Mungkin Anda pernah mengonsumsi antibiotik sebagai salah satu pengobatan untuk mengatasi sebuah penyakit infeksi. Namun, apa yang terjadi bila jika tubuh mengalami resistensi antibiotik?
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Mungkin Anda pernah mengonsumsi antibiotik sebagai salah satu pengobatan untuk mengatasi sebuah penyakit infeksi. Namun, apa yang terjadi bila jika tubuh mengalami resistensi antibiotik?
Infeksi bakteri dapat menyebabkan berbagai jenis penyakit. Apabila antibiotik tidak dapat mencegah pertumbuhan bakteri dalam tubuh, kondisi ini bisa berbahaya.
Tanda yang muncul ketika antibiotik tidak lagi mampu mengendalikan pertumbuhan bakteri bisa berbeda-beda. Dengan kata lain, gejala yang Anda alami akan ditentukan oleh jenis bakteri dan antibiotik terkait.
Ambil contoh, jika antibiotik umum atau antibiotik spektrum luas sudah tidak mampu menangani bakteri Clostridium difficile (C. diff), kondisi ini dapat mengakibatkan infeksi pada usus.
Selain itu, kulit juga dapat terinfeksi bakteri methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) yang diketahui tidak dapat dibasmi lewat antibiotik spektrum luas.
Untuk memastikan bahwa antibiotik sudah tidak lagi ampuh bekerja pada tubuh, Anda perlu melakukan serangkaian pemeriksaan melalui tes di laboratorium.
Resistensi antibiotik bukan berarti tubuh kebal terhadap antibiotik, tetapi jenis bakteri tertentu menjadi resisten atau kebal terhadap antibiotik yang dirancang untuk membunuh mereka.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi yang disebabkan oleh bakteri kebal antibiotik umumnya sulit atau bahkan terkadang mustahil untuk disembuhkan.
Jika orang yang mengalami resistensi antibiotik terkena infeksi, mereka sering kali membutuhkan waktu perawatan di rumah sakit yang lebih lama, kunjungan dokter berkelanjutan, dan pengobatan alternatif yang memakan biaya cukup tinggi.
Karena resistensi antibiotik berbahaya, Anda perlu menghindarinya dengan mengetahui penyebabnya. Berikut beberapa faktor yang membuat Anda resisten terhadap antibiotik.
Penggunaan antibiotik yang berlebihan untuk mengatasi sebuah infeksi atau penyakit merupakan penyebab resistensi antibiotik yang paling sering ditemukan. Perlu diketahui bahwa antibiotik seharusnya digunakan hanya ketika benar-benar dibutuhkan.
Mengutip laman Australian Goverment, jika Anda terlalu sering mengonsumsi antibiotik, semakin besar kemungkinan bakteri menjadi resisten. Artinya, antibiotik tidak akan lagi mampu mengatasi jenis bakteri tertentu di kemudian hari.
Salah satu contoh penggunaan antibiotik yang berlebihan yaitu ketika Anda mengalami pilek. Pilek merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus, bukan bakteri. Sayangnya, antibiotik masih sering digunakan untuk mengatasi pilek.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan penting untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk penyakit akibat infeksi bakteri yang memiliki sifat resisten. Sayangnya, tidak semua orang melakukan ini secara konsisten.
Padahal, tinggal di rumah yang dipenuhi debu bisa memicu resistensi antibiotik. Kebiasaan sederhana seperti rutin mencuci tangan dengan benar dapat membantu mencegah penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Secara alamiah, bakteri dapat menjadi kebal terhadap antibiotik akibat mutasi yang dialaminya. Mengonsumsi antibiotik dapat membuat bakteri semakin cepat kebal.
Hal ini bisa terjadi karena dua hal, yakni konsumsi antibiotik memicu proses terjadinya resistensi atau ada suatu bakteri yang menerima gen kebal dari bakteri lain yang sebelumnya sudah resisten.
Biasanya, akan lebih sulit untuk mencegah resistensi antibiotik yang disebabkan oleh proses alami ini.
Selain ketiga hal di atas, resistensi antibiotik juga mungkin disebabkan karena:
Anda sebenarnya tidak dapat sepenuhnya menghindari resistensi antibiotik, tetapi ada beberapa orang yang lebih rentan mengalami masalah ini.
Apabila tubuh telah telanjur kebal antibiotik, Anda dianjurkan mengurangi dosis konsumsi antibiotik secara perlahan sesuai anjuran dokter.
Menurut dr. Usman Hadi, MD, Ph.D, Sp.PD-KPTI, Kepala Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSUD Dr. Soetomo di Surabaya, cara ini setidaknya bisa mengembalikan keseimbangan bakteri baik dalam tubuh.
Dengan mengurangi konsumsi antibiotik, bakteri yang resisten sebelumnya lama-kelamaan akan hilang dan akhirnya habis.
Sayangnya, butuh kesabaran ekstra karena proses ini akan memakan waktu yang cukup lama. Itu sebabnya Anda harus lebih memerhatikan dosis konsumsi antibiotik sejak penggunaan awal.
Contohnya ketika Anda memiliki penyakit kronis. Jika antibiotik sudah tidak efektif, Anda akan sulit mengatasi infeksi dan mengontrol ancaman berbagai macam penyakit.
Dilansir dari laman resmi World Health Organization (WHO), Anda dapat mencegah kebalnya bakteri terhadap antibiotik dengan cara berikut.
Kasus resistensi antibiotik mengalami peningkatan di seluruh belahan dunia. Lakukan upaya pencegahan seperti yang direkomendasikan WHO agar Anda tidak mengalami resistensi antibiotik sekaligus mencegah penyebarannya.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar