backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

7 Kesalahan Minum Obat yang Sering Dilakukan Orangtua pada Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/11/2023

    7 Kesalahan Minum Obat yang Sering Dilakukan Orangtua pada Anak

    Saat anak sakit, orangtua pasti khawatir dan mencari pengobatan yang sesuai untuk memulihkan kesehatan sang anak. Walaupun diobati, ternyata ada beberapa kesalahan minum obat yang kerap orangtua lakukan pada anak.

    Bukannya menyembuhkan, bisa jadi kondisi kesehatan anak malah semakin memburuk. Apa saja kesalahan minum obat yang sering dilakukan orangtua pada anak? Cari tahu jawabannya pada ulasan berikut.

    Kesalahan minum obat yang dilakukan orangtua pada anak

    Para ahli mengatakan bahwa banyak orangtua yang tidak sengaja melakukan kesalahan pada anaknya saat minum obat.

    Kesalahan minum obat yang dilakukan orangtua tersebut sayangnya dapat menyebabkan penyakit berkepanjangan serta efek samping obat yang berpotensi serius, terutama pada bayi dan balita.

    Ini karena metabolisme anak-anak masih belum matang dan sempurna, sehingga lebih rentan berisiko terhadap kesalahan pengobatan.

    Perlu diketahui!

    Dilansir dari The Absentee Shawnee Tribal Health System, setiap tahun diperkirakan sebanyak 500.000 anak-anak di bawah usia 5 tahun mengalami keracunan obat. Bahkan, ada lebih 60.000 anak-anak yang harus dirawat di unit gawat darurat (UGD) akibat kesalahan minum obat yang tidak sengaja dilakukan orangtua.

    Berikut kesalahan minum obat yang kerap dilakukan orangtua pada anak dan cara menghindarinya. 

    1. Memberi obat secara berlebihan

    Saat anak mengalami pilek, Anda pasti merasa tidak tega melihatnya terus-menerus tersiksa akibat hidungnya tersumbat.

    Apalagi jika si Kecil juga mengalami demam. Mungkin Anda akan membeli obat pilek dan obat penurun demam di toko untuk menyembuhkannya.

    Namun, perlu Anda ketahui bahwa banyak obat pilek di pasaran yang sebenarnya mengandung bahan yang sama dengan obat penurun demam, yaitu acetaminophen (paracetamol).

    Jika anak mengonsumsi obat pilek tersebut sekaligus dengan obat penurun panas anak, maka ia telah minum dua dosis acetaminophen.

    Jadi saat demam sudah mereda, sebaiknya hentikan penggunaan obat. Ini memberi kesempatan pada tubuh untuk memperkuat sistem kekebalan tubuhnya dalam melawan infeksi.

    Sebaiknya, gunakan kompres penurun demam dengan menggunakan air hangat suam-suam kuku di daerah ketiaknya.

    2. Tidak memperhatikan waktu pemberian obat

    Selain jumlah atau dosis obat, Anda juga harus memperhatikan jarak dan jangka waktu pemberian obat.

    Penting bagi orangtua untuk mengikuti anjuran jarak waktu minum obat sesuai arahan dari dokter atau apoteker agar terhindar dari kesalahan.

    Misalnya, jika obat harus diberikan setiap 4 jam sekali, maka ikuti aturan tersebut secara rutin. Jangan lupa apalagi sampai terlewat jauh dari yang dianjurkan.

    Tidak dianjurkan juga untuk memberikan obat lebih awal dari jeda waktu yang disarankan. Tidak diperkenankan untuk memberikan obat lebih dari dosis jika gejalanya tidak membaik.

    Selain itu, perhatikan juga jangka waktu pemberian obat. Beberapa jenis obat harus terus digunakan meskipun gejala sudah mereda atau hilang, misalnya antibiotik.

    Obat antibiotik berfungsi membunuh bakteri di dalam tubuh. Oleh karena itu, obat ini harus digunakan sesuai dosis yang diperlukan untuk membunuh bakteri tersebut.

    Jika tidak, infeksi bisa mengalami kekambuhan atau bahkan menyebabkan bakteri kebal (resisten) terhadap antibiotik yang dikonsumsi.

    3. Menggunakan obat alami tanpa izin dokter

    Agar si Kecil cepat sembuh, orangtua kerap kali memberikan beberapa obat alami untuk anak, meski sudah mendapat pengobatan medis dari dokter.

    Padahal, ini juga merupakan kesalahan minum obat yang kerap dilakukan orangtua. Pasalnya, obat alami dan obat resep dokter memiliki proses yang berbeda dalam tubuh.

    Kemungkinan fungsi keduanya saling bertolak belakang pada kondisi tertentu sehingga menyebabkan reaksi yang membahayakan pada tubuh.

    Jadi, sebaiknya Anda tidak memberikan obat alami bersamaan dengan obat resep dokter kepa anak, apalagi tanpa sepengetahuan dokter.

    4. Memberikan antibiotik pada kondisi yang tidak sesuai

    Mungkin terpikir oleh Anda bahwa antibiotik bisa membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh anak dan membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi pada anak.

    Namun, tidak semua penyakit disebabkan oleh bakteri. Pada penyakit yang tidak disebabkan oleh bakteri, penggunaan obat antibiotik justru tidak tepat.

    Selain itu, memberikan antibiotik tanpa saran dokter dan digunakan dalam jangka panjang bisa membuat bakteri menjadi resisten terhadap pengobatan.

    Sebaiknya, tanyakan kembali kepada dokter apakah anak memerlukan antibiotik atau tidak. Sebagian besar antibiotik tidak digunakan ketika keadaan anak sudah semakin membaik.

    5. Tidak menggunakan sendok obat yang disediakan

    Sering kali orangtua tidak memperhatikan atau mengabaikan sendok yang disediakan di dalam kemasan obat sirup. Ini bisa menyebabkan obat sirup yang diminum tidak sesuai dengan dosis.

    Pada kemasan obat, akan disediakan sendok takar atau cangkir bening dengan takaran milimeter yang ukurannya telah disesuaikan dengan dosis, maka gunakanlah sendok tersebut.

    Jangan tuangkan sirup dengan sendok makan atau sendok teh yang ukurannya jelas berbeda dan tidak akurat. Ini menghindari kelebihan atau kekurangan dosis obat yang disarankan.

    6. Memilih dosis obat berdasarkan umur anak, bukan berat badan

    Kesalahan minum obat orangtua pada anak berikutnya, yaitu menentukan dosis berdasarkan usia. Padahal, setiap anak memiliki berat badan yang berbeda walaupun usianya sama.

    Anak yang memiliki kelebihan berat badan rata-rata membutuhkan obat lebih dari dosis yang disarankan pada label kemasan ketika memetabolisme kafein dan dekstrometorfan pada obat batuk.

    Ini memang berpengaruh pada efektivitas obat. Begitu juga kalau anak kekurangan berat badan.

    Namun, perlu Anda perhatikan bahwa bila Anda ingin melebihkan dosis, sebaiknya konsultasikan dulu kepada dokter.

    7. Sembarangan memberikan obat orang lain untuk anak

    Terkadang Anda mungkin memiliki obat sisa yang Anda gunakan untuk mengobati penyakit Anda atau orang lain.

    Saat anak Anda mengalami kondisi yang sama, masih banyak orangtua yang mengira bahwa anak bisa menggunakan obat yang sama.

    Padahal, tidak semua obat untuk orang dewasa bisa diberikan kepada anak-anak.

    Oleh karena itu, tidak disarankan untuk sembarangan memberikan obat orang lain kepada anak, meskipun mengalami kondisi yang sama.

    Peringatan!

    • Pada intinya, kesalahan minum obat pada anak bisa dihindari apabila Anda sebagai orangtua sudah terlebih dulu minta saran dokter atau apoteker dan mematuhi aturan minumnya.
    • Langkah yang paling tepat adalah meminta kembali penjelasan dokter atau apoteker bila Anda masih belum paham mengenai obat-obatan yang diberikan. Kemudian, jangan lupa untuk membaca kembali label atau petunjuk dosis obat setiap kali akan memberikan obat kepada anak sebagai panduan minum obat yang tepat. Sebab, kesalahan bisa terjadi saat obat diberikan.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 15/11/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan