibatkan beberapa langkah yang umumnya meliputi berikut ini.
1. Pemeriksaan oleh dokter anak
Dokter akan memulai dengan memeriksa riwayat kesehatan anak secara menyeluruh, termasuk pertanyaan tentang perkembangan fisik, emosi, dan sosial.
Kemudian, pemeriksaan fisik dilakukan untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi medis yang mendasari, seperti gangguan penglihatan atau pendengaran, yang bisa memengaruhi kemampuan fokus anak.
2. Pengisian kuesioner atau tes evaluasi
Orangtua dan guru biasanya diminta mengisi kuesioner yang dirancang untuk menilai perilaku dan perhatian anak di rumah dan di sekolah.
Salah satu kuesioner yang sering digunakan adalah Conners’ rating scales atau child behavior checklist (CBCL).
3. Tes Neuropsikologis
Jika diperlukan, psikolog atau ahli neuropsikologi akan melakukan tes untuk menilai fungsi kognitif, termasuk perhatian, memori, dan fungsi eksekutif.
Salah satu tes yang digunakan adalah continuous performance test (CPT).
4. Pengamatan langsung
Tenaga medis dapat melakukan observasi langsung terhadap anak yang kurang fokus dalam situasi tertentu (misalnya saat bermain atau belajar) untuk melihat bagaimana anak bereaksi dan berinteraksi dengan lingkungannya.
Bila perlu, minta para guru juga memberikan pendapat tentang perilaku anak di sekolah. Ini penting karena kesulitan fokus bisa lebih terlihat dalam lingkungan belajar formal.