Pernahkah Anda merasakan nyeri di bagian tubuh tertentu? Nyeri yang Anda alami umumnya bisa diatasi dengan obat pereda nyeri atau disebut analgesik.
Meski beberapa di antaranya bisa dibeli bebas di apotek, penggunaan obat analgesik juga perlu mengikuti aturan pakai yang berlaku agar aman serta efektif mengatasi kondisi Anda.
Apa itu obat analgesik?
Analgesik atau disebut juga dengan pereda nyeri (painkiller) adalah obat untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit. Berikut rasa sakit yang dapat diredakan dengan analgesik.
- Sakit gigi.
- Sakit kepala.
- Nyeri otot.
- Sakit punggung.
- Arthritis atau radang sendi.
- Kram menstruasi.
- Setelah operasi.
- Akibat cedera, seperti patah tulang.
- Kondisi kronis, seperti kanker.
Meski meredakan nyeri, obat analgesik tidak seperti anestesi. Obat ini tidak mematikan saraf, mengubah sensasi, atau menghilangkan kesadaran.
Ada berbagai jenis obat analgesik. Setiap jenisnya memiliki cara kerja serta potensi yang berbeda dalam meredakan nyeri.
Pada jenis atau kelas yang sama pun, tiap obat mungkin berbeda dalam hal potensi, efek samping, hingga cara penggunaannya.
Melansir Cleveland Clinic, ada dua kelompok utama obat analgesik, yaitu analgesik anti-inflamasi dan opioid.
Obat anti-inflamasi bekerja dengan cara mengurangi peradangan yang menyebabkan rasa sakit. Berikut beberapa jenisnya.
- Acetaminophen (paracetamol).
- Aspirin (acetylsalicylic acid).
- Obat antiinflamasi non-steroid atau NSAID, seperti naproxen, ibuprofen, dan celecoxib.
- COX inhibitors.
Sementara obat opioid atau disebut juga dengan narkotika bekerja dengan cara mengubah persepsi otak tentang rasa sakit. Berikut adalah beberapa contohnya.
- Morphine.
- Oxycodone.
- Methadone.
- Hydromorphone.
- Fentanyl.
- Codeine.
- Hydrocodone.
- Meperidine.
Beberapa obat dalam kelompok anti-inflamasi dapat dibeli secara bebas di apotek, seperti parasetamol, tetapi sebagian lainnya perlu mendapat resep dari dokter.
Sementara opioid hanya tersedia dengan resep dokter karena berisiko menimbulkan efek serius. Begitu pun dengan obat analgesik kombinasi serta berdosis tinggi yang hanya bisa didapat menggunakan resep.
Dosis obat analgesik
Obat pereda nyeri tersedia dalam bentuk oral (pil, tablet, kapsul, dan cairan), topikal, suppositoria, serta injeksi dengan berbagai merek dagang.
Dosis analgesik tergantung dari jenis obat serta penyakit dan kondisi kesehatan yang Anda miliki.
Oleh karena itu, pastikan Anda mengikuti saran dokter atau petunjuk yang tertera pada label kemasan obat guna mengetahui dosis obat yang tepat untuk Anda.
Ini termasuk penggunaan obat analgesik untuk anak. Sebaiknya, berikan obat untuk anak di bawah pengawasan dokter.
Silakan berkonsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut atau jika Anda memiliki pertanyaan.
Aturan pakai obat analgesik
Obat pereda nyeri analgesik ditelan lewat mulut (diminum) sesuai anjuran dokter atau sesuai petunjuk yang tertera pada kemasan.
Beberapa obat analgesik ada yang diminum saat perut kosong, tetapi ada pula yang harus dikonsumsi setelah makan karena dapat mengiritasi lambung.
Penggunaan dosis dan lama waktu konsumsi obat ditentukan berdasarkan kondisi medis dan respons tubuh terhadap perawatan.
Ikuti aturan minum obat yang diberikan oleh dokter atau apoteker sebelum memulai pengobatan.
Jangan gunakan obat ini melebihi dosis yang dianjurkan, lebih sedikit, atau lebih lama dari yang disarankan.
Jika Anda melewatkan satu dosis, segera minum sesegera mungkin saat Anda ingat.
Namun, bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya, lewati dosis yang terlupakan dan kembali ke jadwal dosis yang biasa. Pastikan Anda tidak menggandakan dosis dalam satu kali minum.
Perlu Anda pahami pula, obat analgesik yang dibeli bebas di apotek umumnya dapat mengatasi berbagai jenis nyeri, terutama yang ringan hingga sedang.
Namun, jika obat tersebut tak cukup menghilangkan rasa nyeri Anda, dokter mungkin dapat meresepkan obat NSAID dengan dosis tinggi, kombinasi, atau opioid yang memang lebih kuat.
Meski begitu, penggunaan obat opioid perlu dilakukan di bawah pengawasan dokter karena berisiko menimbulkan gangguan pernapasan hingga overdosis obat.
Jika Anda memiliki pertanyaan, konsultasikanlah pada dokter atau apoteker Anda.
Efek samping obat analgesik
Ada beberapa kemungkinan efek samping obat dari penggunaan pereda nyeri ini. Berikut adalah beberapa efek samping umum yang dapat Anda alami ketika mengonsumsi obat pereda nyeri.
- Merasa tidak enak badan.
- Sembelit atau diare.
- Mulut kering.
- Mual atau muntah.
- Sakit perut.
- Gatal-gatal.
- Mengantuk.
- Perut terasa kembung.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Sulit berkonsentrasi.
Selain itu, ada beberapa efek samping serius yang dapat terjadi akibat penggunaan obat pereda nyeri dalam jangka panjang.
Jika Anda mengalami satu atau lebih dari efek samping berikut, sebaiknya Anda segera berkonsultasi ke dokter.
- Reaksi alergi, seperti ruam atau gatal-gatal.
- Perubahan pada penglihatan atau pendengaran.
- Sakit kepala atau perut yang parah.
- Penurunan berat badan yang tak biasa.
- Kulit atau mata menguning (jaundice).
- Ada darah atau sesuatu yang terlihat seperti bubuk kopi di muntahan.
- Masalah buang air kecil, seperti sulit buang air kecil atau urine berwarna keruh.
- Feses berwarna hitam.
Efek samping ini tidak selalu terjadi pada semua orang. Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak disebutkan di atas.
Jika Anda khawatir dengan kemungkinan efek samping yang timbul, silakan konsultasikan lebih lanjut dengan dokter atau apoteker Anda.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat analgesik
Sebelum menggunakan obat ini, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan lebih dulu.
Beri tahu dokter mengenai obat yang sedang rutin Anda konsumsi saat ini serta penyakit yang sedang atau sudah pernah dialami sebelumnya.
Beri tahu dokter juga jika Anda mengalami reaksi tak biasa atau alergi pada obat tertentu atau memiliki alergi tipe lain, seperti pada makanan, pewarna, pengawet, serta alergi hewan.
Beberapa kondisi kesehatan mungkin lebih rentan terhadap timbulnya efek samping.
Sebaiknya, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum minum obat analgesik bagi Anda yang pernah atau sedang memiliki kondisi di bawah ini.
- Berusia di bawah 16 tahun atau di atas 65 tahun.
- Hamil atau menyusui.
- Penyakit ginjal atau hati.
- Stroke.
- Masalah pernapasan, seperti asma.
- Tukak lambung.
- Kejang.
- Punya masalah dengan sistem pencernaan, seperti penyakit Crohn.
- Memiliki masalah dengan tekanan darah atau gangguan pembekuan darah.
- Memiliki kondisi yang memengaruhi jaringan ikat, seperti lupus.
Sebelum, saat, dan setelah meminum obat ini, pastikan Anda tidak mengonsumsi alkohol serta makanan dan minuman tertentu.
Pasalnya, ada risiko kesehatan yang serius bila Anda mengonsumsi alkohol dengan obat-obatan. Beberapa minuman dan makanan juga dapat berinteraksi dengan obat yang dapat mencegah kerja obat atau menyebabkan efek samping lebih buruk.
Beberapa obat golongan analgesik, terutama opioid, dapat menimbulkan efek mengantuk.
Oleh karena itu, Anda disarankan untuk tidak mengemudi atau mengoperasikan mesin setelah mengonsumsi opioid karena bisa melukai diri sendiri atau orang lain.
Perlu Anda pahami pula, penggunaan analgesik berkepanjangan atau melebihi dosis berisiko menimbulkan beberapa masalah kesehatan, seperti berikut ini.
- Sindrom Reye, terutama pada anak-anak yang mengonsumsi aspirin.
- Serangan jantung.
- Stroke.
- Gagal hati.
- Tukak lambung.
Penting untuk diketahui
Penggunaan paracetamol jangka panjang dan dosis berlebihan atau overdosis dapat menyebabkan kerusakan hati. Lihat pengobatan pada keadaan darurat karena keracunan.
Bagaimana cara menyimpan analgesik?
Analgesik paling baik disimpan pada suhu ruangan serta jauhkan dari sinar matahari langsung dan tempat yang lembap. Jangan simpan di kamar mandi dan jangan dibekukan.
Merek lain dari golongan obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda. Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Jika Anda sudah tidak menggunakan obat ini lagi atau jika obat telah kedaluwarsa, segera buang obat ini sesuai tata cara membuang obat.
Jangan mencampurkan obat ini dengan sampah rumah tangga. Obat dalam sediaan sirup boleh dibuang ke saluran pembuangan air, tetapi tidak untuk bentuk lainnya.
Tanyakan kepada apoteker atau petugas dari instansi pembuangan sampah setempat mengenai tata cara membuang obat yang benar dan aman untuk kesehatan lingkungan.
Apakah obat analgesik aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Beberapa obat golongan analgesik aman untuk dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyusui selama sesuai dengan ketentuan dari dokter atau yang tertera pada kemasan.
Melansir NPS Medicinewise, selama pada dosis yang wajar, analgesik yang umum digunakan, seperti paracetamol, aspirin, dan opioid, tidak dikaitkan dengan peningkatan risiko cacat lahir.
Lebih lanjut menurut NPS Medicinewise, paracetamol umumnya direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk demam dan nyeri selama kehamilan.
Sementara opioid dapat ditambahkan untuk mengobati rasa sakit yang lebih parah. Adapun penggunaan NSAID tidak dianjurkan untuk dikonsumsi pada trimester tiga kehamilan.
Selalu konsultasikan kepada dokter Anda untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan obat ini, khususnya jika Anda sedang hamil, menyusui, maupun merencanakan kehamilan.
Interaksi obat analgesik dengan obat lain
Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan risiko efek samping yang serius. Tidak semua kemungkinan interaksi obat tercantum dalam artikel ini.
Simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan produk herbal) dan konsultasikan pada dokter atau apoteker.
Jangan memulai, menghentikan, atau mengganti dosis obat apa pun tanpa persetujuan dokter. Beberapa obat yang mungkin dapat berinteraksi dengan obat pereda nyeri analgesik adalah:
- Obat-obatan beta blocker, seperti cimetidine.
- Antiepilepsi, seperti fenitoin.
- Pengencer darah, seperti warfarin.
- Kortikosteroid.
Tidak semua obat yang berinteraksi dengan obat ini tertera dalam daftar di atas. Untuk itu, informasikan kepada dokter seluruh produk yang Anda gunakan.
Dokter mungkin akan meresepkan obat lain yang sesuai dengan kondisi Anda. Tanyakan kepada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut.
[embed-health-tool-bmi]