backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Vaksin Hepatitis B Rekombinan

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm · Farmasi · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 13/07/2023

Vaksin Hepatitis B Rekombinan

Vaksin hepatitis B rekombinan umum diberikan pada bayi baru lahir dan kelompok orang tertentu yang rentan terinfeksi virus hepatitis B. Namun, seperti apa aturan pakai jenis vaksin ini? Cari tahu segala informasi mengenai jenis vaksin ini pada ulasan berikut.

Golongan obat: Vaksin

Merek dagang: Engerix-B, Vaksin Hepatitis B Rekombinan, HBV, Euvax B, Havrix 1440 Adult.

Apa itu vaksin hepatitis B rekombinan?

cefotaxime adalah obat injeksi

Vaksin hepatitis B rekombinan adalah vaksin yang mengandung antigen virus hepatitis B (hepatitis B surface antigen/HBsAg) yang tidak menginfeksi (inaktif).

Vaksin ini digunakan untuk mencegah infeksi virus hepatitis B. Ini merupakan penyebab utama dari berbagai penyakit hati yang serius, seperti hepatitis dan sirosis.

Cara kerja vaksin hepatitis B, yaitu merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap infeksi virus hepatitis B (HBV).

Melansir Mayo Clinic, vaksin hepatitis B rekombinan dibuat tanpa darah atau zat lain yang berasal dari manusia. Vaksin ini dihasilkan dari pembiakan sel ragi dengan teknologi rekayasa DNA.

Selain sebagai imunisasi tunggal, vaksin hepatitis B rekombinan pun terkadang dikombinasikan dengan jenis vaksin lainnya.

Siapa yang perlu mendapat vaksin hepatitis B?

Imunisasi hepatitis B direkomendasikan untuk bayi, anak, dan remaja hingga usia 19 tahun. Orang dewasa yang berisiko terkena hepatitis juga perlu mendapatkan imunisasi ini.
Misalnya, petugas kesehatan yang berisiko terkena darah atau cairan tubuh pasien, aktif melakukan hubungan seksual dengan lebih dari satu orang, serta homoseksual.

Dosis vaksin hepatitis B rekombinan

Vaksin hepatitis B rekombinan tersedia dalam bentuk obat cairan atau suspensi injeksi 10 mcg dan 20 mcg yang perlu disuntikkan ke otot (intramuskuler).

Adapun dosisnya bisa berbeda, tergantung pada usia pasien dan kebutuhan. Melansir MIMS, berikut adalah dosis umum dari vaksin hepatitis B rekombinan untuk orang dewasa.

  • Imunisasi primer: 20 mcg untuk 3 dosis pada bulan ke-0, 1, dan 6. Artinya, dosis diberikan dengan jeda satu bulan antara dosis pertama dan kedua serta jeda enam bulan antara dosis pertama dan ketiga.
  • Pasien yang diketahui atau diperkirakan terpapar HBV: 20 mcg untuk 3 dosis yang diberikan pada bulan ke-0, 1, dan 2, diikuti dengan penguat (booster) pada bulan ke-12.
  • Pasien yang akan bepergian ke daerah endemik: 20 mcg diberikan 1 bulan sebelum keberangkatan sebanyak 3 dosis pada hari ke-0, 7, dan 21, dilanjutkan dengan booster pada bulan ke-12.
  • Penderita gangguan perdarahan: 20 mcg untuk 4 dosis yang diberikan pada bulan ke-0, 1, 2, dan 6. Dosis dapat diberikan melalui injeksi subkutan.

Sementara dosis imunisasi untuk anak umumnya sebagai berikut.

  • Imunisasi primer: usia ≥16 tahun sama dengan dosis orang dewasa.
  • Pasien yang lahir dari ibu pembawa HBV: Dikombinasikan dengan imunoglobulin hepatitis B. Dosisnya 10 mcg diberikan pada bulan ke-0, 1, 2, dan 12 dengan dosis pertama saat lahir atau dalam 24 jam setelah lahir. Alternatifnya yaitu 10 mcg yang diberikan pada bulan ke-0, 1, dan 6.
  • Pasien di bawah usia 15 tahun: 10 mcg untuk 3 dosis yang diberikan pada bulan ke-0, 1, dan 2, diikuti dengan booster pada bulan ke-12.
  • Penderita gangguan perdarahan: usia ≥15 tahun sama dengan dosis orang dewasa. Dosis dapat diberikan melalui injeksi subkutan.

Konsultasikan dengan dokter atau tim medis lainnya untuk menentukan dosis yang tepat sesuai kebutuhan dan kondisi Anda.

Aturan pakai vaksin hepatitis B rekombinan

Vaksin hepatitis B rekombinan umumnya diberikan melalui injeksi atau suntikan ke otot (intramuskuler), bukan melalui intravena.

Namun, lokasi tubuh yang disuntik bisa berbeda pada setiap orang. Berikut aturan umumnya.

  • Orang dewasa dan anak yang sudah besar: otot deltoid di area bahu.
  • Anak di bawah usia 1 tahun: bagian paha.
  • Orang yang memiliki gangguan perdarahan, seperti hemofilia: secara subkutan (jaringan lemak di bawah kulit).

Adapun penyuntikkan akan dilakukan oleh dokter atau perawat Anda. Mereka akan memastikan aturan pakai obat dan dosisnya sudah tepat, tidak berlebih dan tidak kurang.

Perlu Anda pahami pula, suntikan hepatitis B rekombinan harus diberikan dalam beberapa seri pada jangka waktu tertentu.

Pastikan Anda menyelesaikan seluruh jadwal pemberian dosis agar vaksin dapat bekerja secara efektif dalam mencegah infeksi.

Dokter atau perawat akan memberi tahu jadwal vaksin untuk Anda. Jika Anda melewatkan jadwal vaksin, segera beri tahu dokter atau perawat untuk mendapatkan dosisnya sesegera mungkin.

Efek samping vaksin hepatitis B rekombinan

Injeksi vaksin hepatitis B sebagai vaksin pengganti hepatitis D

Vaksin hepatitis B rekombinan bisa menimbulkan efek samping pada sejumlah orang. Efek samping yang bisa terjadi setelah mendapat suntikan ini di antaranya:

  • pusing,
  • mengantuk,
  • terasa lelah,
  • mudah marah,
  • sakit kepala,
  • muntah,
  • diare,
  • sakit perut,
  • kehilangan nafsu makan,
  • nyeri otot atau sendi,
  • demam,
  • gejala mirip flu,
  • terasa nyeri, bengkak, atau kemerahan di area bekas suntikan.

Meski dapat hilang dengan sendirinya, Anda sebaiknya menghubungi dokter jika efek samping di atas tak kunjung menghilang atau justru semakin buruk.

Di samping itu, beberapa efek samping yang serius juga bisa terjadi setelah penggunaan vaksin ini, seperti sesak napas, ruam, dan mata bengkak.

Segera cari bantuan medis jika Anda mengalami salah satunya setelah mendapat imunisasi i. Pasalnya, beberapa gejala tersebut bisa menjadi tanda reaksi alergi.

Meski begitu, perlu Anda pahami, efek samping di atas tidak selalu terjadi pada semua orang. Mungkin pula ada beberapa efek samping obat yang tidak disebutkan di atas.

Jika Anda khawatir dengan kemungkinan efek samping yang timbul, silakan konsultasikan lebih lanjut dengan dokter atau perawat Anda.

Peringatan dan perhatian saat pakai vaksin hepatitis B rekombinan

Agar aman dan efektif untuk mencegah infeksi hepatitis B, sebaiknya Anda memberi tahu dokter jika memiliki kondisi medis tertentu, terutama di bawah ini.

  • Alergi terhadap vaksin hepatitis B atau zat lain di dalamnya.
  • Alergi terhadap lateks karena ujung jarum suntik ini mengandung karet lateks.
  • Gangguan perdarahan.
  • Penyakit ginjal.
  • Multiple sclerosis.
  • Kekebalan tubuh yang lemah akibat penyakit, obat-obatan tertentu, atau terapi radiasi.
  • Hamil.
  • Menyusui.

Pemberian imunisasi ini juga perlu ditunda pada bayi prematur atau jika Anda sedang sakit dan demam.

Selain itu, perlu Anda pahami bahwa imunisasi ini bisa menyebabkan pingsan secara singkat setelahnya.

Terkadang, pingsan bisa disertai dengan gejala saraf sementara, seperti gangguan gerak, penglihatan, serta kesemutan.

Duduk atau berbaring selama sekitar 15 menit setelah mendapat imunisasi ini bisa membantu mencegah pingsan dan cedera yang diakibatkannya.

Cara penyimpanan vaksin hepatitis B rekombinan

Penggunaan vaksin ini umumnya dilakukan di rumah sakit, klinik, atau rumah vaksinasi, sehingga Anda mungkin tidak perlu menyimpannya di rumah.

Namun, sebagai informasi, cairan injeksi ini paling baik disimpan pada suhu antara 2º—8º Celsius. Jauhkan dari cahaya langsung dan tempat yang lembap. Jangan pula dibekukan.

Jika beku, obat injeksi ini menjadi tidak efektif dan sebaiknya tidak digunakan. Jangan gunakan obat yang sudah habis masa berlakunya.

Apakah vaksin hepatitis B rekombinan aman untuk ibu hamil dan menyusui?

Ibu hamil menerima injeksi vaksin hepatitis B sebagai vaksin pengganti hepatitis D

Tidak ada penelitian yang memadai mengenai risiko penggunaan vaksin ini pada ibu hamil atau menyusui.

Meski begitu, vaksin yang bersifat inaktif umumnya tidak menimbulkan bahaya pada janin jika diberikan saat hamil.

Food and Drugs Administration (FDA) pun menyebutkan bahwa sebuah studi pada tikus yang diberikan vaksin yang memiliki komponen HBsAg tidak menunjukkan adanya efek buruk pada janin.

Akan tetapi, penggunaan vaksin selama kehamilan sebaiknya hanya dilakukan jika manfaatnya lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi pada janin Anda.

Sementara itu, tidak diketahui apakah cairan injeksi ini dapat masuk ke ASI dan memengaruhi bayi yang disusui.

Jadi, selalu konsultasikan kepada dokter Anda untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan vaksin ini saat hamil dan menyusui.

Interaksi vaksin hepatitis B rekombinan dengan obat lain

Imunisasi hepatitis B rekombinan mungkin dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu yang sedang Anda konsumsi atau gunakan.

Interaksi ini dapat mengubah kinerja obat atau meningkatkan risiko efek samping yang berbahaya.

Untuk menghindari interaksi obat, simpan daftar semua produk yang Anda gunakan (termasuk obat-obatan resep/nonresep dan herbal) serta konsultasikan pada dokter atau apoteker.

Pada kondisi tertentu, dokter Anda mungkin akan mengubah dosis atau melakukan tindakan pencegahan lain bila diperlukan.

Melansir Mayo Clinic, berikut adalah obat-obatan yang diketahui dapat berinteraksi dengan vaksin hepatitis B rekombinan.

  • Teplizumab-mzwv.
  • Elivaldogene Autotemcel.
  • Ublituximab-xiiy.

Tanyakan pada dokter atau apoteker untuk informasi lebih lanjut mengenai interaksi obat ini.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Farmasi · None


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 13/07/2023

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan