Sudah Besar Masih Ngempeng? Ikuti 5 Cara Menghentikan Kebiasaan Ini Pada Si Kecil

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 10/09/2020

    Sudah Besar Masih Ngempeng? Ikuti 5 Cara Menghentikan Kebiasaan Ini Pada Si Kecil

    Bayi sering kali memasukkan berbagai macam benda ke dalam mulutnya. Ini memang nalurinya untuk mendapatkan makan atau merasakan sesuatu yang ada di tangannya. Untuk mencegahnya memasukkan benda yang kotor ke dalam mulut, orangtua biasanya akan mengakali dengan memberinya dot atau empeng bayi. Namun ketika anak sudah besar, ia harus berhenti menggunakan empeng. Penasaran bagaimana caranya? Ikuti cara melatih anak berhenti ngempeng berikut ini.

    Pro dan kontra anak pakai empeng bayi

    Menurut studi yang diterbitkan American Family Physician, penggunaan empeng bayi masih menjadi pergulatan. Pasalnya, ada manfaat dan risikonya jika bayi menggunakan empeng ini.

    Menggunakan empeng dapat melatih kekuatan dan fungsi otot mulut bayi, terutama bayi prematur. Empeng juga membantu orangtua untuk menenangkan bayi ketika ia menangis. Selain itu, empeng juga diketahui mengurangi risiko sindrom bayi mati mendadak.

    Sementara dampak negatif penggunaan empeng pada bayi adalah risiko terjadinya infeksi telinga tengah dan masalah gigi jadi meningkat. Ini juga menyebabkan bayi mengalami bingung puting, yaitu kesulitan ketika harus menyusui langsung dari puting Anda.

    Meskipun begitu, ahli kesehatan membolehkan orangtua untuk menggunakan empeng. Namun, setelah memasuki usia 6 bulan, anak harus dibatasi atau berhenti ngempeng untuk menghindari infeksi telinga dan masalah gigi.

    Melatih anak agar berhenti ngempeng

    kebiasaan mengempeng

    Bagi orangtua yang baru pertama kali memiliki bayi, keberadaan empeng bayi sangat membantu. Namun, ketika usia anak bertambah, kebiasaan ngempeng harus dihentikan. Sayangnya, menghentikan kebiasaan ini tidak selalu mudah dan penuh tantangan. Supaya lebih mudah, simak cara agar anak berhenti ngempeng berikut ini.

    1. Jauhi anak dari empeng bayi

    Alasan kenapa anak sangat sulit berhenti ngempeng karena benda ini selalu ada di dekatnya. Biasanya empeng bayi dilengkapi dengan tali yang dapat dikalungkan di leher, sehingga mudah digapai. Nah, cara pertama agar anak berhenti ngempeng adalah menjauhi empeng dari si kecil.

    Selain tidak mempermudah akses bayi untuk mendapatkan empeng, Anda perlu melakukan hal ini lebih cepat. Tujuannya supaya si kecil tidak terlalu lengket dengan empeng.

    2. Jangan terpancing oleh rengekan anak

    Setelah menjalankan langkah pertama, Anda harus bersikap konsisten. Jangan biarkan Anda termakan rengekan anak yang memohon untuk menggunakan empengnya kembali.

    Kemudian, jangan simpan empeng bayi tempat yang mudah dijangkau olehnya. Simpan di dalam kotak laci yang dikunci atau di atas lemari supaya anak tidak bisa mengambilnya dengan mudah.

    3. Buat empeng terasa tidak enak

    Supaya anak lebih mantap untuk berhenti ngempeng, Anda mungkin trik licik supaya tidak menyukai empeng bayi. Misalnya, membuat rasa empeng yang tadinya hambar menjadi terasa tidak enak dan bau.

    Anda bisa melumuri empeng dengan perasan air lemon atau bawang putih yang berbau sangat kuat. Cara ini biasanya berhasil menjauhkan si kecil dari empeng.

    4. Beri si kecil pemahaman

    Bila buah hati Anda sudah cukup besar dan mengerti apa yang Anda katakan, Anda bisa menjelaskan alasan kenapa anak harus berhenti ngempeng. Jangan terlalu berbelit-belit, cukup beri tahukan jika kebiasaan ngempeng biasanya dilakukan oleh bayi kecil bukan anak-anak seusianya.

    5. Lakukan secara perlahan

    Kebiasaan ngempeng pasti sangat sulit dihilangkan. Untuk itu, butuh kesabaran untuk menghilangkan kebiasaan tersebut. Anda perlu menerapkan cara agar bayi berhenti ngempeng (yang sudah dijelaskan di atas) secara perlahan supaya bayi tidak menolak atau lebih sulit dihadapi nantinya.

    Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Yusra Firdaus


    Ditulis oleh Aprinda Puji · Tanggal diperbarui 10/09/2020

    Iklan
    Iklan
    Iklan