backup og meta

Jenis Obat

Jenis Obat

Sebagian besar metode terapi atau penanganan medis hampir tidak terlepas dari penggunaan obat-obatan. Pasalnya, setiap jenis obat memiliki peran penting untuk mencegah, mengurangi, dan menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

Obat-obatan yang dokter berikan bisa dibedakan berdasarkan sediaan dan klasifikasi kegunaannya. Simak lebih lanjut dalam pembahasan berikut ini.

Jenis obat berdasarkan bentuk dan sediaan

Formulasi obat dalam bentuk yang berbeda bertujuan untuk mendukung fungsi serta kemanjuran bahan dan zat aktif di dalamnya.

Sebagai contoh, ada obat yang lebih efektif jika disuntik daripada diminum, maupun sebaliknya.

Selain itu, bentuk obat juga disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Contohnya, obat cair diperuntukkan bagi pasien yang kesulitan atau tidak bisa menelan obat padat, seperti bayi.

Mengutip dari situs Great Ormond Street Hospital for Children, berikut bermacam-macam obat berdasarkan bentuk atau sediaannya.

1. Obat cair

obat maag cair

Seperti namanya, obat ini terdiri dari zat aktif yang dilarutkan dalam cairan sehingga lebih mudah untuk diminum sekaligus terserap oleh tubuh.

Contoh obat cair yang kerap digunakan adalah sirup dan dry syrup atau sirup kering. Sebelum diminum, dry syrup perlu dilarutkan dengan sedikit air terlebih dahulu.

Dry syrup yang sudah dilarutkan umumnya hanya boleh disimpan selama 7–14 hari. Pastikan dengan dokter atau apoteker terkait cara penyimpanan yang benar.

2. Tablet

Sediaan obat ini tersusun atas zat aktif yang dikombinasikan dengan bahan-bahan tertentu dan kemudian dipadatkan. Obat tablet banyak tersedia dalam bentuk bulat atau oval.

Meski berbentuk tablet, ada beberapa macam obat tablet yang mudah larut dalam air sehingga aman untuk sistem pencernaan.

Pastikan untuk membaca aturan pakai obat tablet, sebab tidak semua obat tablet harus ditelan secara utuh.

3. Kapsul

Pada obat kapsul, zat aktif dalam bentuk bubuk akan disimpan dalam tabung plastik kecil yang terbuat dari bahan yang mudah larut secara perlahan.

Ada beberapa jenis obat kapsul yang perlu dikonsumsi dalam bentuk utuh dengan tabung plastiknya. Namun, ada pula obat kapsul yang harus dibuka agar Anda bisa mendapatkan manfaat zat aktif di dalamnya.

Beberapa jenis obat kapsul bubuk bisa Anda campurkan dengan makanan atau minuman. Ikuti aturan pakai untuk menelan obat kapsul supaya aman.

4. Obat oles

Jenis obat ini juga dikenal dengan obat topikal atau obat luar karena digunakan langsung pada kulit.

Obat oles tersedia dalam bentuk salep, losion, krim, atau minyak pelembap yang dibungkus dalam tabung atau botol.

Meski dioleskan pada kulit, beberapa obat topikal dapat digunakan untuk mengatasi gangguan saraf, contohnya obat topikal untuk pegal-pegal.

5. Supositoria

Memiliki bentuk menyerupai peluru, obat supositoria digunakan dengan cara dimasukkan ke lubang anus. Oleh karena itu, jenis obat ini biasanya digunakan untuk obat sembelit (pencahar).

Obat ini tersusun atas zat aktif berupa krim, losion, atau minyak pelembap yang dibungkus dalam tabung pipih.

Selain anus, beberapa jenis obat supositoria juga bisa diberikan melalui vagina atau uretra. Sediaan obat ini dikenal sebagai ovula.

6. Obat tetes

Beberapa jenis obat akan bekerja dengan lebih efektif bila langsung diberikan pada bagian tubuh yang bermasalah, salah satunya obat tetes.

Obat tetes terdiri dari beragam zat aktif yang diubah dalam bentuk cairan. Anda bisa menemukannya dalam bentuk obat tetes telinga, mata, atau hidung.

7. Inhaler

Jenis obat berdasarkan bentuk yang selanjutnya adalah inhaler. Obat ini terdiri atas zat aktif yang tersimpan dalam kemasan tabung.

Saat menggunakan inhaler, zat aktif yang tersimpan dalam tabung obat akan dilepaskan dan mengalir ke dalam paru-paru.

Penggunaan inhaler pada anak-anak biasanya akan dibantu dengan alat bernama spacer. Jika Anda kesulitan saat menggunakannya, jangan ragu untuk bertanya pada dokter atau apoteker.

8. Obat suntik

Seperti namanya, jenis obat ini diberikan melalui suntikan. Obat suntik dapat dibedakan berdasarkan lokasi penyuntikannya.

Obat yang disuntikkan pada permukaan kulit adalah subcutaneous injection (SC). Sementara itu, obat yang disuntikkan ke jaringan otot disebut intramuscular (IM).

Contoh obat suntik lainnya yaitu suntikan intratekal yang diberikan ke dalam cairan di sekitar sumsum tulang belakang dan suntikan intravena (IV) yang langsung ke pembuluh darah.

Sebagian besar obat suntik hanya diberikan di rumah sakit. Namun, ada pula obat suntik yang bisa diberikan di rumah, seperti suntik insulin.

9. Implan atau obat tempel

Zat aktif pada obat implan akan bekerja dengan baik saat ditempelkan pada kulit atau ditanamkan dalam tubuh.

Contoh obat yang ditempel yaitu koyo untuk meredakan pegal dan plester nikotin untuk mengurangi kebiasaan merokok. Sementara itu, contoh obat yang ditanam yakni alat kontrasepsi implan (KB implan).

10. Tablet bukal atau sublingual

Obat sublingual memiliki bentuk layaknya obat tablet pada umumnya. Namun, obat ini tidak ditelan, melainkan disimpan pada bagian dalam pipi supaya mulut Anda dapat menyerap bahan aktifnya.

Tablet bukal bekerja dengan cara yang sama dengan sublingual. Hanya saja, obatnya tidak ditempel di dalam pipi, melainkan di bawah lidah.

Obat sublingual maupun bukal umumnya hanya diberikan pada kondisi kesehatan yang sangat spesifik.

Salah satu contoh obat sublingual adalah isosorbide dinitrate (ISDN) untuk angina pektoris.

Jenis obat berdasarkan klasifikasi medis

obat candesartan, efek samping candesartan, kandesartan, candesartan

Dalam dunia farmasi, ada beberapa klasifikasi obat yang dapat dijadikan rujukan, contohnya ATC Classification System dari World Health Organization (WHO) atau penggolongan obat-obatan dari BPOM.

Namun, klasifikasi jenis obat dari United States Pharmacopeia (USP) berikut akan membantu Anda sebagai pasien untuk mengenali obat berdasarkan kandungan, kegunaan, dan cara kerjanya dengan lebih mudah.

1. Analgesik

Fungsi dari obat analgesik adalah untuk meredakan nyeri. Contoh obat-obatan dari golongan ini adalah parasetamol dan aspirin.

Terdapat dua macam obat analgesik, yaitu non-narkotika untuk mengatasi nyeri ringan dan analgesik narkotika untuk nyeri berat.

2. Antasida

Obat antasida dapat meredakan gangguan pencernaan dan gejala mulas dengan cara menetralkan asam lambung.

Beberapa bahan penyusun obat antasida adalah alumunium hidroksida, kalsium karbonat, magnesium karbonat, magnesium hidroksida, dan natrium bikarbonat.

3. Anticemas

Kelompok obat-obatan ini bersifat sedatif (menenangkan) dan bekerja dengan cara mengurangi kecemasan dengan mengendurkan otot-otot tubuh.

Obat anticemas juga disebut sebagai obat ansiolitik atau obat penenang ringan. Contoh obat anticemas yang umum digunakan yaitu benzodiazepin.

4. Anti-aritmia

Kegunaan obat anti-aritmia yakni mengontrol detak jantung yang tidak teratur (aritmia). Maka, obat ini kerap digunakan untuk mengobati berbagai gangguan jantung.

Obat anti-aritmia bekerja dengan memengaruhi sinyal listrik jantung. Dengan begitu, detak jantung yang tadinya tidak beraturan bisa kembali normal.

5. Antibiotik

Obat antibiotik bertugas untuk melawan infeksi bakteri. Penggunaannya harus sesuai resep jika Anda tidak ingin mengalami resistensi antibiotik, yaitu kondisi ketika bakteri telah kebal dari suatu antibiotik.

Beberapa antibiotik hanya efektif melawan jenis bakteri tertentu, tetapi ada juga jenis antibiotik spektrum luas yang efektif melawan berbagai jenis bakteri sekaligus.

6. Antikoagulan dan trombolitik

Tipe obat-obatan antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Sementara itu, obat trombolitik akan membantu melarutkan penggumpalan darah.

Selain kedua fungsi tersebut, obat antikoagulan dan trombolitik juga kerap digunakan untuk mengurangi risiko penyakit jantung.

7. Antikonvulsan

Obat antikonvulsan berfungsi untuk mencegah kejang atau serangan epilepsi. Obat ini bekerja dengan menurunkan aktivitas berlebih pada otak.

Contoh obat antikonvulsan yakni fenitoin, acetazolamide, dan carbamazepine.

8. Antidepresan

jenis psikosis

Obat antidepresan bekerja dengan meningkatkan kinerja neurotransmitter (zat kimia otak) yang memengaruhi mood dan emosi Anda.

Ada tiga kelompok utama obat antidepresan, yaitu trisiklik, inhibitor oksidase monoamine, dan selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).

9. Antidiare

Sesuai namanya, jenis obat ini digunakan untuk mengatasi buang air besar encer berkali-kali alias diare.

Cara kerjanya yakni dengan mengurangi kontraksi otot usus sehingga proses pergerakan feses menjadi lebih lambat. Dengan begitu, usus bisa menyerap air berlebih dari dalam feses.

10. Anti-emetik

Obat untuk mengobati mual dan muntah disebut antiemetik atau antimuntah. Contoh obat ini antara lain promethazine dan emetrol.

Anti-emetik bekerja dengan cara mengganggu reseptor saraf tertentu pada otak agar berhenti memicu respons mual dan muntah.

11. Antijamur

Jenis obat ini digunakan untuk mengobati infeksi jamur yang umumnya menyerang rambut, kulit, kuku, atau selaput lendir.

Obat yang tersedia dalam bentuk salep, oral, hingga injeksi ini juga dapat mencegah penularan penyakit kulit.

12. Antihistamin

Fungsi utama obat antihistamin adalah melawan gejala reaksi alergi seperti mata merah, hidung gatal, dan bersin-bersin.

Kondisi tersebut muncul karena kadar histamin terlalu tinggi sehingga muncullah reaksi alergi. Maka, tidak heran jika antihistamin juga disebut sebagai obat alergi.

13. Antihipertensi

Sesuai dengan namanya, antihipertensi adalah obat untuk menurunkan tekanan darah.

Jenis obat darah tinggi yang ada saat ini yaitu diuretik, beta blocker, ACE inhibitor (kaptopril, enalapril, lisinopril), dan obat antihipertensi yang bekerja secara terpusat.

14. Anti-inflamasi

tocilizumab untuk rematik

Obat anti-inflamasi atau antiradang digunakan untuk mengurangi gejala peradangan akibat infeksi, seperti kemerahan, panas, bengkak, dan peningkatan aliran darah pada bagian tubuh tertentu.

Selain itu, obat ini juga bisa mengatasi peradangan akibat penyakit non-infeksi seperti rheumatoid arthritis (rematik) dan asam urat.

15. Antineoplastik

Obat antineoplastik digunakan untuk mengatasi kanker dalam pengobatan kemoterapi.

Cara kerjanya yakni dengan membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya.

16. Antipsikotik

Obat ini bekerja untuk mengobati gejala gangguan kejiwaan yang parah. Antipsikotik terkadang disebut juga sebagai obat penenang utama.

Contoh obat antipsikotik yang umum digunakan yaitu olanzapine, haloperidol, dan risperidone.

17. Antipiretik

Golongan obat antipiretik berfungsi untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri akibat radang sendi, cedera, sakit gigi, dan sakit kepala.

Terdapat tiga golongan obat antipiretik yaitu acetaminophen, salisilat, dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).

18. Antivirus

Kelompok obat ini bertugas untuk mengobati infeksi virus dan memberikan perlindungan sementara terhadap serangan virus, contohnya pada influenza dan cacar air.

Beberapa contoh obat antivirus di antaranya acyclovir, antiretroviral, dan oseltamivir.

19. Beta-blocker

Obat beta-blocker atau penghambat beta bekerja dengan cara menghambat efek hormon adrenalin atau epinefrin.

Beta-blocker dapat mengobati beberapa masalah pada jantung, contohnya menurunkan detak jantung untuk mengurangi kebutuhan oksigen pada waktu tertentu.

20. Bronkodilator

Kegunaan utama obat ini adalah membuka saluran bronkial di dalam paru-paru saat saluran pernapasan menyempit.

Bronkodilator seperti salbutamol bertugas untuk memudahkan pernapasan, misalnya pada penyakit asma.

21. Kortikosteroid

efek steroid pada kesuburan

Selain mengurangi peradangan, kortikosteroid juga dapat menekan kinerja sistem imun (bersifat imunosupresif).

Salah satu manfaat obat kortikosteroid yakni mengurangi gejala akibat kekurangan hormon alami pada penyakit Addison.

22. Sitotoksik

Obat sitotoksik dapat digunakan untuk membunuh atau merusak sel. Obat ini biasanya digunakan untuk membunuh sel kanker atau menurunkan kekebalan tubuh untuk sementara waktu.

Beberapa contoh obat sitotoksis adalah kapesitabin, mercaptopurine, dan tamoxifen.

23. Dekongestan

Pembengkakan selaput lendir yang melapisi hidung dapat diatasi dengan obat dekongestan. Dengan menyempitkan pembuluh darah, dekongestan dapat meredakan hidung tersumbat.

Beberapa jenis obat dekongestan yakni pseudoephedrine, ephedrine, dan phenylephrine.

24. Ekspektoran

Obat ekspektoran akan bekerja dengan cara merangsang aliran air liur dan memicu refleks batuk guna menghilangkan dahak dari saluran pernapasan.

Contoh obat ekspektoran adalah guaifenesin dan amonium klorida.

25. Obat tidur

Sesuai dengan namanya, obat ini akan membantu Anda mengatasi gangguan tidur seperti insomnia.

Obat tidur bekerja dengan cara memberikan efek menenangkan atau sedatif dalam dosis rendah hingga tinggi.

Dua jenis obat tidur untuk insomnia yang paling sering digunakan adalah benzodiazepin dan barbiturat.

Masih ada beberapa macam obat yang belum disebutkan. Namun, dengan mengetahui beragam bentuk dan klasifikasi obat di atas, Anda setidaknya bisa lebih memahami fungsi utama serta risiko dari obat yang sedang digunakan.

Anda juga bisa mengetahui beberapa pilihan obat pengganti dengan kegunaan yang sama bila konsumsi obat tertentu ternyata kurang manjur atau memberikan efek samping yang merugikan.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Masnoon, N., Shakib, S., Kalisch-Ellett, L., & Caughey, G. (2017). What is polypharmacy? A systematic review of definitions. BMC Geriatrics, 17(1). Retrieved 23 February 2023 from doi: 10.1186/s12877-017-0621-2.

USP Medicare model guidelines v6.0 & v5.0 | USP. (n.d.). US Pharmacopeia (USP). Retrieved 23 February 2023 from https://www.usp.org/health-quality-safety/usp-medicare-model-guidelines/medicare-model-guidelines-v50-v40#.

Pharmacologic class. (2018, March 27). U.S. Food and Drug Administration. Retrieved 23 February 2023 from https://www.fda.gov/industry/structured-product-labeling-resources/pharmacologic-class.

General drug categories. (2015, December 7). U.S. Food and Drug Administration. Retrieved 23 February 2023 from https://www.fda.gov/drugs/investigational-new-drug-ind-application/general-drug-categories

Types of medicines. (n.d.). GOSH Hospital site. Retrieved 23 February 2023 from https://www.gosh.nhs.uk/conditions-and-treatments/medicines-information/types-medicines/.

Guidelines for ATC classification and DDD assginment. 2011. WHO Collaborating Centre for Drug Statistics Methodology. Retrieved 23 February 2023 from https://www.whocc.no/filearchive/publications/2011guidelines.

Materi edukasi tentang peduli obat dan pangan aman. (2015). BPOM. Retrieved 23 February 2023 from https://www.pom.go.id/files/2016/brem.

Versi Terbaru

24/03/2023

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Setelah Minum Obat, Kok Malah Makin Sakit? Ini 6 Penyebabnya

Minum Obat Melebihi Dosis yang Dianjurkan, Apa Jadi Lebih Ampuh?


Ditinjau secara medis oleh

Apt. Ambar Khaerinnisa, S.Farm

Farmasi · None


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 24/03/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan