Prostaglandin E1 termasuk hormon yang terkandung secara alami di dalam prostat. Namun, hormon ini juga bisa digunakan sebagai obat untuk mengatasi disfungsi ereksis dan patent ductus arteriosus. Pada beberapa kasus, obat ini juga bisa digunakan untuk kondisi lainnya.
Golongan obat: Obat untuk Disfungsi Ereksi & Gangguan Ejakulasi/Vasodilator Perifer & Aktivator Serebral
Merek obat: –
Apa itu prostaglandin E1?
Prostaglandin E1 atau PGE1 adalah obat yang berfungsi untuk meredakan disfungsi ereksis (impotensi) pada pria dan patent ductus arteriosus (PDA) pada bayi baru lahir.
Namun, obat ini belum tersedia secara resmi di Indonesia. Obat ini juga umumnya hanya digunakan jika kondisi di atas tidak dapat ditangani oleh obat minum (oral).
Prostaglandin E1 sebenarnya merupakan hormon yang terkandung secara alami dalam air mani pria.
Akan tetapi, PGE1 juga dapat digunakan sebagai obat. Tersedia juga bentuk sintetisnya, yaitu alprostadil.
Obat ini bekerja dengan mengendurkan otot dan melebarkan pembuluh darah (vasodilator).
Patent ductus arteriosus terjadi ketika pembuluh darah yang menghubungkan arteri pulmonalis kiri dengan aorta desendensi tetap terbuka setelah bayi lahir.
Prostaglandin E1 bisa membantu menyuplai oksigen di dalam darah sebagai bentuk penanganan sementara hingga prosedur operasi dapat dilakukan.
Pada kasus disfungsi ereksi, PGE1 bisa digunakan untuk mengatasi kondisi ini yang terjadi akibat gangguan pembuluh darah, saraf, ingga psikologis.
Selain kedua kondisi di atas, obat ini terkadang digunakan untuk mengatasi fenomena Raynaud akibat sklerosis sistemik dan tidak dapat ditangani dengan obat-obatan lain, seperti penghambat saluran kalsium dan penghambat fosfodiesterase (PDE-5).
PGE1 juga dipercaya bisa mencegah nefropati akibat kontras dan mengobati stenosis kanal tulang belakang lumbar.
Dosis obat prostaglandin E1
Prostaglandin E1 tersedia dalam bentuk krim, injeksi, cairan, dan ampul dengan kekuatan 500 mikrogram dalam 1 mL alkohol dehidrasi.
Perlu diingat, seluruh bentuk sediaan obat ini belum tersedia secara resmi di Indonesia.
Dosis PGE1 akan dibagi berdasarkan kondisi yang ditangani dan usia masing-masing penderita.
Melansir dari MIMS Filipina, berikut pembagian dosis prostaglandin E1 (PGE1).
Dosis PGE1 untuk orang dewasa
Pembagian dosis PGE1 berdasarkan kondisi yang ditangani, yaitu sebagai berikut.
1. Diagnosis disfungsi ereksi
Untuk mengatasi diagnosis disfungsi ereksi, berikut pembagian dosis obat menurut betuk sediaannya.
Injeksi intracavernosal
Sebagai dosis tunggal, 5 – 20 mcg per hari melalui injeksi intracavernosal atau disuntikkan langsung ke saluran keluar kencing.
Uretra
Sebagai dosis tunggal, 500 mcg melalui uretra atau saluran yang membawa urine dari kandung kemih menuju penis
2. Disfungsi ereksi
Untuk mengatasi disfungsi ereksi, berikut pembagian dosis obat menurut betuk sediaannya.
Injeksi intracavernosal
Sebagai dosis awal yaitu 2,5 mcg melalui injeksi intracavernosal atau disuntikkan langsung ke saluran keluar kencing. Diikuti dengan 5 mcg – 7,5 mcg tergantung adanya efek samping pada tubuh.
Dosis dapat dinaikan perlahan sebanyak 5 – 10 mcg hingga mencapai dosis yang sesuai.
Umumnya, dosis berkisar antara 5 – 20 mcg dengan dosis maksimal 60 mcg.
Untuk disfungsi ereksi akibat gangguan saraf, dosis awal yaitu 1,25 mcg diikuti dengan 2,5 mcg hingga 5 mcg.
Dosis dapat ditingkatkan perlahan sebanyak 5 mcg hingga encapai dosis yang sesuai.
Oles
Sebagai obat topikal berbentuk krim yang dioleskan langsung pada penis, dosis awal yaitu 300 mcg 2 – 3 kali seminggu. Dosisi dapat dikurangi menjadi 200 mcg jika timbul efek samping obat.
Suppositoria uretra
Untuk pemberian obat melalui uretra dalam bentuk suppositoria, dosis awal yaitu 250 mcg yang dapat ditingkatkan secara perlahan hingga 1000 mcg atau dikurangi hingga 125 mcg.
Hal ini tergantung dari respons tubuh terhadap obat.
Dosis PGE1 untuk anak-anak
1. Perawatan patent ductus arteriosus pada bayi baru lahir dengan penyakit jantung bawaan
Sebagai dosis awal yaitu 0,05 – 0,1 mcg/kg/min melalui infus kontinu, yang kemudian dikurangi hingga dosis terendah yang bisa menjaga respons tubuh terhadap obat.
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti dari nasihat medis. Selalu konsultasikan pada dokter atau apoteker Anda sebelum memulai pengobatan.
Aturan pakai obat prostaglandin E1
Selalu ikuti aturan penggunaan obat dari dokter atau baca panduan pada kemasan obat setiap kali sebelum menggunakan obat. Jika ada pertanyaan, ajukan pada dokter atau apoteker.
Obat ini biasanya akan diberikan oleh dokter atau perawat di rumah sakit melalui infus atau injeksi. Namun, terkadang obat ini juga bisa diberikan dalam bentuk krim.
Selama penggunaan obat ini, dokter atau perawat akan mengawasi tanda vital, seperti tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh, pernapasan, serta gejala nyeri, fibrosis, atau infeksi pada penis.
Jangan menggunakan alat berat atau mengendarai kendaraan saat sedang menggunakan obat ini. Ini karena ada risiko efek samping, seperti pusing, sinkop atau pingsan (penurunan kesadaran sementara), dan hipotensi.
Konsultasikan dengan dokter Anda jika kondisi Anda tidak membaik, atau bahkan memburuk.
Efek samping prostaglandin E1
Cari bantuan medis darurat jika Anda memiliki tanda efek samping prostaglandin E1. Efek samping tercantum di bawah ini berdasarkan rute pemberian obat.
Setelah injeksi intracavernosal
Efek samping setelah injeksi intracavernousal termasuk sebagai berikut.
- Nyeri penis (lebih dari 10%).
- Hipertensi.
- Pusing.
- Sakit kepala.
- Penyakit penis.
- Ruam atau pembengkakan penis.
- Penyakit Peyronie (1 sampai 10%)
- Ereksi yang berlangsung lebih dari empat jam (4%).
- Memar di tempat suntikan.
- Hematoma (kurang dari 1%).
- Balanitis.
- Perdarahan di tempat suntikan.
- Priapismus (0,4%).
Setelah injeksi intrauretral
Efek samping dari injeksi intrauretral meliputi berikut ini.
- Nyeri penis.
- Rasa terbakar pada uretra (lebih dari 10%).
- Pusing.
- Sakit kepala.
- Nyeri terkait sistem saraf pusat.
- Nyeri testis.
- Perdarahan uretra minor.
- Pruritus vulvovaginal pada pasangan wanita (2 hingga 10%).
- Nyeri kaki.
- Nyeri perineum.
- Takikardia (kurang dari 2%).
Setelah injeksi intravena
Efek samping obat yang mungkin timbul melalui injeksi intravena, yaitu sebagai berikut.
- Flushing.
- Apnea.
- Demam (lebih dari 10%).
- Bradikardia/takikardia.
- Episode gangguna jantung.
- Edema.
- Hipertensi/hipotensi.
- Kejang.
- Sakit kepala.
- Pusing.
- Hipokalemia.
- Diare.
- Koagulasi intravaskular diseminata (DIC).
- Sepsis.
- Nyeri lokal tidak pada injeksi situs.
- Sakit punggung.
- Infeksi saluran pernapasan atas.
- Gejala seperti flu.
- Batuk.
- Hidung tersumbat.
- Sinusitis (1-10%).
- Anemia.
- Bradipnea.
- Gagal jantung.
- Penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
- Perdarahan (perdarahan otak).
- Hiperbilirubinemia.
- Kekakuan tubuh.
- Syok.
- Lesu.
- Gelisah.
- Hiperemia.
- Iritabilitas.
- Hiperkalemia.
- Trombositopenia.
- Hipoglikemia.
- Hiperekstensi leher.
- Hipotermia.
- Peritonitis.
- Penyumbatan atrioventrikular derajat dua.
- Takikardia supraventrikular.
- Fibrilasi ventrikel.
- Hematuria atau anuria.
- Mengi bronkial (kurang dari 1%).
Efek samping pada bayi baru lahir
Pada bayi baru lahir, ada juga beberapa efek samping yang mungkin dialami, yaitu sebagai berikut.
- Apnea.
- Hipotensi/sinkop.
- Fibrosis penis.
- Priapisme/ereksi berkepanjangan.
- Penyakit kardiovaskular.
Tidak semua orang mengalami efek samping ini. Mungkin ada beberapa efek samping yang tidak tercantum di atas.
Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang efek samping, silakan berkonsultasi dengan dokter atau apoteker.
Peringatan dan perhatian saat pakai obat prostaglandin E1
Sebelum menggunakan prostaglandin E1, beri tahu dokter dan perawat jika Anda alergi terhadap obat ini atau obat-obatan lain yang mungkin terkandung. Tanyakan kepada dokter atau apoteker untuk daftar bahan kandungan obat.
Pada beberapa kondisi, penggunaan prostaglandin E1 tidak diperbolehkan karena bisa menimbulkan efek samping hingga komplikasi.
Beri tahu dokter jika Anda memiliki riwayat kondisi berikut ini.
- Priapismus berulang.
- Gejala anemia sel sabit.
- Multiple myeloma.
- Leukemia.
- Trombositemia.
- Polisitemia.
- Predisposisi trombosis vena.
- Kelainan bentuk penis (misalnya angulasi, fibrosis kavernosal, penyakit Peyronie, stenosis uretra distal, hipospadia berat dan kelengkungan, balanitis, uretritis akut/kronis).
- Implan penis.
- Pasien yang dilarang melakukan aktivitas seksual (misalnya, penderita penyakit serebrovaskular).
Beri tahu dokter jika Anda sedang menggunakan obat-obatan lain, termasuk obat resep, obat nonresep, suplemen gizi, dan vitamin.
Penggunaan obat ini tidak boleh dilakukan bersamaan dengan obat lain untuk disfungsi ereksi, misalnya, inhibitor phosphodiesterase tipe 5 (PDE5), dan papaverine.
Beri tahu dokter jika bayi Anda memiliki riwayat sindrom distres pernapasan.
Pada anak-anak, penggunaan obat ini tidak boleh diberikan melalui injeksi intracavernosal.
Beri tahu dokter Anda jika pasangan Anda sedang hamil atau menyusui, atau Anda sedang merencanakan kehamilan bersama pasangan.
Jika pasangan Anda hamil sewaktu Anda menggunakan prostaglandin E1, hubungi dokter.
Bagaimana cara penyimpanan prostaglandin E1?
Cara terbaik menyimpan prostaglandin E1 berbentuk cairan injeksi, infus, krim, dan suppositoria yaitu dalam suhu 2 – 8 derajat Celsius. Jangan membekukan obat ini.
Jika berbentuk bubuk injeksi, simpan obat dengan dosis 5, 10, 20 mcg dalam suhu di bawah 25 derajat Celsius, dan obat dengan dosis 40 mcg dalam suhu 2 – 8 derajat Celcius.
Merek lain dari obat ini mungkin memiliki aturan penyimpanan yang berbeda. Perhatikan instruksi penyimpanan pada kemasan produk atau tanyakan pada apoteker Anda.
Jauhkan semua obat-obatan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.
Buang produk ini bila masa berlaku obat telah habis atau bila sudah tidak diperlukan lagi.
Jangan membuang obat-obatan ke dalam toilet atau ke saluran pembuangan kecuali bila diinstruksikan.
Konsultasikan kepada apoteker atau perusahaan pembuangan limbah lokal mengenai bagaimana cara aman membuang obat.
Apakah prostaglandin E1 aman untuk ibu hamil dan menyusui?
Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori C (mungkin berisiko) menurut US Food and Drugs Administration (FDA).
Menurut penelitian yang dilakukan pada hewan, obat ini bisa menimbulkan keracunan pada embrio bila terpapar pada ibu hamil. Namun, belum ada penelitian yang dilakukan pada manusia.
Oleh karena itu, pria yang sedang menjalani pengobatan dengan obat ini, harus menggunakan alat kontrasepsi, seperti kondom, saat berhubungan seksual untuk menghindari iritasi pada vagina dan risiko persalinan.
Sementara itu, belum diketahui apakah obat ini bisa terserap ke dalam ASI. Oleh karena itu, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu pada dokter terkait penggunaan obat ini jika pasangan sedang menyusui.
Interaksi obat prostaglandin E1 dengan obat lain
Prostaglandin E1 adalah obat yang dapat berinteraksi dengan obat lain. Interaksi obat dapat mengubah cara kerja obat atau meningkatkan risiko Anda mengalami efek samping serius.
Mengonsumsi prostaglandin E1 dengan obat-obatan tertentu tidak direkomendasikan. Dokter Anda mungkin tak akan meresepkan obat ini kepada Anda atau mengganti beberapa obat yang sudah Anda konsumsi.
Beri tahu dokter atau apoteker bila Anda sedang mengonsumsi obat-obatan lain yang diresepkan atau tidak diresepkan dokter.
Berikut beberapa obat yang bisa memicu interaksi dengan prostaglandin E1.
- Mengurangi efek dengan obat simpatomimetik, dekongestan, dan penekan nafsu makan.
- Meningkatkan efek antihipertensi, obat vasoaktif, antikoagulan, dan penghambat agregasi trombosit.
Dokumen ini tidak menyertakan semua interaksi obat yang dapat terjadi.
Simpan daftar produk yang Anda gunakan, termasuk obat-obatan resep/nonresep dan herbal, serta beri tahu dokter dan apoteker Anda.
[embed-health-tool-bmi]