backup og meta

Alasan Anak Tampak Pucat Walau Tidak Sakit

Alasan Anak Tampak Pucat Walau Tidak Sakit

Anak yang terlalu lama berendam di air dingin atau kurang waktu tidur biasanya akan terlihat pucat. Namun, bila anak pucat selama beberapa hari, kondisi ini dapat menunjukan adanya masalah kesehatan tertentu, salah satunya anemia. Anemia pada anak memerlukan penanganan yang tepat untuk mencegah kondisi yang lebih parah.

Mengenali masalah anak pucat karena anemia

Pada kondisi anemia, tubuh memiliki jumlah sel darah merah yang rendah sehingga sulit untuk mengikat oksigen dalam darah (hemoglobin) dan menyalurkannya ke sel-sel tubuh. 

Kondisi ini paling sering disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi. Berdasarkan Kementerian Kesehatan RI, satu dari tiga anak usia di bawah lima tahun mengidap anemia zat besi. 

Zat besi menjadi hal penting untuk tubuh karena nutrisi ini diperlukan untuk membantu memproduksi hemoglobin. Tanpa hemoglobin yang cukup, tubuh akan terlihat pucat, lemah, dan lelah. 

Pucat merupakan gejala anemia zat besi yang paling mudah ditemukan. Kondisi pucat pada anak dapat terlihat pada kelopak mata, bibir, telapak tangan, atau dasar kuku. 

Untuk memastikannya, Bunda bisa membandingkan derajat kemerahan di telapak tangan sendiri dengan si Kecil. 

Selain pucat, terdapat gejala lain yang dapat menjurus pada kondisi anemia zat besi, seperti:

  • Anak sering mengantuk
  • Lesu
  • Mudah lelah
  • Sering mengeluh pusing
  • Sulit konsentrasi
  • Napas pendek atau terengah-engah
  • Jantung anak berdebar cepat.

Umumnya, anak dengan anemia zat besi masih bisa beraktivitas dengan normal. Oleh sebab itu, banyak orang tua yang tidak menyadari anaknya alami anemia zat besi. 

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh Witmer, Char., et al, pucat yang disebabkan oleh anemia biasanya memiliki kadar hemoglobin di bawah 8 sampai 9 g/dL. Normalnya, kadar hemoglobin anak-anak adalah 9-10g/dL

Bila anak menunjukan gejala pucat dan beberapa tanda di atas lainnya, segera periksakan ke dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat. 

Dampak anemia zat besi pada anak

Defisiensi zat besi pada anak biasanya berkembang secara lambat hingga menimbulkan gejala, seperti pucat, lemah, nafsu makan berkurang, dan mudah lelah. 

Semakin bertambahnya kondisi, anak mungkin akan mengalami sulit naik berat badan, sering mengalami masalah pernapasan dan pencernaan, serta pica atau senang mengonsumsi benda bukan makanan.

Dampak yang paling mengkhawatirkan dari anemia zat besi bukan hanya penampilan anak pucat, tetapi lebih dari itu, si Kecil dapat mengalami gangguan kognitif, psikomotorik, hingga perilaku.

Tahukah Anda?

Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan di Cina, kadar hemoglobin yang rendah dapat menyebabkan otak tidak mendapatkan cukup oksigen atau hipoksia otak. 

Hal ini dapat mengganggu pembentukan selubung saraf otak anak yang masih berkembang sehingga keterampilan kognitif anak menurun.

Terganggunya pertumbuhan cabang otak pada anak tentu dapat menyebabkan beberapa hal, seperti konsentrasi dan daya ingat menurun. Bahkan, anak dengan anemia dapat mengalami penurunan IQ hingga 10 poin.

Berdasarkan studi lain yang dilakukan di Aceh, anemia zat besi yang berkepanjangan tak hanya menyebabkan efek buruk pada perkembangan otak, tetapi juga menyebabkan keterlambatan permanen dalam perkembangan mental dan motorik anak. 

Dalam studi tersebut ditemukan bahwa anak dengan anemia mengalami keterlambatan motorik halus dibandingkan anak tanpa anemia. 

Anak dengan anemia juga cenderung mengalami perubahan perilaku, seperti menjadi penakut, tidak ceria, lesu, dan menarik diri dari teman-temannya. 

Melihat dampak yang besar akibat anemia pada anak, Bunda perlu sigap dan waspada dengan gejala anemia. 

Saat satu gejala anemia ditemukan, seperti anak terlihat pucat selama beberapa hari, Bunda bisa konsultasikan kepada dokter untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Nah, disamping itu, Bunda perlu menyediakan makanan bergizi yang kaya zat besi untuk mencegah anemia pada anak. 

Beberapa makanan yang dianjurkan untuk mencegah anemia, seperti daging merah, telur, dan ikan. Selain itu, jangan lupa untuk memberikan asupan vitamin C, seperti jeruk, kiwi, lemon, dan anggur. 

Vitamin C juga penting dikonsumsi karena nutrisi ini berfungsi membantu penyerapan zat besi dalam tubuh menjadi lebih cepat.

Bunda juga dapat membantu memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil melalui konsumsi susu yang difortifikasi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C.

Konsumsi susu difortifikasi dapat membantu si Kecil mendapatkan berbagai nutrisi penting dalam segelas susu.

Pasalnya, dalam satu gelas susu, si Kecil dapat memperoleh asupan  zat besi, vitamin C, DHA, omega 3, omega 6, kalsium, asam amino, protein, dan serat.

Jadi, pastikan Bunda memastikan asupan zat besi harian si Kecil tercukupi dengan makanan tinggi zat besi dilengkapi dengan susu terfortifikasi, ya!

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Why Is My Child Pale With Dark Rings Under Their Eyes?. Retrieved 18 April 2024. https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/health/why-is-my-daughter-so-pale-lately/ 

Mengenali Masalah pucat pada Anak. Retrieved 18 April 2024. https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/mengenali-masalah-pucat-pada-anak 

Anemia Defisiensi Besi pada Anak. Retrieved 18 April 2024. https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/182/anemia-defisiensi-besi-pada-anak 

Iron-Deficiency Anemia. Retrieved 18 April 2024. https://kidshealth.org/en/parents/ida.html 

Low Hemoglobin. Retrieved 18 April 2024. https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/17705-low-hemoglobin 

Evaluation of Pallor in Children. Retrieved 18 April 2024. https://medilib.ir/uptodate/show/6447 

Qin, T., Yan, M., Fu, Z. et al. Association between anemia and cognitive decline among Chinese middle-aged and elderly: evidence from the China health and retirement longitudinal study. BMC Geriatr 19, 305. Retrieved 18 April 2024. https://doi.org/10.1186/s12877-019-1308-7 

Saloojee, H., & Pettifor, J. M. Iron deficiency and impaired child development. BMJ (Clinical research ed.), 323(7326), 1377–1378. Retrieved 18 April 2024. https://doi.org/10.1136/bmj.323.7326.1377 

Lozoff, B., et al. Preschool-aged children with iron deficiency anemia show altered affect and behavior. The Journal of nutrition, 137(3), 683–689. Retrieved 18 April 2024. https://doi.org/10.1093/jn/137.3.683 

Madanijah, S., et al. Assessment of Anemia Status on Physical Development Skills of Children Under Two Years Old in Aceh, Indonesia. J. Nutr. Sci. Vitaminol. 66, S463–S467. Retrieved 18 April 2024. https://www.jstage.jst.go.jp/article/jnsv/66/Supplement/66_S463/_article/-char/ja/ 

Versi Terbaru

01/11/2024

Ditulis oleh Fatin Nur Jauhara

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto

Diperbarui oleh: Kenny Mangkona


Artikel Terkait

6 Tips Memilih Pengasuh Anak agar si Kecil Aman dan Nyaman

6 Manfaat Makan Hati Ayam, Baik untuk Atasi Anemia


Ditinjau secara medis oleh

dr. Carla Pramudita Susanto

General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Fatin Nur Jauhara · Tanggal diperbarui 3 minggu lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan