Tanyakan kenapa anak melakukan hal tersebut
Bila Anda menangkap basah anak memainkan penis miliknya, mulai dekati si kecil dengan menanyakan kenapa ia melakukannya. Namun, tanyakan dengan nada suara pelan dan jangan memarahinya. Jangan pula memasang wajah menghakimi yang membuat anak malah jadi takut dan merasa bersalah.
Jika anak membalasnya dengan “Ini lucu ya, ini apa sih, bu?” Anda bisa menjawabnya dengan kalimat sederhana seperti “Itu adalah penis milik Adik seperti yang papa juga punya”. Hindari penggunaan kata kiasan, seperti “burung”. Beri tahu anak nama organ yang sebenarnya untuk memudahkan anak belajar dan menerimanya dengan baik, juga agar tidak terkesan vulgar. Alat kelamin merupakan bagian wajar dan alami dari anatomi manusia. Tidak usah malu-malu mengajarkannya pada anak.
Pelan-pelan, pandu anak untuk menghentikan kebiasaannya tersebut
Beri tahu anak bahwa sembarangan memainkan penis lama-lama bisa membuat kulitnya terluka.
Ajarkan mereka juga tentang rasa malu saat alat kelaminnya terlihat oleh orang lain, sehingga si kecil juga akan malu jika menyentuh alat kelaminnya di depan umum. Anda bisa sekaligus mengajarkan anak agar tidak membolehkan siapapun menyentuh alat kelaminnya.
Bila Anda bereaksi dengan teriakan atau menghukum anak, kemungkinan ia akan berbalik defensif dengan melempar tantrum dan akhirnya tidak mendengarkan nasihat Anda.
Alihkan perhatian mereka
Bila hanya dengan memberi tahu tidak berhasil, Anda memerlukan trik khusus, yaitu dengan mengalihkan perhatiannya. Anda bisa mengalihkan perhatian anak dengan mainan jika Anda melihat anak mulai ingin memainkan penisnya.
Jangan biarkan anak tidak pakai celana atau popok terlalu lama
Membiarkan anak tidak pakai celana atau popok terlalu lama, bisa membuka kesempatan bagi anak untuk memainkan penisnya. Sebaiknya segera pakaikan kembali celana atau popok sehabis mandi atau buang air.
Kebiasaan anak memainkan penis umumnya akan mulai menghilang begitu ia masuk sekolah, seiring dengan semakin meningkatnya aktivitas harian anak yang menyita pikiran dan energinya. Selain itu, anak juga perlahan mulai menghentikan kebiasaan tersebut karena melihat teman-temannya tidak melakukan hal demikian. Anak juga mulai merasa melakukan hal tersebut memalukan dan tidak sopan dilakukan apalagi di tempat umum.
Bila anak masih melakukan kebiasaan ini, Anda mungkin membutuhkan bantuan dokter atau psikolog untuk menghentikan kebiasannya.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar