Jenis obat berdasarkan klasifikasi medis

Sebenarnya, dalam dunia farmasi ada beberapa klasifikasi obat yang dapat dijadikan rujukan oleh dokter dan tenaga medis, seperti ATC Classification System dari WHO atau penggolongan obat-obatan dari Kementerian Kesehatan RI.
Namun, klasifikasi dari United States Pharmacopeia (USP) membantu Anda sebagai pasien untuk mengenali jenis-jenis obat berdasarkan kandungan, kegunaan, dan cara kerjanya dengan lebih mudah.
Berikut ini adalah macam-macam golongan obat yang termasuk dalam klasifikasi USP beserta manfaatnya:
1. Analgesik
Fungsi utama obat ini adalah untuk meredakan nyeri. Terdapat dua jenis obat analgesik, yaitu non-narkotika untuk mengatasi nyeri ringan dan analgesik narkotika untuk nyeri berat.
2. Antasida
Obat antasida dapat meredakan gangguan pencernaan dan gejala mulas dengan cara menetralkan kadar asam lambung.
3. Anticemas
Kelompok obat-obatan ini bersifat sedatif dan bekerja dengan cara mengurangi kecemasan dan mengendurkan otot-otot tubuh.
Anticemas juga disebut sebagai anxiolytics atau obat penenang ringan.
4. Antiaritmia
Kegunaan obat antiaritmia adalah mengontrol detak jantung yang tidak teratur sehingga sering digunakan dalam pengobatan berbagai gangguan jantung.
5. Antibiotik
Jenis obat ini berasal dari bahan alami dan sintetis yang bertugas untuk memerangi infeksi bakteri.
Beberapa antibiotik hanya efektif melawan jenis bakteri tertentu, tetapi jenis antibiotik spektrum luas efektif melawan berbagai macam bakteri.
6. Antikoagulan dan trombolitik
Tipe obat-obatan antikoagulan dapat mencegah pembekuan darah. Sementara trombolitik membantu melarutkan penggumpalan darah.
7. Antikonvulsan
Jenis obat antikonvulsan berfungsi untuk mencegah kejang atau serangan epilepsi, salah satu jenisnya adalah phenytoin.
8. Antidepresan
Obat ini bekerja dengan cara meningkatkan suasana hati dan memperlambat kerja hormon tertentu.
Ada tiga kelompok utama obat antidepresan yaitu trisiklik, inhibitor oksidase monoamine, dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
9. Antidiare
Sesuai namanya, tipe obat ini digunakan untuk meredakan diare.
Cara kerja obat antidiare adalah mengurangi kontraksi otot usus sehingga bekerja lebih lambat dalam mendorong makanan keluar dari tubuh.
10. Antiemetik
Obat untuk mengobati mual dan muntah sehingga dikenal juga sebagai antiemetik atau antimuntah.
Jenis obat ini bekerja mengganggu reseptor saraf di otak yang berhenti memicu respons mual dan muntah.
11. Antijamur
Jenis obat ini digunakan untuk mengobati infeksi jamur yang umumnya menyerang rambut, kulit, kuku, atau selaput lendir.
12. Antihistamin
Fungsi utama obat antihistamin adalah melawan efek histamin yaitu salah satu bahan kimia yang bisa menyebabkan reaksi alergi.
Itu sebabnya, antihistamin dikenal juga sebagai obat alergi.
13. Antihipertensi
Kegunaan obat antihipertensi adalah untuk menurunkan tekanan darah.
Jenis-jenis obat darah tinggi yang ada saat ini adalah diuretik, beta inhibitor, ACE inhibitor (captopril, enalapril, lisinopril), dan antihipertensi yang bekerja secara terpusat, dan simpatolitik.
14. Anti-inflamasi
Obat-obatan anti-inflamasi atau antiperadangan digunakan untuk mengurangi peradangan, kemerahan, panas, bengkak, dan peningkatan aliran darah.
Gejala tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit infeksi.
Namun, obat jenis ini juga bisa mengatasi peradangan akibat penyakit non-infeksi kronis seperti rheumatoid arthritis dan asam urat.
15. Antineoplastik
Antineoplastik adalah obat yang digunakan untuk mengatasi kanker dalam pengobatan kemoterapi.
Obat antineoplastik bekerja dengan cara membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.
16. Antipsikotik
Obat ini bekerja untuk mengobati gejala gangguan kejiwaan yang parah. Antipsikotik terkadang disebut juga sebagai obat penenang utama.
Jenis-jenis antipsikotik meliputi olanzapine, haloperidol, dan risperidone.
17. Antipiretik
Antipiretik adalah golongan obat yang berfungsi untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri akibat radang sendi, cedera, sakit gigi, dan sakit kepala.
18. Antivirus
Jenis obat ini bertugas untuk mengobati infeksi virus dan memberikan perlindungan sementara terhadap serangan virus, contohnya influenza.
Beberapa jenis obat antivirus di antaranya adalah acyclovir, antiretroviral, dan oseltamivir.
19. Beta-blocker
Obat beta-blocker atau penghambat beta berperan juga disebut sebagai agen penghambat beta-adrenergik.
Beta blocker dapat mengobati masalah pada jantung, seperti mengurangi kebutuhan oksigen jantung dengan cara mengurangi detak jantung.
20. Bronkodilator
Kegunaan utama obat ini adalah membuka saluran bronkial di dalam paru-paru saat saluran pernapasan menyempit.
Bronkodilator seperti salbutamol bertugas untuk memudahkan pernapasan, misalnya pada penyakit asma.
21. Kortikosteroid
Jenis obat kortokosteroid umumnya digunakan sebagai anti-inflamasi atau antiperadangan pada radang sendi maupun asma.
Obat kortikosteroid juga berfungsi untuk menekan kerja sistem imun (imunosupresif).
Selain itu, kortikosteroid berguna untuk mengobati gejala akibat kondisi kekurangan hormon alami pada penyakit Addison.
22. Sitotoksik
Jenis obat sitotoksik dapat membunuh atau merusak sel sehingga berperan sebagai antineoplastik (obat kanker) dan imunosupresif.
Beberapa jenis obat sitotoksis adalah capecitabine, mercaptopurinem, dan tamoxifen.
23. Dekongestan
Dekongestan bertugas untuk mengurangi pembengkakan pada selaput lendir yang melapisi hidung.
Cara kerja obat dekongestan yakni menyempitkan pembuluh darah,sehingga mampu meredakan hidung tersumbat.
24. Ekspektoran
Jenis obat ekspektoran bekerja merangsang aliran air liur dan memicu refleks batuk guna menghilangkan dahak dari saluran pernapasan.
25. Obat tidur
Obat tidur adalah jenis obat-obatan yang memiliki efek menenangkan atau sedatif dalam dosis rendah hingga tinggi.
Dua jenis obat tidur untuk insomnia yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin dan barbiturat.
Nah, setelah mengenal jenis dan klasifikasi obat di atas dapat membantu Anda untuk memahami fungsi utama serta risiko dari obat yang digunakan.
Anda juga bisa mengetahui beberapa pilihan obat pengganti dengan kegunaan yang sama bila konsumsi obat tertentu ternyata kurang manjur atau memberikan efek samping yang merugikan.